Pt 13 Unitas

Pt 13 Unitas

Kamis, 13 April 2017

Materi Kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia

Ilmu Ternak Ruminansia

  I.            Pendahuluan

A.    Ternak Ruminansia

1.      Ternak ruminansia
Yaitu ternak yang dalam proses pengembalian makanan dari lambung yaitu ke mulut (regurgitasi) dan masuk lagi ke lambung (ruminasi) terus ke usus.

2.      Ternak non ruminansia
Yaitu ternak yang dalam proses pencernaannya tidak ada pengembalian makanan dari lambung ke mulut (regurgitasi)

·         Klasifikasi ruminansia
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Superclass        : Tetrapoda
Class                : Mammalia
Ordo                : Artiodactyla
Subordo           : Ruminantia
Family             :
1.      Tragulidae (ruminansia paling primitif)
2.      Giraffidae (jerapah)
3.      Cervidae (rusa)
4.      Bovidae (sapi, kerbau, kambing, domba)

·         Penyebaran ruminansia
Sapi : penyebarannya sangat luas, hampir seluruh dunia
Kerbau : di daerah tropical basah, terutama Asia, sedikit Afrika Timur
Domba, Kambing : di daerah Afrika, perbatasan Eropa dan Asia(Turki)

·         Peranan ternak ruminansia
-          Sebagai penghasil daging dan susu
-          Sebagai penghasil kulit, pupuk dan darah
-          Untuk sumber tenaga kerja
-          Manfaatnya ada  secara langsung dari ternaknya dan ada dari by productnya

B.     Perbedaan ternak Ruminansia dengan Ternak Lain (dari saluran pencernaan, makanan, kebutuhan zat-zat makanan terutama protein).

·         Penggolongan ternak ruminansia
-      Ternak ruminansia murni
Yaitu ternak yang lambungnya terbagi atas 4 bagian terpisah (rumen, retikulum, omasum, abomasum).
Contohnya : sapi, kerbau, kambing, dan domba
-       Ternak pseudo ruminan
Yaitu ternak yang lambungnya hanya terbagi 3 bagian, diantara rumen dan retikulum tidak ada batasan yang jelas.
Contoh : unta
·         Penggolongan ternak non ruminansia
-          Non ruminansia murni
Contoh : unggas, babi
-          Non ruminansia herbivora
Contoh : kuda kelinci

1.      Penggologan ternak berdasarkan makanannya
a.       Ternak herbivora
Yaitu ternak yang makanan utamanya adalah hijauan-hijauan (rumput, leguminosa dan dedaunan)
Contoh: sapi, kerbau, domba, kuda, dan kelinci
b.      Ternak omnivora
Yaitu ternak yang makanan utamanya adalah berupa konsentrat (makanan yang tinggi kandungan protein dan energinya)
Contoh : unggas

2.      Adaptasi herbivora
Ternak ruminansia teridtribusi hampir pada seluruh vegetasi, karena ternak tersebut bisa beradaptasi dengan vegetasi dimana ia hidup.

3.      Klasifikasi herbivora berdasarkan kebiasaan makan
a.       Selektif (consentrate selector)
Adalah ternak yang tidak dapat mengkonsumsi serat dalam jumlah yang relatif banyak dalam ransum.
Makan buah-buahan, dedaunan, semak-semak, dan tanaman lain (rusa, jerapah, kelinci)
b.      Intermediet
Makan pucuk tanaman dan rumput (kambing dan domba)
c.       Pemakan makanan kasar
Adalah ternak yang sudah mampu memakan makanan rumput segar maupun rohage.
Merumput dan memakan kasar di lapangan tropikal, di daerah kering da gersang (sapi, kerbau, onta, kuda, jerapah, gajah, kangguru).

4.      Pakan ternak ruminansia
Forage :
Terdiri dari serat yang terdapat pada dinding sel, yang terdiri dari:
Bahan Penyusun Dinding Sel
 Yaitu : selulosa, hemiselulosa, lignin, lilin, senyawa N yang terlignifikasi.
a.       Bahan  yang tidak larut/agak sukar larut
Contoh: lignin, selulosa dan hemiselulosa yang terikat secara kovalen
b.      Bahan yang dapat di ekstrak/agak mudah larut
Contoh: lilin dan protein
Faktor yang mempengaruhi nilai nutrisi forage yaitu proporsi dinding sel dan tingkat lignifikasi.

Isi Sel Tanaman
Terdiri atas : 1. Pati 2. Gula 3. Lipid 4.Asam-asam organik lainnya
                      5.Abu/Mineral terlarut

Sifat Fisik Forage
1.      Physical density (kepadatan fisik)
Density erat kaitannya dengan umur waktu panen & komposisi tanaman. Tetapi physichal density dapat diubah melalui prosesing.
Contoh: penggilingan & dan pembuatan pelet, meningkatkan intake.
Penggilingan yang terlalu halus, menurunkan palatabilitas

2.      Ukuran partikel
Ukuran partikel jarang dipakai.
Partikel dapat diukur dengan cara:
a.       Pengayakan kering, mengukurnya berdasarkan diameter dari partikel
b.      Pengayakan basah, mengukurnya berdasarkan panjang partikel.
Kelemahannya : partikel-partikel yang relatif kecil sering menyagkut pada dasar ayakan dan kadang-kadang menempel pada partikel yang lebih besar.


II.            Fisiologi Pencernaan Ruminansia
Pencernaan
o   Pencernaan adalah proses penguraian komponen-komponen organik bahan pakan dari molekul besar menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga dapat diserap.
o   Yang termasuk proses pencernaan ini adalah semua aktivitas alat pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengannya.
o   Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan.
o   Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.


A.    Fungsi Masing-masing alat pencernaan
1.      Mulut
Merupakan tempatnya masuknya makanan dan di dalam mulut terdapat gigi dan lidah.
a.       Gigi ruminansia berjumlah 32 buah yg terdiri:
Incicivus = gigi seri yg berfungsi utk merenggut makanan
Gigi molar = berperan dlm mastikasi (pengunyahan)
b.      Lidah : berfungsi untuk memegang makanan & pembentuk bolus makanan.

2.      Faring
Tempat lewatnya makanan dan udara.

3.      Esofagus
Lanjutan dari faring.

4.      Lambung
a.       rumen = kapasitasnya 80%
-          Rumen merupakan bagian perut terbesar.
-          Disebut perut handuk atau beludru karena pada dinding dalamnya terdapat papilae untuk memperluas permukaan
-          Rumen menempati hampir seluruh bagian mikroba: bakteri, protozoa, dan fungi.
Fungsi rumen:
1)      Tempat pencampuran, pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke organ pencernaan berikutnya.
2)      Tempat terjadinya proses fermentasi
3)      Tempat penyerapan produk fermentasi
4)      Tempat penyerapan produk fermentasi
5)      Tempat sintesis sel mikroba
6)      Tempat sintesis vitamin B12 dan vitamin K

b.      retikulum = kapasitasnya 5%
-          bentuknya seperti jala sehingga sering disebut perut jala.
-          Terletak di bagian paling depan dari lambung.
-          Dinding dalam retikulum mengandung tonjolan pendek dan tipis (cristae)
-          Fungsi retikulum = esofagus yaitu berperan dalam proses regurgitasi dan eruktasi.
-          Berperan membantu rumen utnuk pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke omasum.

c.       omasum = kapasitasnya 7-8%
-          berbentuk seperti lembaran buku sehingga dinamakan perut buku atau perut kitab.
-          Lembaran-lembaran tersebut mempunyai bintil yang berfungsi menggilas/menghancurkan, menjaring, menahan padatan agar tidak masuk ke dalam abomasum.
-          Tempat terjadinya penyerapan air.
-          Terletak di bagian kanan ruang perut.

d.      abomasum = 8-9%
-          Merupakan lambung sejati yang dilengkapi dengan kelenjar penghasil enzim sehingga abomasum disebut juga perut kelenjar
-          Dinding dalam abomasum berlipat-lipat, berfungsi untuk mencegah makanan tidak cepat berlalu sehingga cukup waktu untuk dicerna dalam abomasum.
-          Tempat terjadinya proses pencernaan secara hidrolitik
-          Abomasum mensekresikan getah lambung (pepsin dan HCl)
-          pH abomasum 2-4, seperti perut monogastrik.
-          Abomasum terletak di sebelah kanan rumen di bawah omasum.
-          Abomasum dihubungkan dengan usus halus oleh pilorus yang berbentuk jaringan otot lingkar yang berperan mengontrol laju aliran digesta ke usus

5.      Usus halus
Terdiri atas 3 segmen, yaitu:
a.       Duodenum, yang langsung bertaut dengan abomasum. Pada duodenum bermuara getah pankreas yang mengandug semua enzi pencernaan zat makanan dan tempat bermuaranya garam empedu yang diproduksi di hati dan disimpan di kantong empedu. Empedu mengandung garam-garam yang penting untuk absorbsi lemak.
b.      Yeyunum dan Ileum mempunyai vili yang panjang untuk memperluas perrmukaan, guna efisiensi penyerapan.

6.      Caecum
Caecum sapi ukurannya kecil dan kurang penting & kurang berperan dalam pencernaan .

7.      Usus besar (colon)
Tempat penyerapan air dan bahan yang tidak sempat diserap usus halus dan usus besar berakhir di anus.

B.     Proses yang terjadi di dalam alat pencernaan
1.      Proses pencernaan
a.       Pencernaan secara mekanis
Yaitu proses pencernaan yang terjadi di dalam mulut dengan bantuan gigi. Pada ruminansia, proses pengambilan makanan dilakukan oleh lidah, kemudian dipotong-potong oleh gigi untuk kemudian ditelan ke dalam rumen. Bolus adalah gumpalan makanan dalam bentuk bulat sehingga memudahkan penelanan. Regurgitasi adalah proses pengeluaran olus makanan yang masih kasar kembali ke mulut untuk dikunyah kembali (remastikasi = memamah biak)

b.      Pencernaan secara fermentatif
Yaitu, proses pencernaan yang terjadi di dalam rumen dengan bantuan enzim yang dihasilka oleh mikroba rumen. Pencernaan fermentattif dilakukan dengan bantuan mikroba yang terjadi di dalam rumen dan retikulum. Pada proses pencernaan fermentatif, zat makanan dirombak menjadi senyawa monomernya (berbeda sifat kimianya) sebagai zat intermediate. Dan mikroba bersifat selulolitik dan poteolitik.

c.       Pencernaan secara hidrolitis
Yaitu, proses pencernaan yang terjadi di dalam abomasum dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh organ pencernaan. Pada pencernaann hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, misalnya karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein menjadi asam amino.

2.      Enzim pencernaan
Enzim yang membantu dalam proses pencernaan dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam mulut, lambung, pankreas & usus. Enzim yang belum aktif disebut proenzim atau zimogen.
a.       Mulut
Di dalam mulut dihasilkan saliva yang mengandung enzim pregastrik esterase (lipase) & α-amilase pada ruminansia muda.
b.      Lambung
Sel-sel mukosa dalam lambung menghasilkan cairan lambung/cairan pencernaan/gastrk juice.
Bagian lambung yang terkait dengan enzim pencernaan adalah bagian cardiac yang mempunyai kelenjar yang menghasilkan lendir dan bagian fundus yang terdiri dari sel utama yang menghasilkan pepsinogen.
Sel parietal menghasilkan HCl
Sel epitel menghasilkan mucin/lendir.

c.       Bagian pilorus
Bagian ilorus menghasilkan hormon gastrin.
Hormon gastrin akan merangsang sel-sel parietal sehingga dihasilkan HCl.
Suasana asam oleh HCl akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin sebagai enzim aktif yang akan membantu pengaktifan pepsinogen.
Pepsin (endopeptidase) merupakan enzim pemecah rangkaian asam amino di bagian dalam/tengan.
Enzim pepsin bekerja pada pH 2,0 (1,5-4,6)

d.      Usus
Getah usus (duodenal juiece) yang dikeluarkan melalui ductus (saluran) diantara vili, bersifat alkalis, berfungsi sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum dari HCl yang masuk dari lambung.

e.       Pankreas
Getah pankreas disekresikan oleh kelenjar pankreas yang terletak pada lipatan duodenum.
Enzim yang disekresikan oleh pankreas adalah tripsinogen, khimotipsinogen, prokarboksipeptidase A dan B, alfa amilase, dan lipase.

f.             Empedu
Disekresikan oleh hati melalui ductus empedu dan disimpan di dalam kantong empedu, tidak disekresikan bila tidak diperlukan.
Empedu mengandung garam Na dan K, pigmen (bilirubin dan biliverdin), kolesterol dan lendir (mucin).
Garam empedu penting untuk mengaktifkan lipase pankreas dan mengemulsikan lemak.


C.     Jenis dan peranan mikroba di dalam alat pencernaan (rumen dan retikulum)
Mikroba rumen adalah semua mikroba yang bisa tumbuh (bakteri, protozoa, fungi) di dalam rumen sesuai ddengan kondisi rumen.
Ekosistem & kondisi rumen:
·         An aerob
·         pH 6,8-7,0
·         temperatur 39º
·         adanya makanan
·         adanya proses fermentsai
·         adanya kontraksi rumen
·         adanya gas-gas dalam rumen (CO2 = 65%, CH4 = 27%, N2 = 7,5%, O2 = 0,56%, H2S = 0,1%)
ekosistem mikroba rumen sangat komples dan sangat tergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh ternak.
Apabila terjadi perubahan jenis pakan (terutama komposisi nutrisi), maka populasi mikroba rumen akan berubah.
Perubahan yang drastis tiba-tiba atas pakan yang diberikan, akan mengakibatkan hal yang parah, kadang-kadang kematian pada ternak.

Berdasarkan populasi mikroba di dalam rumen, maka mikroba terbagi atas 2 yaitu:
Populasi terbesar : bakteri dan protozoa
Populasi terkecil: fungi, micoplasma, bacteriophage

Peranan mikroba rumen:
1.      melaksanakan fermentasi
2.      membentuk vitamin B kompleks dan vitamin K
3.      sumber zat makanan bagi hewan induk semang (sumber protein)

Berdasarkan Bentuk Morfologinya Bakteri Dapat Dikelompokan Atas 3 Golongan:
1.      Bacil, adalah bakteri berbentuk batang. Sebagian besar bakteri adalah berbentuk bacil. Bacil terbagi atas 3 macam, yaitu:
-          Bergandeng-gandengan panjang (streptobacil)
-          Bergandeng-gendengan dua-dua (diplobacil)
-          Terlepas satu sama lain
2.      Coccus, adalah bakteri yang berbentuk bulat.
Bakteri ini tidak banyak seperti bakteri bacil.
Bakteri coccus dapat dibedakan atas 5 macam, yaitu:
-          Sterptococcus
-          Diplococcus
-          Tetracoccus
-          Staphilococcus
-          Staphilococcus
-          Sarcina, yaitu coccus yang berkelompok berbentuk kubus
3.      Spiril,adalah bakteri yang berbentuk bulat.
Bakteri ini tidak banyak terdapat dan merupakan golongan yang paling kecil dibandingkan basil dan coccus.

POPULASI BAKTERI RUMEN
Bakteri merupakan biomassa mikroba rumen yang terbanyak, dengan populasi 1010 per gram isi rumen.

Bakteri Berdasarkan Sebarannya Di Dalam Rumen
1.      Bakteri bebas yang terdapat di dalam cairan rumen
2.      Bakteri yang melekat pada partikel makanan. Populasinya paling besar yaitu mencapai 70% dari total bakteri rumen.
3.      Bakteri yang menempel pada dinding rumen
4.      Bakteri menempel pada protozoa. Bakteri ini umumnya bakteri pembentuk metan.

Jenis Bakteri Rumen
1.      Bakteri Pencerna Selulosa (Bakteri Selulolitik)
Bakteri selulolitik akan memproduksi enzim ekstraseluler. Enzim tersebut menyerang karbohidrat dan mendegradasinya menjadi selubiosa, glukosa dan VFA (Volatile Fatty Acids) atau asam lemak terbang yang terdiri dari asam asetat, propionat dan butirat.

Spesies Bakteri Perombak Polisakarida Dinding Sel Tanaman
Polisakarida                             Spesies Bakteri Rumen
Selulosa                                              
1.      Bacteroides succinogenes
2.      Ruminococcus flavefaciens
3.      Ruminococcus albus
4.      Butyrivibro fibrisolvens
5.      Cellulomonas fimi
6.      Cillobacterium cellulusolvens
7.      Clostridium lochdana
8.      Eubacterium sp

2.      Bakteri Pencerna Hemiselulosa (Bakteri Hemiselulolitik)
3.      Bakteri Pencerna Pati
Bakteri pencerna pati aktif jika ransum banyak mengandung konsentrat.
Spesies bakteri ini yaitu:
a.       Bacteroides amylophylus
b.      Bacteroides ruminocola
c.       Streptococcus bovis

4.      Bakteri Pemakai Laktat
Bakteri ini hidup dari produk fermentasi bakteri lain. Asam laktat yang terbentuk dari pencernaan pati oleh bakteri lain diubah menjadi asam propionat.
Spesies bakteri pemakai laktat yaitu:
a.       Propionilbacterium sp
b.      Veillonell alkalescens
c.       Peptostreptococcus elsdeini

5.      Bakteri Pembentuk Metan
Spesies yang utama adalah metanobacterium ruminantium. Bagi ternak host, proses ini merugikan karena CHtidak terpakai. Bakteri ini sensitif terhadap oksigen.

6.      Bakteri Proteolitik
±30% dari bakteri rumen mempunyai aktivitas proteolitik. Bakteri ini merombak protein menjadi NH3.
Spesies yang utama adalah:
a.       Bacteroides sp
b.      Butyrivibro sp
c.       Selenomonas sp

PROTOZOA RUMEN
Populasi protozoa rumen : 106 per gram isi rumen
Ukuran protozoa : 100 x bakteri
Hampir seluruh protozoa rumen berbentuk cylliata, mempunyai cylia daan sedikit yang mempunyai flagellata.
Sebagian besar protozoa memanfaatkan pati atau gula sebagai substrat yang denga mudah dimanfaatkan dan disimpan di dalam tubuhnya sebagai polidextran.
Polidextran akan dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi protozoa, baik untuk pertumbuhan maupun maintenance.
Protozoa mempunyai sifat cendrung diretensi di dalam rumen , hal ini disebabkan:
1.      Protozoa cenderung melekat pada partikel-partikel makanan yang relatif besar.
2.      Protozoa sering berada disekitar dinding rumen.
3.      Protozoa yang mengkonsumsi dan menyimpan pati atau gula menjadi meningkat densitasnya.
4.      Protozoa sering tertinggal pada bolus.

Defaunasi
Adalah penghilangan protozoa.
Defaunasi dapat meningkatkan kecernaan bahan makanan berkualitas rendah seperti jerami padi.
Defaunasi akan lebih terlihat manfaatnya jika ransumnya terdiri dari limbah pertanian atau limbah industri.

Fungsi Protozoa Rumen:
1.      Sumber Polisakarida
2.      Sumber Protein Bagi hewan induk semang

Protozoa Rumen terbagi atas 2 kelas:
1.      Kelas Holotrichs
Holothtichs merupakan protozoa yang memiliki silia sekitar tubuhnya, geraknya cepat dan sumber energinya adalah pati dan gula.
Class          : Holotrichs
Subclass    : Holotrichia
Ordo          : Trichosomatida
Genus        : Isotricha

2.      Kelas Oligotrichs
Oligothrichs adalah protozoa yang mempunyai silis hanya di sekitar mulutnya, geraknya lambat, dan biasanya menggunakan karbohidrat yang sukar dicerna seperti selulosa.
Class         : Oligotrichs
Subclass   : Spirochia
Ordo         : Entodiniomorph
Genus       : Entodinia



III.            Metabolisme Zat Makanan Pada Ruminansia
A.    Metabolisme Karbohidrat
1.      Pencernaan karbohidrat di dalam rumen
Karbohidrat (KH) dalam pakan mempunyai peranan yang penting di dalam nutrisi ruminansia. Metabolisme KH oleh mikroorganisme di dalam rumen mengasilkan VFA (volatile fatty acids) yang menyediakan 70-80% kebutuhan energi pada ruminansia.
Yang termasuk VFA adalah asam asetat mempunyai 2 atom C, asam propionat mempunyai 3 atom C, dan asam butirat yang mempunyai 3 atom C.

2.      Metabolisme karbohidrat pada ruminansia
o   Titik awal metabolisme adalah zat-zat yang dihasilkan oleh pencernaan makanan. Pada ternak ruminansia, sebagian besar karbogidrat (KH)dirombak di dalam rumen menjadi VFA yang terdiri dari asam asetat 10 ATP, asam propionat 17 ATP dan asam butirat 25 ATP yang disertai dengan asam-asam lemak berantai bercabang.
o   Asam butirat akan diubah dalam perjalanannya melewati dinding rumen dan  masuk ke dalam darah portal sebagai asam beta-hidroksi butirat (BHBA= beta hidroxy butiric acids).
o   Asam asetat dan propionat ketika melewati dinding rumen hampir tidak mengalami perubahan, yang kemudian masuk ke dalam darah portal dan dibawa bersama-sama dengan BHBA ke hati.
o   Asam asetat dan BHBA akan meninggalkan hati, melalui darah sistemik dibawa ke berbagai organ dan jaringan untuk digunakan sebagai sumber energi dan untuk sintesis asam lemak.
o   Asam propionat akan diubah menjadi glukosa dalam hati dan bergabung dengan pool glukosa hati.
o   Glukosa kemungkinan akan:
a.       Diubah menjadi glikogen dan disimpan
b.      Diubah menjadi gliserol-3 fosfat dan digunakan untuk sintesis triasil gliserol.
o   Sisa glukosa akan masuk ke sisterm peredaran darah sistemik dan dibawa ke berbagai jaringan tubuh untuk digunakan sebagai:
a.       Sumber energi
b.      Untuk sintesis glikogen
c.       Untuk sintesis trigliserida
Jadi, VFA merupakan sumber utama energi bagi ruminansia.

*      Asam Asetat Sebagai Sumber Energi
Asam asetat merupakan produk utama pencernaan karbohidrat pada ruminansia.
Asam asetat berasal dari pencernaan makanan kasar
Asam lemak ini digunakan oleh berbagai jaringan sebagai sumber energi. Reaksi awal pada proses ini adalah perubahan asetat menjadi asetil-co A dengan adanya enzim asetil-co A sintetase.
Asetil-co A kemudian dioksidasi melalui siklus krebs atau sikllus asam trikarboksilat yang mengasilkan 12 ATP per molekul.
Karena untuk perubahan asetat menjadi asetil-co A dibutuhkan 2 ATP, maka setiap molekul asetat akan menghasilkan 10 ATP.

*      Asam Butirat Sebagai Sumber Energi
Asam butirat yan dihasilkan di dalam rumen akan diubah menjadi asam beta-hidroksi butirat (BHBA) pada perjalanannya melewati dinding rumen.
Energi yang dihasilkan dari 1 molekul asam butirat:
                                                                                            Molekul ATP
1 molekul butirat menjadi 1 molekul BHBA                        5        5
1 molekul BHBA menjadi 2 molekul asetil-co A                 3        2
2 molekul asetil-co A menjadi CO2 dan H2O                     24         
                                                                    Total                32        7

*      Asam Propionat Sebagai Sumber Energi
Asam propionat banyak dihasilkan dari pencernaan konsentratdi dalam rumen.
Asam propionat ini akan melewati dinding rumen dan sebagian besar dibawa ke hati dan di hati diubah menjadi glukosa.
Energi yang dihasilkan dari 1 molekul asam propionat adalah 17 ATP dengan tahapan glikolisis, glukoneogenesis, glikogenesis, glikogenolisis

*      Glukoneogenesis
Adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa yang bukan karbohidrat:
-          Asam propionat
-          Asam piruvat
-          Gliserol
-          Asam amino


B.     Metabolisme Protein dan NPN
*      Metabolisme protein pada ruminansia
- Ruminansia punya kemampuan yang unik, yaitu dapat berproduksi tanpa adanya sumber protein dalam pakan. Hal ini disebabkan adanya sintesis protein mikroba di dalam rumen.
- Protein mikroba akan dimanfaatkan oleh ruminansia bersama dengan protein pakan yang lolos dari degradasi di dalam rumen.
- Protein pakan yang dikonsumsi, yang lolos ke omasum disebut protein by pass atau protein yang terdegradasi.
- Protein mikroba & protein pakan yang lolos dari degradasi di dalam rumen, akan dicerna di dalam abomasum dan usus halus dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh abomasum dan usus halus.
- Protein yang ada di dalam usus halus, setelah dicerna selanjutnya akan diserap dalam usus halus.
- Proses absorbsi protein setelah dicerna dan metabolismenya di dalam tubuh adalah sama antara ruminansia dengan non ruminansia, oleh karena pembahasan akan difokuskan pada proses degradasi dan sintesis protein di dalam rumen.

*      Kepentingan mikroba rumen sebagai sumber protein
Mikroba rumen umumnya mengandung protei kasar antara 20-60%
Kandungan protein bakteri rata-rata 50% dengan variasi yang kecil yaitu ±5%.
Kandungan protein protozoa jauh lebih bervariasi yaitu 20-60% dengan rata-rata 40%.

*      Sumber N yang digunakan mikroba untuk sintesis protein berasal, terdiri dari:
1.      Protein pakan
2.      NPN = Non Protein Nitrogen
3.      N yang direcycling ke rumen untuk penggunaan kembali
Sapi dapat tumbuh, berproduksi dan laktasi apabila ransumnya hanya mengandung NPN sebagai sumber nitrogen. Ini mengindikasikan adanya kapasitas sintetik dari mikroba rumen.
Protein kasar mikroba masuk ke omasum, abomasum dan kemudian ke usus halus untuk dicerna bersamaan dengan residu material dari rumen.

*      N mikroba terdiri dari:
a.       40% N non amonia yang masuk ke usus halus apabila kadar protein pakan tinggi
b.      60% apabila kadar protein ransum rendah
c.       100% apabila ransum disuplementasi dengan NPN murni
Ransum yang rendah kadar proteinnya atau ransum dengan sumber protein yang mudah terdegradasi , maka persentase protein yang berasal dari mikroba akan meningkat.
Jumlah protein mikroba yang dihasilkan biasanya dibatasi oleh jumlah beberapa nutrient atau energi (ATP) yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba.
Walaupun protozoa dan fungi aktif di dalam rumen, tetapi sintesis protein mikroba serta outflownya tergantung pada bakteri.
Sesungguhnya ½ dari protein mikroba di dalam rumen dapat menjadi protein protozoa, karena proporsi protein mikroba yang meninggalkan rumen yang berasal dari mikroba biasanya < 10%.
Dengan pemberian pakan yang selektif, maka jenis & aktifitas mikroba rumen tertentu dapat dikontrol.

*      Fungsi Penurunan jumlah protozoa & bakteri spesifik di dalam rumen
1.      Menurunkann proteolitas di dalam rumen
2.      Meningkatkann laju protein pakan atau protein mikroba ke usus halus yang tersedia untuk dimanfaatkann oleh ternak.
Mikroba rumen butuh untu beradaptasi dalam menggunakan sumber protein dan energi yang baru selama beberapa hari.
Waktu adaptasi akan lebih lama dibutuhkan untuk senyawa tertentu seperti sumber NPN

*      Fungsi Manipulasi rumen
o   Menghambat starin mikroba spesifik atau jalur metabolik yang tidak efisien
o   Manipulasi rumen juga dapat meningkatkan efisiensi metabolisme protein persen energi di dalam rumen
o   Efisiensi produk ternak biasanya dibatasi oleh konsumsi energi dan efisiensi penggunaan energi, tidak oleh ketersediaan protein.
o   Tetapi ketersediaan protein dapat mengubah feed intake % dalam hal ini akan mengubah efisiensi produksi.
o   Protein yang dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih dari kebutuhan, akan digunakan sebagai sumber energi oleh mikroba rumen atau ternak.
o   Berbeda hallnya dengan NPN, jika berlebih tidak bermanfaat dan dapat beracun dan menurunkan feed intake atau meningkatkan kehilangan energi pada ternak.

*      Katabolisme baik protein atau energi di dalam rumen tidak terjadi tanpa adanya kerugian
·         Kerugian itu adalah kehilangan energi sebagai panas dan sebagai metan dan untuk sintesis asam-asam nukleat yang digunakan, dapat menurunkan efisiensi penggunaan energi.
·         Apabila nutrien-nutrien pakan dapat dicerna di usus halus dan di absorbsi dari usus halus maka energi akan dapat disimpan.
·         Apabila kualitas protein rendah atau kuantitasnya sedikit atau jika fermentasi dibutuhkan untuk melepaskan energi yang ada di dalam dinding sel tanaman maka rumen esensial utnuk produksi.
·         Ruminansia sama halnya dengan non ruminansia yaitu juga membutuhkan asam-asam amino esensial.
·         Perbedaannya antara ruminansia dan non ruminansia yaitu pada ruminansia kebutuhan asam amino esensial secara kuantitatif, metabolisme dan transfer asam amino esensial interorgan, dan jalur pemanfaatan amonia dan asam nukleat.

*      Kualitas nutrisi dari protein mikroba
Komposisi asam amino dari digesta di dalam duodenum lebih konstan dibandingkan dengan komposisi asam amino dari bahan pakan karena adanya tambahan dari protein mikroba. Kualitas protein mikroba yang diukur sebagai nilai biologis (Biological value= BV) nilainya adalah tinggi tetapi tidak ideal.
Nilai biologis dari protein mikroba 66-87% dibandingkan dengan nilai ideal adalah 100%.

Kualitas protein bakteri dan mikroba
Kualitas Protein
Bakteri
Protozoa
Nilai Biologis (BV)
66-87
82
True Digestibility
74-79
87-92
Net Protein Utilization (NPU)
63
71

Kecernaan & NPU (BV x kecernaan) lebih tinggi pada protozoa rumen dibandingkan bakteri rumen.
Asam amino membentuk ±80% protein mikroba, maka nilai biologis dari true protein di dalam protein mikroba mendekati 100.
Sama halnya dengan casein (protein susu yang utama), maka protein mikroba memiliki kandungan lisin & treonin yang tinggi dan sedikit kandungan metionin dibandingkan dengan kebutuhan ternak untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
Pakan tidak mempunyai pengaruh utama terhadap nilai BV dari protein yang berasal dari mikroba, tetapi protein pakan yang lolos dari degradasi akan bergabung dengan protein mkroba dan oleh karena itu akan mengubah komposisi protein yang mencapai usus halus.
Kuantitas dan kualitas protein yang mencapai usus halus dimodulasioleh efek gabungan dari degradasi dan sintesis di dalam rumen.
Apabila protein pakan mempunyai kualitas yang rendah maka protein yang mencapai usus halus dilengkapi oleh aksi mikroba.
Tetapi apabila protein pakan mempunyai BV yang tinggi, maka degradasi protein pakan oleh mikroba di dalam rumen dapat menurunkan nilai BV.
Aksi mikroba juga mengubah kuantitas protein yang mencapai usus halus.
Aksi mikroba menurunkan ketersediaan protein apabila ransum mengandung kadar protein rendah.
Apabila kadar protein ransum < 13-15%, maka output protein kasar dari rumen umumya melebihi input dari pakan, sedangkkan diatas nilai ini maka input N pakan melebihi outflow N protein.
Perbedaan antara input dan output menggambarkan keseimbangan netto antara absorbsi amonia (NH3) dari rumen & recycling N ke rumen.


*      N yang direcycling ke rumen melaluui 2 jalur, yaitu:
1.      Melalui saliva
2.      Difusi dari aliran darah secara langsung melalui dinding rumen
Dengan demikian ruminan dapat survive tanpa adanya asam amino esensial di dalam ransum karena mikroba mensintesis asam amino esensial di dalam rumen.
Tetapi sintesis asam amino oleh mikroba rumen tidak cukup untuk memenuhi asam amino esensial bagi pertumbuhan yang cepat dan produksi yang tinggi
Performan ternak akan meningkat apabila ternak diberi tambahan asam amino esensial.

*      Amonia rumen dan recycling N
Sebagian besar mikroba rumen bisa memanfaatkan amonia (NH3) sebagai sumber N.
Tetapi ada beberapa spesies yang membutuhkan senyawa tambahan rantai karbon dari asam amino tertentu untuk efisiensi pertumbuhan yang cepat atau paling efisien.
Bakteri secara efektif akan mengabsorbsi N-NH3 sedangkan bakteri tidak.
Walaupun sebagian strain bakteri dalam rumen dapat survive dengan sebagai NH3 sumber N, namun < 40% protein bakteri lewat melalui pool NH3

*      Amonia dalam rumen berasal dari 3 sumber
1.      Degradasi protein pakan dan NPN pakan
2.      Dari hidrolisis urea yang direcycling ke dalam rumen
3.      Dari degradasi protein mikroba

*      Tidak munculnya amonia dari pool di rumen, karena:
1.      Adanya uptake oleh mikroba
2.      Adanya absorbsi melalui dinding rumen

*      Konsentrasi amonia
Konsentrasi amonia berbeda dengan lokasinya di dalam rumen.
Konsentrasi amonia mencapai puncaknya 1-2 jam setelah makan dengan pakan urea.
Tetapi pakan dengan protein tanaman maka konsentrasi amonia mencapai puncaknya 3-5 jam setelah makan.
Absorbsi amonia meningkat karena konsentrasi amonia meningkat.
Keracunan amonia terjadi apabila konsentrasi amonia meningkat.

*      Fiksasi amonia
N amonia difiksasi ke carbon oleh mikroba rumen dengan bantuan 2 enzim yaitu:
1.      Glutamin sintetase (GS)
2.      Glutamat dehidrogenase (GDH

*      Konsentrasi GS paling tinggi apabila
-              N-Amonia ekstraseluler rendah. Sedangkan GDH merupakan enzim konstitutif (tidak merupakan subjek untuk mmengontrol metabolik) yang tidak bervariasi konsentrasinya.
-              Sebaliknya pada saat konsentrasi amonia lebih tinggi maka uptake amonia terutama melalui GDH, tapi pada saat konsentrasi amonia rendah maka jalur GS lebih intensif digunakan karena GS mmempunyai affinitas yang lebih tinggi untuk N-Amonia.
-              GS membutuhkan 1 mol ATP untuk setiap mol ion amonium yang difiksasi, sedangkan aksi GDH tidak membutuhkan ATP
-              Jika konsentrasi N-Amonia rendah, maka efisiensi perrtumbuhan mikroba berkurang karena ATP dialihkan penggunaannya dari pertumbuhan ke proses uptake amonia
-              Untuk fiksasi N, konsentrasi N ekstraseluler harus cukup tinggi untuk mempertahankan konsentrasi intraseluler minimal.
-              Konsentrasi N-Amonia ekstraseluler harus cukup tinggi untuk mempertahankan konsentrasi intraseluler minimal
-              Konsentrasi N-Amonia ekstraseluler sedikit diatas konsentrasi intraseluler *2-3mmolliter dibutuhkan untuk memaksimumkan sintesis glutamin.

*      Recycling nitrogen ke rumen
N secara kontinyu direcycling ke rumen dari aliran darah untuk digunakan kembali.
Mekanisme konservasi ini menyebabkan ruminansia survive terhadap ransum yang sangat rendah N nya.
23-92% urea plasma direcycling ke alat pencernaan.
Recycling N lebih tinggi jika intake N lebih rendah.

*      Kuantitas N yang direcycling ke rumen berkurang jika:
1.      Konsentrasi NH3 rumen tinggi
2.      Konsentrasi urea plasma rendah

*      Urea plasma masuk ke dalam rumen melalui 2 jalur, yaitu:
1.      Melalui saliva
2.      Difusi melalui dinding rumen.
Jika ransumnya terdiri dari hijauan, maka 15-50% dari total urea direcycling melalui saliva.
Transferurea melintasi dinding terjadi melalui difusi.
Dengan adanya enzim urease yang dihasilkan oleh mikroba rumen, maka urea akan dihidrolisa menjadi NH3 + CO2
Amonia (NH3) akan dikonversi menjadi ion amonium (NH4+) oleh pH asam dari rumen.
Ion amonium agak sulit diabsorbsi dibandingkan dengan bentuk yang tidak terion (NH3).
Konsentrasi amonia yang tinggi di rumen menurunkan recycling N baik melalui penghambatan enzim urease di dinding rumen atau melalui penurunan difusi bagi amonia.
Enzim urease tidak dihasilkan oleh jaringan ternak tetapi dihasilkan oleh mikroba : 10-15%.
Amonia yang direcycling ke rumen domba : 15 gram/hari dan untuk sapi : 60 gram/hari.

*      Jumlah total N yang direcycling melalui saliva tergantung pada:
1.      Konsentrasi urea darah
2.      Saliva yang dihasilkan

*      Faktor yang mempengaruhi laju recycling N melalui dinding rumen adalah:
1.      Ketersediaan karbohidrat
2.      Konsentrasi N-Amonia
3.      pH rumen
recycling N akan berguna bagi ternak ruminan apabila ia diinkorporasi menjadi protein mikroba.
P & S juga direcycling ke dalam rumen.
Jumlah S yang direcycling lebih rendah dibandingkan N karena recycling S hanya terjadi melalui saliva.

*      Absorbsi amonia dari rumen tergantung pada:
1.      Konsentrasi amonia
2.      pH
karena amonia yang tidak terion (NH3) diabsorbsi sedangkan ion amonium tidak maka pH rumen yang lebih rendah secara otomatis akan menurunkan absorbsi N- NH3

*      Pemberian urea umumnya meningkatkan pH rumen yang pada gilirannya meningkatkan absorbsi amonia
Kadar amonia yang tinggi di dalam rumen akan bersifat toksik bagi semua mamalia.

*      Gejala klinis keracunan amonia
1.      Konsentrasi N-monia di rumen > 100 mg/dl
2.      pH rumen > 8
3.      konsentrasi amonia plasma darah > 2 mg/dl
keracunan dapat berkurang dengan meningkatnya kapasitas hati untuk mensintesis urea melali ketersediaan yang tinggi dari asam amino tertentu.


C.    Metabolisme Lemak
1.      Klasifikasi Lemak
a.       Berdasarkan panjang rantainya
Asam lemak dengan atom C1-C6 biasanya disebut VFA (Volatile Fatty Acids) yaitu asam-asam lemak mudah menguap atau asam lemak terbang.

b.      Berdasarkan hidrogenasi
*      Saturated fatty acids = asam lemak jenuh
*      Mono-unsaturated fatty acids
*      Poly- unsaturated fatty acids = asam lemak tak jenuh ganda

c.       Berdasarkan ooptical isomers
Jika terdapat ikatan rangkap, maka asam lemak terdapat dalam bentuk CIS atau trans.
Bentuk CIS adalah bentuk lemak yang ada dalam sumber lemak tanaman.

d.      Berdasarkan ikatan
*      Asam lemak bebas
*      Asam lemak yang teresterifikasi dalam bentuk gliserida. Asam lemak ini dapat berubah dengan adanya handling, penyimpanan dan adanya proses terhadap ransum atau produk yang mengandung lemak.

e.       Berdasarkan availabilitasnya (ketersediaannya)
*      Lemak terdapat dalam bentuk enkapsul di dalam struktur tanaman.
*      Lemak yang secara fisik diprotek dari degradasi mikroba rumen.
*      Bentuk lain dari lemak yang diprotek adalah lemak yang diberikan itu dalam bentuk sabun atau apabila asam-asam lemak bebas dan kation divalent bergabung untuk membentuk sabun.

2.      Sumber-Sumber Lemak Pakan
a.       Lemak Struktural (structural acid)
Daun dari tanaman hijauan mengandung lemak sebesar 3-10% dari bahan keringnya, yang terdiri dari:
1)      Surface lipid: terdapat sebagai lilin & ester dari alkohol rantai panjang yang terdiri dari:
·         Hidrokarbon rantai panjang (C29)
·         Asam-asam lemak bebas
·         Alkohol
·         Keton
·         Bagian luar mengandung senyawa tambahan yaitu cutin yang terdiri dari polimer asam-asam lemak normal & hidroksi yang terikat secara cross-linked.
·         Sebagian besar lemak pada daun terdapat sebagai komponen dari membran selular, yang sebagian besar meerupakan fosfolipid pada jaringan tanaman.
·         Glikolipid menyusun lipid membran sebesar 40-50%
·         Surface lipid meliputi:
a.       Asam-asam lemak dari atom C10 – C30
b.      Cutin mengandung sebagian besar fraksi C18 asam-asam hidroksi
2)      Lipid yang merupakan komponen dari sel-sel daun terutama membran kloroplas.
Asam-asam lemak pada lipid membran meliputi:
·         Alfa linoleat (sebagian besar)
·         Asam palmitat
·         Asam linoleat
3)      Lipid-lipid lainnya meliputi:
·         Caretonoid
·         Sterol-sterol

b.      Storage lipid
o   Bentuk storage lipid akan mempengaruhi jenis lipid di dalam biji tanaman.
o   Pada tanaman yang menyimpan energi terutama dalam bentuk karbohidrat, maka lipid yang terdapat merupakan lipid struktural (fosfolipid & glikolipid).
o   Tetapi pada tanaman yang menyimpan energinya dalam bentuk liipid, maka lipid yang ditemukan terutama dalam bentuk trigliserida.

3.      Metabolisme Lipid
a.       Hidrolisis
Mikroba rumen akan menghidrolisis lemak pakan menjadi asam lemak dan glyserol.
b.      Biohidrogenasi
Setelah terjadi lipolisis, selanjutnya terjadi biohidrogenasi. Karena biohidrogenasi tergantung pada adanya karboksil bebas, maka lipolisis merrupakan langkah awal yang harus dilakukan di dalam esterifikasi lipid yang diberikan di dalam ransum.
Tidak semua bakteri mampu melipolisis. Bakteri yang berperan dalam lipolisis adalah: Selemonomonas ruminantium dan Butyrivibro.
Protozoa tidak mempunyai aktifitas lipolisis.

4.      Mekanisme Penguraian Lemak
*      Lemak dilipolisis menjadi asam lemak + gliserol
*      Gliserol difermentasi oleh mikroba rumen menjadi asam propionat + asam butirat + asam sumsinat + H2O
*      Gliserol dimetabolisasi melalui fosforilasi menjadi gliserol fosfat
*      Gliserol fofat dirubah menjadi DHAP (Dihidroksi Aseton Fosfat)
*      DHAP dirubah menjadi gliseraldehid 3 fosfat
*      Gliseral dehid 3 fosfat dirubah menjadi piruvat
*      Piruvat diubah menjadi asam propionat

5.      Metabolisme Lipid Oleh Mikroba Rumen
*      Pada ransum yang banyak biji-bijian, maka jumlah mikroba yang bersifat lipolitik dan yang menghidrogenasi (Biohidrogenasi) lebih sedikit sehingga banyak yang lolos.
*      Walaupun lipolisis terjadi dengan cepat, ini masih terlihat sebagai pembatas laju & mencegah meningkatnya jumlah asam lemak tak jenuh ganda yang bebas (free poly-unsaturated) yang dapat mempengaruhi pencernaan serat dan menghambat biohidrogenasi.
*      Proses hidrolisis tergantung pada lipid yang dikonsumsi.
*      Minyak tumbuh-tumbuh seperti linseed oil dihidrolisis dengan lebih komplek (>90%) dibandingkan dengan minyak ikan yang hanya < 50% yang dihidrolisis.
*      Karena asam-asam lemak harus terdapat dalam bentuk bebas, untuk selanjutnya dimetabolis oleh mikroba rumen, maka terbatasnya hidrolisis mengakibatkan terbatas pula perubahan lipid dalam rumen.
*      Berbagai lipid tanaman dihidrolisis di dalam rumen & sebagian akan dihidrolisis dengan cepat & ekstensif.
*      Contoh: galaktolipid akan didegradasi dengan cepat & galaktosa dibebaskan dan ini menunjukan galaktosil gliseril ester dihidrolisis secara ekstensif.

Biohidrogenasi :
Biohidrogenasi terjadi di dalam rumen dan mikrobalah yang memegang peranan. Proses ini menghasilkan penambahan atom H pada asam lemak sehingga terjadi perubahan asam lemak dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh.

Asam lemak tak jenuh:
Asam lemak tak jenuh yaitu bila hanya ada satu atom H yang terikat pada atom C. Jadi atom C bergabung dengan atom C yang berdekatan oleh satu ikatan rangkap.
Contoh asam lemak tak jenuh:
a.       Asam oleat C18:1
b.      Asam linoleat C18:2
c.       Asam linoleat C18:3
d.      Asam arakhidonat C20:4




Asam lemak tak jenuh : Asam linolenat (C18:3)
     H H          H              H          H H H H H H H   O
H-C-C-C=C-C-C=C-C-C=C-C-C-C-C-C-C-C-C
    H H H  H H H H H H   H H H H H H H H       OH

Asam lemak jenuh : Asam stearat (C18:0)
     H H H H H H H H H H H H H H H H H    O
H C C C C C C C C C C C C C C C C C C
    H H H  H H H H H H   H H H H H H H H  OH

Asam lemak = RCOOH
Asam lemak: CH3 (CH2)nCOOH
Bila terdapat ikatan rangkap, asam lemak bisa terdapat dalam bentuk CIS atau trans.
Bentuk CIS : yaitu apabila atom-atom hidrogen terletak pada sisi yang sama, sbb:
H              (CH2)7 COOH bentuk CIS
         C
         C
H              (CH2)7 CH3

Asam lemak:
Sebagian besar asam-asam lemak tak jenuh dimodifikasi melalui metabolisme rumen.
Hampir semua asam lemak tak jenuh pada tanaman terdapat dalam bentuk CIS.
Tetapi mikroba rumen secara normal akan menghasilkan trans isomer dari asam lemak.
Juga akan merubah panjang rantai, terjaadi peubah posisi ikatan rangkap dan juga perubahan produksi asam lemak rantai cabang.
Kesemua ini tersedia untuk didepot dan lemak yang disekresi oleh ruminansia berbeda dengan lemak yang dari pakan.

Biohidrogenasi:
Merupakan suatu keharusan yang harus terjadi pada sebagian besar asam-asam lemak.
Asam-asam lemak bebas (FFA= Free Fatty Acids)
FFA terikat secara non ion membentuk bahan partikulat.
Bila ransum yang tinggi biji-bijian diberikan, maka biohidrogenasi yang terjadi kurang komplit, karena cairan rumen sapi yang diberi tinggi biji-bijian mengandung sedikit permukaan partikulat sehingga jumlah mikroorganisme yang menghidrogenasi juga lebih sedikit.
Asam-asam lemak & mikroba bergabung dengan bahan-bahan partikulat.
Biohidrogenasi merupakan suatu proses yang terdiri dari banyak tahap. Setiap satu spesies tidak sama kemampuannya untuk menghidrogenasi asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh.
Protozoa adalah sangat aktif di dalam proses hidrogenasi dan tingkat hidrogenasi yang terjadi biasanya jauh lebih sedikit /kurang ekstensif apabila populasi protozoa dihilangkan.
Oleh karena itu kadar asam lemak tak jenuh yang ditemukan di dalam darah. Susu & jaringan adiposa lebih tinggi apabila protozoa terdapat dalam jumlah terbatas. Tetapi hal ini tidak hanya akibat hilangnya protozoa tetapi juga akibat perubahan yang terjadi di dalam metabolisme rumen.
Spesies bakteri tidak menjenuhkan asam lemak secara total, tetapi akan menghidrogenasi satu ikatan rangkap seperti:
               C18:3 menjadi C18:2
               C18:2 menjadi C18:1
               C18:1 menjadi C18:0
Konsekuensinya, perubahan spesies bakteri dan protozoa secara nyata akan mengubah tingkat hidrogenasi.
Di dalam proses hidrogenasi dari asam-asam lemak yang umum seperti asam linolenat (C18:3 dengan 3 oktan rangkap pada atom C9, 12 & 15) maka terbentuk suatu konjugasi ikatan rangkap CIS-trans & selanjutnya terjadi hidrogenasi pada posisi 9. Dalam hal ini, hidrogenasi dari ikatan rangkap 11- trans muncul menjadi pembatas laju hidrogenasi.
Produk akhir dari biohidrohenasi yang paling banyak adalah 11 trans octadecanoid acid = asam stearat (C18:0).
Penjenuhan total terjadi dari asam linoleat (C18:2) menjadi asam stearat (C18:0) apabila ditambahkan dalam bentuk teresterifikasi.
Apabila ditambahkan dalam bentuk asam linoleat bebas, maka hidrogenasi terjadi secara komplit & sebagai produk akhirnya adalah asam oleat (C18:1) dan ini akan menghambat tahap ke-2 dari biohidrogenasi.
Biohidrogenasi terhambat dengan adanya asam lemak tak jenuh dalam bentuk bebas karena ini akan menghambat fungsi mikroba.
Pemberian pakan yang membatasi fungsi protozoa akan menghasilkan bahan partikulat yang terbatas dan akan menghambat mikroba untuk menghidrogenasi sehingga mengakibatkan rendahnya penjenuhan dari lemak pakan.
Pemberian lemak seperti minyak ikan yang dihidrolisa secara tak lengkap, akan mencegah hidrogenasi karena hidrogenasi hanya terjadi dengan asam-asam lemak yang teresterifikasi.

6.      Sintesis Lipid Di Dalam Rumen
*      Selain mengubah lemak ransum, maka mikroba rumen juga mensintesis sejumlah besar asam lemak rntai cabang & rantai karbon yang banyak dalam konfigurasi trans.
*      Protozoa & bakteri melakukan sintesis denovo dari asam-asam lemak rantai panjang.
*      Prekursor yang digunakan untuk sintesis asam lemak α dan β–oksidasi.
*      Sintesis lipid oleh mikroba rumen umumnya cukup, tetapi lebih besar apabila ransum mengandung sedikit lipid dan mungkin meningkat dengan meningkatnya konsentrat.
*      Protozoa & bakteri rumen dengan cepat bergabung dengan asam-asam lemak ransum membentuk lipid seluler & ini akan menghambat sintesis denovo.
*      Oleh karena itu pemberian lemak ransum terutama minyak seperti minyak ikan akan menurun sintesis asam lemak mikroba.
*      Mikroba rumen tidak menyimpan trigliserida & asam-asam lemak yang ada adalah dalam fosfolipid membran & asam-asam lemak bebas.

7.      Pencernaan Dan Penyerapan Lipid Di Dalam Usus Halus
*      Pencernaan lipid di dalam usus halus
*      Pada ternak ruminansia, sebagian besar lemak yang masuk ke dalam usus halus adalah dalam bentuk asam lemak yang tidak teresterifikasi atau dalam bentuk asam lemak bebas, sangat jenuh dengan ikatan yang non ion, dalam suatu komplek yang tidak larut dengan bahan partikulat yang tidak larut.
*      pH ingesta yang mengalir dari abomasum dan tetap rendah melewati ½ bagian atas usus halus, karena terbatasnya buffer dari sekresi pancreas yang rendah level bikarbonatnya.
*      Konsekuensinya, pada pH ini asam-asam lemak diprotonasi dan sabun asam lemak yang tidak larut di dalam rumen menjadi dapat larut dan terjaadi peningkatan absorbsi dari asam-asam lemak & juga mineral.
*      pH yang rendah pada ½ bagian atas usus halus akan menurunkan kelarutan asam-asam lemak dan asam-asam empedu.
*      Asam-asam empedu adalah esensial untuk absorbsi asam lemak pada ruminansia.
*      Untuk terjadinya pencernaan, asam-asam lemak harus ditransfer dari fase partikulat yang tidak larut menjadi fase micell.
*      Transfer ini tidak terjadi jika tidak ada asam empedu bahkan jika tidak ada cairan pancreas.
*      Untuk pencernaan yang normal, sangat dibutuhkanadanya cairan pancreas dan empedu.
*      Laju aliran empedu lebih besar 5x dibandingkan cairan pankreas.


8.      Sekresi Empedu
*   Empedu pada ruminansia mengandung 1,400mg lipid/dl & 80% terdiri dari fosftidilkolin. Sisanya 20% terdiri dari lisofosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, kolesterol & kolesterol ester.
*   Asam-asam lemak utama di dalam fosfatidil kolin di dalam empedu dari ransum normal yang diberikan pada ruminansia, terdiri dari:
a.       Asal palmitat (>1/3)
b.      Asam stearat (10%)
c.       Asam oleat (30%)
d.      Asam linoleat (5%)
e.       Asam linonenat (5%)
*   Berbeda dengan ruminansi, ternak ruminansia mengandung sangat sedikit asam linoleat atau arakhidonat dan lebih banyak mengandung asam oleat.
*   Konsentrat asam-asam empedu 5,000-8,000 mg/dl yang terdiri dari:
a.       Asam taurokolat, yang larut dan mengion pada pH 2,5
b.      Asam glikollat, yang tidak larut pada pH 4,5

9.      Sekresi Pankreas
Aktivitas optimum dari enzim membutuhkan pH 7,5-7,8 dan sedikit aktivitas terjadi pada pH dibawah 5,0.
Dengan kandungan bikarbonat yang rendah & laju sekresi pancreas yang rendah dari sekresi pancreas, maka usus halus tetap dalam kondisi asam hingga bagian bawah yeyunum.
Terdapat 2 enzim fosfolipase pancreas yaitu:
a.       A1 yang sangat asam, labil dan menjadi inaktif & irreversible pada pH 2,5.
b.      A2 yang efektif bekerja pada bagian yeyunum.

10.  Absorbsi Lipid
Lipid diabsorbsi dalam bentuk misel (micel)


D.    Metabolisme Vitamin
*      Vitamin Dalam Nutrisi Ruminansia
Vitamin merupaka bahan organik yang mengandung molekul-molekul karbon.
Merupakan mikronutrien karena dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang sangat sedikit.
Merupakan komponen esensial dari koenzim.

Vitamin dalam nutrisi ruminansia:
Pada tingkat jaringan, ruminansia membutuhkan semua vitamin yang diperlukan untuk fungsi yang normal.
Tetapi mikroorganisme rumen mampu mensintesis vitamin B dan vitamin K.
Vitamin A,D dan E tidak disintesis oleh mikroba rumen, oleh karena itu harus dipenuhi dalam pakan ruminan.

Vitamin yang esensial dalam pakan ruminan:
Vitamin A, D, E

Vitamin A
Prekursor utama vitamin A yang ditemukan didalam tanaman dan konsumsi oleh ruminan adalah beta-karoten.
Karotenoid lainnya yang punya potensi vitamin A adalah:
-          Alfa-kar
-          Gamma-karoten
-          Kriptosantin

Fungsi Vitamin A dalam tubuh ternak:
-           Dalam bentuk alkohol (retinol)
-           Dalam bentuk aldehid (retinal)
Konversi beta-karoten menjadi vitamin A terjadi di dalam sel-sel mukosa usus halus.
1 mg beta-karoten = 400 IU vitamin A (24% dari monogastrik)

Absorbsi dan penyimpanan vitamin A:
Absorbsi vitamin A di dalam usus halus tergantung pada energi.
Penyimpanan vitamin A terjadi di hati.
Transport vitamin A ke hati melalui sistem limfa dalam bentuk ester asam-asam lemak rantai panjang yang dibawa melalui LDL (Low Density Lipoprotein).
Di hati, vitamin Adisimpan di dalam sel-sel kupffer

Metabolisme vitamin A:
Retinol dan karotenoid masuk melewati sel-sel mukosa.
Karotenoid diubah menjadi retinal oleh enzim karotenoid dioksigenase.
Retinal yang terbentuk diubah menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase.
Retinol kemudian diesterifikasi dengan asam-asam lemak rantai panjang di dalam sel-sel mukosa.
Esterifikasi asam lemak dengan retinol terjadi sebelum ditransport ke hati, tempat vitamin A disimpan.
Vitamin A disimpan di hati hingga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik melalui proses mobilisasi vitamin A.
Perubahan beta-karoten menjadi vitamin A secara enzimatik oleh mukosa usus, menggambarkan kandungan retinol di dalam hati.
Pada saat tubuh membutuhkan vitamin A, maka vitamin A dimobilisasi dari hati dalam bentuk retinal, yang diangkut oleh retinol binding protein (RBP) yang disintesis di dalam hati.
Pengambilan retinal oleh sel-sel tubuh bergantung pada respector pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP.
Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada cellular retinol binding protein (CRBP) dan RBP dilepaskan.
Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai retinoat. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A di dalam darah.

Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas vitamin A dan beta-karoten:
Pencernaan dan penyerapan vitamin A mempengaruhi bioavailabilitasnya,
Kecernaan karoten rata-rata 78%, dipengaruhi oleh musism panen hijauan, jens hijauan, spesies tanaman dan bahan kering hijauan.
40-70% karoten & vitamin A didegradasi di dalam rumen.
Degradasi vitamin A di dalam rumen berhubungan dengan aktifitas mikroba rumen.
pH rumen rendah menyebabkan isomerasi dan retinol dan diesterifikasi dari retinol ester sehingga lebih banyak retinol yang labil.

Faktor yang mempengaruhi penggunaan vitamin A pada ruminan:
Aktivitas vitamin menurun di dalam rumen 20-80%. Ini disebabkan oleh pemberian pakan yang tinggi konsentratnya. Konsentrat mengandung beta-karoten yang lebih rendah dari hijauan.
Pemberian antioksidan, menurunkan kehilangkan vitamin A di dalam hati.
Pakan yang rendah protein dan aflatoksin meningkatkan kehilangan vitamin A.
Kondisi stres akibat melahirkan, aborsi, cuaca dingin dan infeksi bakteri meningkatkan kebutuhan vitamin A.
Heat stress, menyebabkan kehilangan vitamin A lebih besar.

Fungsi vitamin A:
1.      Fungsi dasar vitamin A adalah dalam penglihatan.
2.      Diferensiasi sel-sel epitel.
3.      Pertumbuhan
Peranan metabolik yang penting dari vitamin A adalah dalam pertumbuhan yang normal.
Vitamin A mempengaruhi pertumbuhan tulang, terkait peranannya di dalam sintesis kondroitin sulfat.
4.      Reproduksi


Kebutuhan vitamin A pada ruminan:
Kebutuhan vitamin A didasarkan pada jumlah vitamin aktif yang dibutuhkan untuk mencegah gejala-gejala klinis defisiensi vitamin A.
Kebutuhan vitamin A untuk beta-karoten adalah 681 IU

Defisiensi vitamin A:
1.      Rabun senja
2.      Xeropthalmia (perubahan struktur kornea)
3.      Penipisan sel usus
4.      Penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi
5.      Pertumbuhan terhambat
6.      Tulang menjadi lemah

Sumber vitamin A:
Vitamin A terdapat di dalam pakan hewani.
Karoten terdapat di dalam pakan nabati.
Sumber vitamin A : hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega.
Karena vitamin A tidak berwarna, warna kuning dalam kuning telur adalah karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A.

*      Vitamin Esensial Dalam Pakan Ruminansia
Vitamin D merupakan pro-hormon yang dibentuk melalui radiasi iltraviolet pada material tanaman atau pada kulit hewan untuk membentuk ergocarciferol (vitamin D2) atau cholecarciferol (vitamin D3)

Golongan Vitamin D
*      Vitamin D2 (ergocalciferol, pada tanaman)
Ergocalciferol merupakan turunan dari steroid yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan ergosterol. Ergosterol merupakan sumber vitamin D di dalam pakan.
*      Vitamin D3 (7-dehidrocholesterol, pada hewan)
Cholecalciferol merupakan bentuk vitamin D yang diperoleh jika sinar matahari masuk ke dalam kulit. Oleh karena tubuh punya kemampuan untuk memproduksi cholecalciferol, maka vitamin D lebih tepat untuk digolongkan pada prohormon (karena vit.D dapat dimetabolisir menjadi bentuk aktif yang mempunyai aktifitas biologis, punya struktur dan menyerupai hormon steroid).

Fungsi Vitamin D:
Fungsi vitamin D (DHCC = Dihidroksi Cholecalciferol sebagai bentuk aktifnya) adalah merangsang pembentukan calcium binding protein (CBP) di dalam mukasa usus halus.
CBP ini berperan untuk absorbsi Ca di dalam aliran darah.
Konsentrasi DHCC di dalam usus meningkat jika plasma darah marginal dengan Ca & P.
Peningkatan DHCC  ini diakibatkan oleh meningkatnya mobilisasi HCC (Hidroksi Cholecalciferol = 25-OHD) dari hati dan dikontrol oleh paratiroid hormon (PTH).
Vitamin D yang diaktivasi yang diaktivasi (DHCC) juga terlibat dalam mobilisasi Ca dari tulang  dan dalam absorbsi P melalui pompa fosfat yang tergantung pada vitamin D di dalam usus halus.
Meningkatkan penyerapan Ca dan P di usus.
Menurunkan eksresi Ca pada ginjal.
Membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama dengan vitamin A & vitamin C, hormon paratiroid dan calcitonin, protein collagen, mineral Ca, P, Mg.

Fungsi Khusus Vitamin D
Membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar Ca & P tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang.

Gejala Defisiensi Vitamin D
Gejala defisiesi vit D berhubungan dengan kurangnya mineralisasi pada tulang.
Osteomalica terjadi pada ruminan dewasa tetapi sering diakibatkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh defisiensi vitamin D.\
Tanda-tanda awal rendahnya intake vitamin D adalah rendahnya konsentrasi Ca darah.

Defisiensi Vitamin D
Riketsia (anak) : kelainan pada tulang. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak terlambat sehingga menjadi lunak. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut & pergelangan), tulang rusuk membengkok, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak.
Riketsia jarang dapat disembuhkan.
Osteomalacia (dewasa): tulang membengkok (bentuk O atau X)

Gejala Toksik Dan Level Toksik Vitamin D
Vitamin D dalam jumlah berlebihan dari kebutuhan mengakibatkan toksisitas, yang ditandai dengan:
Klasifikasi tulang diikuti dengan terjadinya reabsorbsi Ca yang lebih tinggi dari tulang, klasifikasi pada jaringan lunak seperti ginjal, hati, paru-paru dan arteri.
Hioerkalsifikasi pada ginjal diakibatkan oleh intake vitamin D yang berlebihan. Kerusakan ginjal dapat berakibatkan fatal karena uremia.

Level Pemberian Vitamin D Yang Direkomendasikan
gejala defisiensi pada sapi dewasa dapat dicegah dengan pemberian 5000-6000 IU vitamin D per hari.
Pemberian vitamin D 7000 IU/hari dapat menurunkan kejadian milk fever pada sapi.

Variabilitas Vitamin D Di Dalam Pakan
Sama halnnya dengan vitamin A, aktifitas vitamin D juga bervariasi di dalam pakan walaupun tidak sensitifitas vitamin A.
Hijauan merupakan sumber vitamin D yang baik jika terkena sinar matahari.

Absorbsi Vitamin D
Absorbsi vit D terjadi di dalam usus halus yaitu pada yeyunum dan ileum.
Penyerapan vit D dibantu oleh empedu. Empedu merupakan jalur utama ekskresi metabolit vitamin D.

Metabolisme Vitamin D
Vitamin D masuk ke dalam darah saluran pencernaan atau kulit (sebagai prekursor, 7 dehidrocholesterol) dan dengan cepat terakumulasi di dalam hati dan jaringan adiposa.
Di dalam hati, prekursor vitamin D dikonversi menjadi 25-hidroksi vitamin D [25-(OH)D].
Metabolit ini [25-(OH)D] merupakan bentuk vitamin D utama di dalam sirkulasi pada kondisi normal dan tersedia sebagai prekursor dari metabolit vitamin D lainnya.
Biosintesis bentuk aktif vitamin D terjadi di dalam ginjal.
Di dalam ginjal, 25-(OH)2D dikonversi menjadi bentuk yang paling aktif secara biologis, 1,25-(OH)2D = 1,25 dihidroksi cholecalciferol.
Fungsi utama 1,25 (OH)2D adalah untuk mempertahankan konsentrasi Ca & P yang normal di dalam darah dengan jalan memfasilitasi transport Ca & P dari usus dan menningkatkan resorbsi tulang.

Sistem Endokrin Untuk Vitamin D
Vit. D bersama dengan 2 hormon peptida yaitu calcitonin dan hormon paratiroid (PTH) berfungsi untuk mempertahankan homeostatis kalsium (Ca) dan Fosfor (P).

Mekanisme Homeostatis
Absorbsi ca dari: saluran usus, disposisinya dalam tulang, ekskresinya oleh ginjal.
Hormon paratiroid disekresi sebagai respon dari rendahnya konsentrasi Ca dalam plasma.
Aktivitas dan kebutuhan vitamin D:
Akivitas vitamin D diukur dalam internasional unit (IU)
1 IU ekivalen dengan aktivitas antirachitis dari 0,025 UG vitamin D3 kristalin.
Kebutuhan vitamin D small ruminan untuk hidup pokok dan awal kebuntingan adalah 5,6 IU/Kg BB.

Kebutuhan Vitamin D
Tambahan kebutuhan vitamin D: (small ruminant)
Untuk akhir kebuntingan adalah 21.3 IU per hari untuk small ruminan.
Untuk laktasi adalah 760 IU per Kg produksi susu pada small ruminan.
Untuk pertumbuhan & perkembangan small ruminal adalah 53 IU/hari yang dibutuhkan untuk setiap PBB 50 gram/hari.

Sumber Vitamin D
Minyak ikan.
Hijauan: mengandung vitamin D2 minimal 26.7 IU/Kg
Sinar matahari menstimulir produksi vitamin D3 endogenosis. Sintesis vitamin D3 di dalam kulit punya peran penting terhadap status vitamin D pada ternak yang grazing.
Status vitamin D dapat diperbaiki lebih efektif dengan membiarkan ternak terkena sinar matahari 10 jam dibandingkan suplementasi 2000 IU vitamin D per hari. (small ruminan).

Status Vitamin D
Homeostatis vit D dipertahankan sepanjang intake vit D per hari < 100 IU/kg BB.
Level maksimum vit.D yang dapat ditolerir adalah 25.000 IU/kg pakan jika dikonsumsi kurang dari 60 hari.
Sedangkan small ruminan hanya toleran 2200 IU/kg BK pakan jika pakan dikonsumsi lebih dari 60 hari.
Konsumsi tanaman yang bersifat calcinogenic yang mengandung glycosida dari 1,25-(OH)2D3 seperti solanum SP dapat menyebabkan hipercalcemia dan mengarah pada metastase calcificasi.

Faktor Yang Mempengaruhi Status Vitamin D Di Dalam Tubuh
1.      Faktor penyakit, yang ada hubungannya dengan vitamin D.
Pada tulang: osteomalacia, osteoporosis
Kelenjar paratiroid: hiperparatiroid
Hati: cirrosis hati. Gangguan meabolisme
Gangguan pada usus. Usus merupakan tempat absorbsi vit D dan juga target jaringan utama aktifitas hormon 1,25 hidroksikolekalsiferol.
Gangguan pada hati.
Gangguan pada ginjal.
Gangguan  kelenjar paratiroid (hiperparatiroid).

2.      Faktor genetik. Kelainan genetik spesifik yang menggganggu metabolisme vitamin D adalah penyakit riketsia yang sangat tergantung pada vitamin D.


Vitamin D Mencegah Milk Fever
Vitamin D dosis tinggi 20-30 juta IU/hari dapat menurunkan kejadian milk fever.
Dosis ini mendekati level toksisitas, jadi pemberiannya harus dimulai 3-5 hari sebelum melahirkan dan jangan diberikan kontinyu selama 7 hari.
Milk fever merupakan penyakit akibat penurunan tiba-tiba kadar ca dalam darah, umumnya terjadi setelah beranak.


*      Vitamin E
Sama halnya dengan vitamin A da vitamin D, terapat beberapa bentuk yang memiliki aktifitas vitamin E di alam.
Bentuk yang paling potensial adalah alfa tocoferol (5,7,8-trimetiltocol).

Fungsi Fisiologis Vitamin E:
Berperan sebagai antioksidan dengan demikian mencegah degradasi yang bersifat peroksidatif dari lipid pada sel hewan.
Berperan sebagai anti radikal bebas, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel.
Mencegah pembentukan radikal bebas peroksida yang menghambat aksi enzim-enzim tertentu dan mencegah kerusakan membran sel.
Vitamin E terdapat di dalam membran sel, dan berfungsi melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif.
Mencegah peroksidasi lipid yang dimulai oleh radikal bebas.
Berperan dalam pengontrolan permeabilitas dan stabilitas membran.
Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan, yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil pada struktur cincin ke radikal bebas.
Radikal bebas adlah molekul-molekul reaktif yang dapat merusak dan mempunyai elektron tidak berpasangan.
Radikal bebas terbentuk dalam tubuh pada proses metabolisme aerob normal pada saat oksigen secara bertahap direduksi menjadi air.
Mencegah degradasi peroksidatif dari lemak di dalam sel-sel hewan.
Melindungi asam lemak tak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas.

Aktivitas Vitamin E:
Aktivitas vitamin E erat hubungannya dengan aktivitas beberapa enzim yaitu enzim:
-          Glutathion peroksidase
-          Superoksida dismutase
-          Katalase
Yang mencegah kerusakan pada sel-sel dari radikal bebas terutama sel-sel darah merah, sel-sel otot dan sel-sel syaraf.

Defisiensi Vitamin E
Gangguan fungsi syaraf.
Muscula distrophy akibat defisiensi vitamin E dan ddefisiensi asam-asam amino yang mengandung sulfur.
White muscle diseases.

Sumber Vitamin E
Biji-bijian, terkonsentrasi di dalam lembaga yang banyak mengandung lemak.
Tokorferol yang terdapat dalam bahan pakan erat kaitannya dengan minyak tanaman tersebut terutama yang bersifat poli tidak jenuh (polyunsaturated).
Minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak kedele.

Kebutuhan Vitamin E Dalam Pakan
Kebutuhan vitamin E pada pre-ruminan tergantung pada kandungan dan tingkat ketidakjenuhan dari lemak bahan pakan.
Anak sapi yang diberi susu tanpa lemak tak jenuh, tidak menampakkan gejala penyakit white muscle diseases.
Anak sapi membutuhkan vitamin E 2x lebih banyak (92 vs 46 mg/hari) untuk mempertahankan kadar normal alfa-tokoferol di dalam serum darah apabila diberi konsentrat protein ikan (5% minyak ikan yang tinggi lemak tak jenuh) sebagai pengganti protein susu.
Setelah disapih dan rumen telah berfungsi, maka defisiensi vitamin E erat hubungannya dengan ingesta lemak tak jenuh yang tidak muncul karena adanya biohidrogenasi lemak oleh mikroba rumen sebelum mencapai jaringan.

Absorbsi Vitamin E
Absorbsi vitamin E secara maksimal dibantu oleh cairan empedu dalam pankreas.
Vitamin E diabsorbsi sebagai komponen cairan empedu dan lemak bersama-sama dengan asam-asam lemak bebas, monogliserida dan berbagai vitamin yang larut dalam lemak dengan cara penetrasi ke dalam sel-sel epitel melalui membran plasma pada sel-sel yang menyerupai sikat (brush border).

Suplementasi Vitamin E Dalam Pakan Ruminansia
Sebagian besar pakan ruminansia (hijauan dan konsentrat) mengandung vitamin E yang cukup sehingga suplementasi umumnya tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi performan ternak.
Tetapi vitamin E bersifat labil terhadap panas (sama dengan vitamin A) sehingga hay atau silase yang mengalami penjemuran atau penyimpanan dalam waktu lama akan kehilangan aktivitas vitamin E, jadi diperlukan suplementasi.
Suplementasi vitamin E 400-1000 mg/hari pada ransum sapi perah efektif menurunkan flavor susu yang teroksidasi karena peroksidasi asam-asam lemak.

Level Toksik Dan Gejala Kelebihan Vitamin E
Toksisitas vitamin E pada ruminansia tak ada data tetapi pada ayam pemberian 10.000 IU/kg pakan menurunkan kadar Ca & P di dalam plasma darah.
Pemberian vitamin E yang berlebih mempengaruhi penggunaan vitamin D.

Metabolisme Vitamin E
Transport vitamin E dalam cairan limfe & darah.
Sirkulasi vitamin E dalam cairan limfe dan darah terikat bersama lipoprotein.
Penyebaran vitamin E ini tergantung pada komposisi lemak.
Tokoferol ditemukan dalam semua lipoprotein.
Vitamin E juga ditransport dalam eritrosit.
Konsentrasi vit E dalam eritrosit 20% x plasma.

Penyimpanan Vitamin E
Tempat utama penyimpanan vitamin E adalah:
Jaringan adiposa
Hati otot
Alfa-tokoferol deposit di dalam jaringan dalam bentuk yang tidak diesterifikasi.
Ekskresi utama vitamin E adalah lewat feses.

Interaksi Fungsional Vitamin E Dengan Nutrien Lain:
Pufa (Polyunsaturated Fatty Acids)
Kebutuhan vit E meningkat dengan peningkatan kandungan asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acids).
Selenium: selenium dapat mengurangi atau mencegah gejala defisiensi vitamin E.
Beta-karoten: penangkap oksigen tunggal dan radikal bebas.
Asam amino bersulfur: sintesis glutation peroksidase.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar