Ilmu Ternak Ruminansia
I.
Pendahuluan
A.
Ternak
Ruminansia
1.
Ternak
ruminansia
Yaitu ternak yang dalam proses pengembalian
makanan dari lambung yaitu ke mulut (regurgitasi) dan masuk lagi ke lambung
(ruminasi) terus ke usus.
2.
Ternak non
ruminansia
Yaitu ternak yang dalam proses
pencernaannya tidak ada pengembalian makanan dari lambung ke mulut
(regurgitasi)
·
Klasifikasi
ruminansia
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Tetrapoda
Class :
Mammalia
Ordo :
Artiodactyla
Subordo :
Ruminantia
Family :
1.
Tragulidae
(ruminansia paling primitif)
2.
Giraffidae
(jerapah)
3.
Cervidae
(rusa)
4.
Bovidae
(sapi, kerbau, kambing, domba)
·
Penyebaran
ruminansia
Sapi : penyebarannya sangat luas, hampir
seluruh dunia
Kerbau : di daerah tropical basah, terutama
Asia, sedikit Afrika Timur
Domba, Kambing : di daerah Afrika,
perbatasan Eropa dan Asia(Turki)
·
Peranan ternak
ruminansia
-
Sebagai
penghasil daging dan susu
-
Sebagai
penghasil kulit, pupuk dan darah
-
Untuk sumber
tenaga kerja
-
Manfaatnya
ada secara langsung dari ternaknya dan
ada dari by productnya
B.
Perbedaan ternak
Ruminansia dengan Ternak Lain (dari saluran pencernaan, makanan, kebutuhan
zat-zat makanan terutama protein).
·
Penggolongan
ternak ruminansia
-
Ternak ruminansia murni
Yaitu ternak yang lambungnya terbagi
atas 4 bagian terpisah (rumen, retikulum, omasum, abomasum).
Contohnya : sapi, kerbau, kambing, dan
domba
-
Ternak pseudo
ruminan
Yaitu ternak yang lambungnya hanya
terbagi 3 bagian, diantara rumen dan retikulum tidak ada batasan yang jelas.
Contoh : unta
·
Penggolongan
ternak non ruminansia
-
Non ruminansia
murni
Contoh : unggas, babi
-
Non ruminansia
herbivora
Contoh : kuda kelinci
1.
Penggologan
ternak berdasarkan makanannya
a.
Ternak herbivora
Yaitu ternak yang makanan utamanya
adalah hijauan-hijauan (rumput, leguminosa dan dedaunan)
Contoh: sapi, kerbau, domba, kuda, dan
kelinci
b.
Ternak omnivora
Yaitu ternak yang makanan utamanya
adalah berupa konsentrat (makanan yang tinggi kandungan protein dan energinya)
Contoh : unggas
2.
Adaptasi
herbivora
Ternak ruminansia teridtribusi hampir
pada seluruh vegetasi, karena ternak tersebut bisa beradaptasi dengan vegetasi
dimana ia hidup.
3.
Klasifikasi
herbivora berdasarkan kebiasaan makan
a.
Selektif
(consentrate selector)
Adalah ternak yang tidak dapat
mengkonsumsi serat dalam jumlah yang relatif banyak dalam ransum.
Makan buah-buahan, dedaunan,
semak-semak, dan tanaman lain (rusa, jerapah, kelinci)
b.
Intermediet
Makan pucuk tanaman dan rumput (kambing
dan domba)
c.
Pemakan makanan
kasar
Adalah ternak yang sudah mampu memakan makanan
rumput segar maupun rohage.
Merumput dan memakan kasar di lapangan
tropikal, di daerah kering da gersang (sapi, kerbau, onta, kuda, jerapah,
gajah, kangguru).
4.
Pakan ternak
ruminansia
Forage :
Terdiri dari serat yang terdapat pada
dinding sel, yang terdiri dari:
Bahan Penyusun Dinding Sel
Yaitu : selulosa, hemiselulosa, lignin, lilin,
senyawa N yang terlignifikasi.
a.
Bahan yang tidak larut/agak sukar larut
Contoh: lignin, selulosa dan
hemiselulosa yang terikat secara kovalen
b.
Bahan yang dapat
di ekstrak/agak mudah larut
Contoh: lilin dan protein
Faktor yang
mempengaruhi nilai nutrisi forage yaitu proporsi dinding sel dan tingkat
lignifikasi.
Isi Sel Tanaman
Terdiri atas : 1. Pati 2. Gula 3. Lipid
4.Asam-asam organik lainnya
5.Abu/Mineral terlarut
Sifat Fisik Forage
1.
Physical density
(kepadatan fisik)
Density erat kaitannya dengan umur waktu
panen & komposisi tanaman. Tetapi physichal density dapat diubah melalui
prosesing.
Contoh: penggilingan & dan pembuatan
pelet, meningkatkan intake.
Penggilingan yang terlalu halus,
menurunkan palatabilitas
2.
Ukuran partikel
Ukuran partikel jarang dipakai.
Partikel dapat diukur dengan cara:
a.
Pengayakan
kering, mengukurnya berdasarkan diameter dari partikel
b.
Pengayakan
basah, mengukurnya berdasarkan panjang partikel.
Kelemahannya : partikel-partikel yang
relatif kecil sering menyagkut pada dasar ayakan dan kadang-kadang menempel
pada partikel yang lebih besar.
II.
Fisiologi Pencernaan Ruminansia
Pencernaan
o Pencernaan adalah proses penguraian komponen-komponen
organik bahan pakan dari molekul besar menjadi molekul yang lebih sederhana
sehingga dapat diserap.
o Yang termasuk proses pencernaan ini adalah semua
aktivitas alat pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengannya.
o Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan makanan
selama berada di dalam alat pencernaan.
o Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia
relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak
lainnya.
A.
Fungsi
Masing-masing alat pencernaan
1.
Mulut
Merupakan tempatnya masuknya makanan dan
di dalam mulut terdapat gigi dan lidah.
a.
Gigi ruminansia
berjumlah 32 buah yg terdiri:
Incicivus = gigi seri yg berfungsi utk
merenggut makanan
Gigi molar = berperan dlm mastikasi
(pengunyahan)
b.
Lidah :
berfungsi untuk memegang makanan & pembentuk bolus makanan.
2.
Faring
Tempat lewatnya makanan dan udara.
3.
Esofagus
Lanjutan dari faring.
4.
Lambung
a.
rumen =
kapasitasnya 80%
-
Rumen merupakan
bagian perut terbesar.
-
Disebut perut
handuk atau beludru karena pada dinding dalamnya terdapat papilae untuk
memperluas permukaan
-
Rumen menempati
hampir seluruh bagian mikroba: bakteri, protozoa, dan fungi.
Fungsi rumen:
1)
Tempat
pencampuran, pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke organ pencernaan
berikutnya.
2)
Tempat
terjadinya proses fermentasi
3)
Tempat
penyerapan produk fermentasi
4)
Tempat
penyerapan produk fermentasi
5)
Tempat sintesis
sel mikroba
6)
Tempat sintesis
vitamin B12 dan vitamin K
b.
retikulum =
kapasitasnya 5%
-
bentuknya
seperti jala sehingga sering disebut perut jala.
-
Terletak di
bagian paling depan dari lambung.
-
Dinding dalam
retikulum mengandung tonjolan pendek dan tipis (cristae)
-
Fungsi retikulum
= esofagus yaitu berperan dalam proses regurgitasi dan eruktasi.
-
Berperan
membantu rumen utnuk pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke omasum.
c.
omasum =
kapasitasnya 7-8%
-
berbentuk
seperti lembaran buku sehingga dinamakan perut buku atau perut kitab.
-
Lembaran-lembaran
tersebut mempunyai bintil yang berfungsi menggilas/menghancurkan, menjaring,
menahan padatan agar tidak masuk ke dalam abomasum.
-
Tempat
terjadinya penyerapan air.
-
Terletak di
bagian kanan ruang perut.
d.
abomasum = 8-9%
-
Merupakan
lambung sejati yang dilengkapi dengan kelenjar penghasil enzim sehingga
abomasum disebut juga perut kelenjar
-
Dinding dalam
abomasum berlipat-lipat, berfungsi untuk mencegah makanan tidak cepat berlalu
sehingga cukup waktu untuk dicerna dalam abomasum.
-
Tempat
terjadinya proses pencernaan secara hidrolitik
-
Abomasum
mensekresikan getah lambung (pepsin dan HCl)
-
pH abomasum 2-4,
seperti perut monogastrik.
-
Abomasum
terletak di sebelah kanan rumen di bawah omasum.
-
Abomasum
dihubungkan dengan usus halus oleh pilorus yang berbentuk jaringan otot lingkar
yang berperan mengontrol laju aliran digesta ke usus
5.
Usus halus
Terdiri atas 3 segmen, yaitu:
a.
Duodenum, yang langsung
bertaut dengan abomasum. Pada duodenum bermuara getah pankreas yang mengandug
semua enzi pencernaan zat makanan dan tempat bermuaranya garam empedu yang
diproduksi di hati dan disimpan di kantong empedu. Empedu mengandung
garam-garam yang penting untuk absorbsi lemak.
b.
Yeyunum dan
Ileum mempunyai vili yang panjang untuk memperluas perrmukaan, guna efisiensi
penyerapan.
6.
Caecum
Caecum sapi ukurannya kecil dan kurang
penting & kurang berperan dalam pencernaan .
7.
Usus besar
(colon)
Tempat penyerapan air dan bahan yang
tidak sempat diserap usus halus dan usus besar berakhir di anus.
B.
Proses yang
terjadi di dalam alat pencernaan
1.
Proses
pencernaan
a.
Pencernaan
secara mekanis
Yaitu proses pencernaan yang terjadi di
dalam mulut dengan bantuan gigi. Pada ruminansia, proses pengambilan makanan
dilakukan oleh lidah, kemudian dipotong-potong oleh gigi untuk kemudian ditelan
ke dalam rumen. Bolus adalah gumpalan makanan dalam bentuk bulat sehingga
memudahkan penelanan. Regurgitasi adalah proses pengeluaran olus makanan yang
masih kasar kembali ke mulut untuk dikunyah kembali (remastikasi = memamah
biak)
b.
Pencernaan
secara fermentatif
Yaitu, proses pencernaan yang terjadi di
dalam rumen dengan bantuan enzim yang dihasilka oleh mikroba rumen. Pencernaan
fermentattif dilakukan dengan bantuan mikroba yang terjadi di dalam rumen dan
retikulum. Pada proses pencernaan fermentatif, zat makanan dirombak menjadi
senyawa monomernya (berbeda sifat kimianya) sebagai zat intermediate. Dan
mikroba bersifat selulolitik dan poteolitik.
c.
Pencernaan
secara hidrolitis
Yaitu, proses pencernaan yang terjadi di
dalam abomasum dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh organ pencernaan. Pada
pencernaann hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, misalnya
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein menjadi asam amino.
2.
Enzim pencernaan
Enzim yang membantu dalam proses
pencernaan dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam mulut,
lambung, pankreas & usus. Enzim yang belum aktif disebut proenzim atau
zimogen.
a.
Mulut
Di dalam mulut dihasilkan saliva yang
mengandung enzim pregastrik esterase (lipase) & α-amilase pada ruminansia
muda.
b.
Lambung
Sel-sel mukosa dalam lambung
menghasilkan cairan lambung/cairan pencernaan/gastrk juice.
Bagian lambung yang terkait dengan enzim
pencernaan adalah bagian cardiac yang mempunyai kelenjar yang menghasilkan
lendir dan bagian fundus yang terdiri dari sel utama yang menghasilkan
pepsinogen.
Sel parietal menghasilkan HCl
Sel epitel menghasilkan mucin/lendir.
c.
Bagian pilorus
Bagian ilorus menghasilkan hormon
gastrin.
Hormon gastrin akan merangsang sel-sel
parietal sehingga dihasilkan HCl.
Suasana asam oleh HCl akan mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin sebagai enzim aktif yang akan
membantu pengaktifan pepsinogen.
Pepsin (endopeptidase) merupakan enzim
pemecah rangkaian asam amino di bagian dalam/tengan.
Enzim pepsin bekerja pada pH 2,0
(1,5-4,6)
d.
Usus
Getah usus (duodenal juiece) yang
dikeluarkan melalui ductus (saluran) diantara vili, bersifat alkalis, berfungsi
sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum dari HCl yang masuk dari
lambung.
e.
Pankreas
Getah pankreas disekresikan oleh
kelenjar pankreas yang terletak pada lipatan duodenum.
Enzim yang disekresikan oleh pankreas
adalah tripsinogen, khimotipsinogen, prokarboksipeptidase A dan B, alfa
amilase, dan lipase.
f.
Empedu
Disekresikan oleh hati melalui ductus
empedu dan disimpan di dalam kantong empedu, tidak disekresikan bila tidak
diperlukan.
Empedu mengandung garam Na dan K, pigmen
(bilirubin dan biliverdin), kolesterol dan lendir (mucin).
Garam empedu penting untuk mengaktifkan
lipase pankreas dan mengemulsikan lemak.
C.
Jenis dan
peranan mikroba di dalam alat pencernaan (rumen dan retikulum)
Mikroba rumen adalah semua mikroba yang
bisa tumbuh (bakteri, protozoa, fungi) di dalam rumen sesuai ddengan kondisi
rumen.
Ekosistem & kondisi rumen:
·
An aerob
·
pH 6,8-7,0
·
temperatur 39º
·
adanya makanan
·
adanya proses
fermentsai
·
adanya kontraksi
rumen
·
adanya gas-gas
dalam rumen (CO2 = 65%, CH4 = 27%, N2 = 7,5%,
O2 = 0,56%, H2S = 0,1%)
ekosistem mikroba rumen sangat komples
dan sangat tergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh ternak.
Apabila terjadi perubahan jenis pakan
(terutama komposisi nutrisi), maka populasi mikroba rumen akan berubah.
Perubahan yang drastis tiba-tiba atas
pakan yang diberikan, akan mengakibatkan hal yang parah, kadang-kadang kematian
pada ternak.
Berdasarkan populasi mikroba di dalam
rumen, maka mikroba terbagi atas 2 yaitu:
Populasi terbesar : bakteri dan protozoa
Populasi terkecil: fungi, micoplasma,
bacteriophage
Peranan mikroba rumen:
1.
melaksanakan
fermentasi
2.
membentuk
vitamin B kompleks dan vitamin K
3.
sumber zat
makanan bagi hewan induk semang (sumber protein)
Berdasarkan Bentuk Morfologinya Bakteri
Dapat Dikelompokan Atas 3 Golongan:
1.
Bacil, adalah
bakteri berbentuk batang. Sebagian besar bakteri adalah berbentuk bacil. Bacil
terbagi atas 3 macam, yaitu:
-
Bergandeng-gandengan
panjang (streptobacil)
-
Bergandeng-gendengan
dua-dua (diplobacil)
-
Terlepas satu
sama lain
2.
Coccus, adalah
bakteri yang berbentuk bulat.
Bakteri ini tidak banyak seperti bakteri
bacil.
Bakteri coccus dapat dibedakan atas 5
macam, yaitu:
-
Sterptococcus
-
Diplococcus
-
Tetracoccus
-
Staphilococcus
-
Staphilococcus
-
Sarcina, yaitu
coccus yang berkelompok berbentuk kubus
3.
Spiril,adalah
bakteri yang berbentuk bulat.
Bakteri ini tidak banyak terdapat dan
merupakan golongan yang paling kecil dibandingkan basil dan coccus.
POPULASI BAKTERI RUMEN
Bakteri merupakan biomassa mikroba rumen
yang terbanyak, dengan populasi 1010 per gram isi rumen.
Bakteri Berdasarkan Sebarannya Di Dalam
Rumen
1.
Bakteri bebas
yang terdapat di dalam cairan rumen
2.
Bakteri yang
melekat pada partikel makanan. Populasinya paling besar yaitu mencapai 70% dari
total bakteri rumen.
3.
Bakteri yang
menempel pada dinding rumen
4.
Bakteri menempel
pada protozoa. Bakteri ini umumnya bakteri pembentuk metan.
Jenis Bakteri Rumen
1.
Bakteri Pencerna
Selulosa (Bakteri Selulolitik)
Bakteri selulolitik akan memproduksi
enzim ekstraseluler. Enzim tersebut menyerang karbohidrat dan mendegradasinya
menjadi selubiosa, glukosa dan VFA (Volatile Fatty Acids) atau asam lemak
terbang yang terdiri dari asam asetat, propionat dan butirat.
Spesies Bakteri Perombak Polisakarida
Dinding Sel Tanaman
Polisakarida Spesies Bakteri Rumen
Selulosa
1.
Bacteroides
succinogenes
2.
Ruminococcus
flavefaciens
3.
Ruminococcus
albus
4.
Butyrivibro
fibrisolvens
5.
Cellulomonas
fimi
6.
Cillobacterium
cellulusolvens
7.
Clostridium
lochdana
8.
Eubacterium sp
2.
Bakteri Pencerna
Hemiselulosa (Bakteri Hemiselulolitik)
3.
Bakteri Pencerna
Pati
Bakteri pencerna pati aktif jika ransum
banyak mengandung konsentrat.
Spesies bakteri ini yaitu:
a.
Bacteroides
amylophylus
b.
Bacteroides
ruminocola
c.
Streptococcus
bovis
4.
Bakteri Pemakai
Laktat
Bakteri ini hidup dari produk fermentasi
bakteri lain. Asam laktat yang terbentuk dari pencernaan pati oleh bakteri lain
diubah menjadi asam propionat.
Spesies bakteri pemakai laktat yaitu:
a.
Propionilbacterium
sp
b.
Veillonell
alkalescens
c.
Peptostreptococcus
elsdeini
5.
Bakteri
Pembentuk Metan
Spesies yang utama adalah
metanobacterium ruminantium. Bagi ternak host, proses ini merugikan karena CH4 tidak terpakai. Bakteri ini
sensitif terhadap oksigen.
6.
Bakteri
Proteolitik
±30% dari bakteri rumen mempunyai
aktivitas proteolitik. Bakteri ini merombak protein menjadi NH3.
Spesies yang utama adalah:
a.
Bacteroides sp
b.
Butyrivibro sp
c.
Selenomonas sp
PROTOZOA RUMEN
Populasi
protozoa rumen : 106 per gram isi rumen
Ukuran protozoa
: 100 x bakteri
Hampir seluruh
protozoa rumen berbentuk cylliata, mempunyai cylia daan sedikit yang mempunyai
flagellata.
Sebagian besar
protozoa memanfaatkan pati atau gula sebagai substrat yang denga mudah
dimanfaatkan dan disimpan di dalam tubuhnya sebagai polidextran.
Polidextran akan
dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi protozoa, baik untuk pertumbuhan
maupun maintenance.
Protozoa
mempunyai sifat cendrung diretensi di dalam rumen , hal ini disebabkan:
1.
Protozoa
cenderung melekat pada partikel-partikel makanan yang relatif besar.
2.
Protozoa sering
berada disekitar dinding rumen.
3.
Protozoa yang
mengkonsumsi dan menyimpan pati atau gula menjadi meningkat densitasnya.
4.
Protozoa sering
tertinggal pada bolus.
Defaunasi
Adalah penghilangan
protozoa.
Defaunasi dapat
meningkatkan kecernaan bahan makanan berkualitas rendah seperti jerami padi.
Defaunasi akan
lebih terlihat manfaatnya jika ransumnya terdiri dari limbah pertanian atau
limbah industri.
Fungsi Protozoa
Rumen:
1.
Sumber Polisakarida
2.
Sumber Protein
Bagi hewan induk semang
Protozoa Rumen
terbagi atas 2 kelas:
1.
Kelas Holotrichs
Holothtichs merupakan protozoa yang
memiliki silia sekitar tubuhnya, geraknya cepat dan sumber energinya adalah
pati dan gula.
Class :
Holotrichs
Subclass :
Holotrichia
Ordo :
Trichosomatida
Genus :
Isotricha
2.
Kelas
Oligotrichs
Oligothrichs adalah protozoa yang
mempunyai silis hanya di sekitar mulutnya, geraknya lambat, dan biasanya
menggunakan karbohidrat yang sukar dicerna seperti selulosa.
Class :
Oligotrichs
Subclass :
Spirochia
Ordo :
Entodiniomorph
Genus :
Entodinia
III.
Metabolisme Zat Makanan Pada Ruminansia
A.
Metabolisme Karbohidrat
1.
Pencernaan karbohidrat di dalam rumen
Karbohidrat (KH) dalam pakan mempunyai
peranan yang penting di dalam nutrisi ruminansia. Metabolisme KH oleh
mikroorganisme di dalam rumen mengasilkan VFA (volatile fatty acids) yang
menyediakan 70-80% kebutuhan energi pada ruminansia.
Yang termasuk VFA adalah asam asetat
mempunyai 2 atom C, asam propionat mempunyai 3 atom C, dan asam butirat yang
mempunyai 3 atom C.
2.
Metabolisme karbohidrat pada ruminansia
o Titik awal metabolisme adalah zat-zat yang
dihasilkan oleh pencernaan makanan. Pada ternak ruminansia, sebagian besar
karbogidrat (KH)dirombak di dalam rumen menjadi VFA yang terdiri dari asam
asetat 10 ATP, asam propionat 17 ATP dan asam butirat 25 ATP yang disertai
dengan asam-asam lemak berantai bercabang.
o Asam butirat akan diubah dalam perjalanannya
melewati dinding rumen dan masuk ke
dalam darah portal sebagai asam beta-hidroksi butirat (BHBA= beta hidroxy
butiric acids).
o Asam asetat dan propionat ketika melewati dinding
rumen hampir tidak mengalami perubahan, yang kemudian masuk ke dalam darah
portal dan dibawa bersama-sama dengan BHBA ke hati.
o Asam asetat dan BHBA akan meninggalkan hati, melalui
darah sistemik dibawa ke berbagai organ dan jaringan untuk digunakan sebagai
sumber energi dan untuk sintesis asam lemak.
o Asam propionat akan diubah menjadi glukosa dalam
hati dan bergabung dengan pool glukosa hati.
o Glukosa kemungkinan akan:
a.
Diubah menjadi
glikogen dan disimpan
b.
Diubah menjadi
gliserol-3 fosfat dan digunakan untuk sintesis triasil gliserol.
o Sisa glukosa akan masuk ke sisterm peredaran darah
sistemik dan dibawa ke berbagai jaringan tubuh untuk digunakan sebagai:
a.
Sumber energi
b.
Untuk sintesis
glikogen
c.
Untuk sintesis
trigliserida
Jadi, VFA merupakan sumber utama energi
bagi ruminansia.
Asam Asetat
Sebagai Sumber Energi
Asam asetat merupakan produk utama
pencernaan karbohidrat pada ruminansia.
Asam asetat berasal dari pencernaan makanan
kasar
Asam lemak ini digunakan oleh berbagai
jaringan sebagai sumber energi. Reaksi awal pada proses ini adalah perubahan
asetat menjadi asetil-co A dengan adanya enzim asetil-co A sintetase.
Asetil-co A kemudian dioksidasi melalui
siklus krebs atau sikllus asam trikarboksilat yang mengasilkan 12 ATP per
molekul.
Karena untuk perubahan asetat menjadi
asetil-co A dibutuhkan 2 ATP, maka setiap molekul asetat akan menghasilkan 10
ATP.
Asam Butirat
Sebagai Sumber Energi
Asam butirat yan dihasilkan di dalam
rumen akan diubah menjadi asam beta-hidroksi butirat (BHBA) pada perjalanannya
melewati dinding rumen.
Energi yang dihasilkan dari 1 molekul
asam butirat:
Molekul
ATP
1 molekul butirat menjadi 1 molekul BHBA 5 5
1 molekul BHBA menjadi 2 molekul
asetil-co A 3 2
2 molekul asetil-co A menjadi CO2
dan H2O 24
Total
32 7
Asam Propionat
Sebagai Sumber Energi
Asam propionat banyak dihasilkan dari
pencernaan konsentratdi dalam rumen.
Asam propionat ini akan melewati dinding
rumen dan sebagian besar dibawa ke hati dan di hati diubah menjadi glukosa.
Energi yang dihasilkan dari 1 molekul
asam propionat adalah 17 ATP dengan tahapan glikolisis, glukoneogenesis,
glikogenesis, glikogenolisis
Glukoneogenesis
Adalah proses pembentukan glukosa dari
senyawa yang bukan karbohidrat:
-
Asam propionat
-
Asam piruvat
-
Gliserol
-
Asam amino
B.
Metabolisme Protein dan NPN
Metabolisme protein pada ruminansia
- Ruminansia punya kemampuan yang unik, yaitu dapat
berproduksi tanpa adanya sumber protein dalam pakan. Hal ini disebabkan adanya
sintesis protein mikroba di dalam rumen.
- Protein mikroba akan dimanfaatkan oleh ruminansia
bersama dengan protein pakan yang lolos dari degradasi di dalam rumen.
- Protein pakan yang dikonsumsi, yang lolos ke omasum
disebut protein by pass atau protein yang terdegradasi.
- Protein mikroba & protein pakan yang lolos dari
degradasi di dalam rumen, akan dicerna di dalam abomasum dan usus halus dengan
bantuan enzim yang dihasilkan oleh abomasum dan usus halus.
- Protein yang ada di dalam usus halus, setelah
dicerna selanjutnya akan diserap dalam usus halus.
- Proses absorbsi protein setelah dicerna dan
metabolismenya di dalam tubuh adalah sama antara ruminansia dengan non
ruminansia, oleh karena pembahasan akan difokuskan pada proses degradasi dan
sintesis protein di dalam rumen.
Kepentingan mikroba rumen sebagai sumber protein
Mikroba rumen umumnya mengandung protei
kasar antara 20-60%
Kandungan protein bakteri rata-rata 50%
dengan variasi yang kecil yaitu ±5%.
Kandungan protein protozoa jauh lebih
bervariasi yaitu 20-60% dengan rata-rata 40%.
Sumber N yang digunakan mikroba untuk sintesis
protein berasal, terdiri dari:
1.
Protein pakan
2.
NPN = Non
Protein Nitrogen
3.
N yang
direcycling ke rumen untuk penggunaan kembali
Sapi dapat tumbuh, berproduksi dan
laktasi apabila ransumnya hanya mengandung NPN sebagai sumber nitrogen. Ini
mengindikasikan adanya kapasitas sintetik dari mikroba rumen.
Protein kasar mikroba masuk ke omasum,
abomasum dan kemudian ke usus halus untuk dicerna bersamaan dengan residu
material dari rumen.
N mikroba terdiri dari:
a.
40% N non amonia
yang masuk ke usus halus apabila kadar protein pakan tinggi
b.
60% apabila
kadar protein ransum rendah
c.
100% apabila
ransum disuplementasi dengan NPN murni
Ransum yang rendah kadar proteinnya atau
ransum dengan sumber protein yang mudah terdegradasi , maka persentase protein
yang berasal dari mikroba akan meningkat.
Jumlah protein mikroba yang dihasilkan
biasanya dibatasi oleh jumlah beberapa nutrient atau energi (ATP) yang tersedia
untuk pertumbuhan mikroba.
Walaupun protozoa dan fungi aktif di
dalam rumen, tetapi sintesis protein mikroba serta outflownya tergantung pada
bakteri.
Sesungguhnya ½ dari protein mikroba di
dalam rumen dapat menjadi protein protozoa, karena proporsi protein mikroba yang
meninggalkan rumen yang berasal dari mikroba biasanya < 10%.
Dengan pemberian pakan yang selektif,
maka jenis & aktifitas mikroba rumen tertentu dapat dikontrol.
Fungsi Penurunan jumlah protozoa & bakteri
spesifik di dalam rumen
1.
Menurunkann
proteolitas di dalam rumen
2.
Meningkatkann
laju protein pakan atau protein mikroba ke usus halus yang tersedia untuk
dimanfaatkann oleh ternak.
Mikroba rumen butuh untu beradaptasi
dalam menggunakan sumber protein dan energi yang baru selama beberapa hari.
Waktu adaptasi akan lebih lama
dibutuhkan untuk senyawa tertentu seperti sumber NPN
Fungsi Manipulasi rumen
o Menghambat starin mikroba spesifik atau jalur
metabolik yang tidak efisien
o Manipulasi rumen juga dapat meningkatkan efisiensi
metabolisme protein persen energi di dalam rumen
o Efisiensi produk ternak biasanya dibatasi oleh
konsumsi energi dan efisiensi penggunaan energi, tidak oleh ketersediaan
protein.
o Tetapi ketersediaan protein dapat mengubah feed
intake % dalam hal ini akan mengubah efisiensi produksi.
o Protein yang dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih
dari kebutuhan, akan digunakan sebagai sumber energi oleh mikroba rumen atau
ternak.
o Berbeda hallnya dengan NPN, jika berlebih tidak
bermanfaat dan dapat beracun dan menurunkan feed intake atau meningkatkan kehilangan
energi pada ternak.
Katabolisme baik protein atau energi di dalam rumen
tidak terjadi tanpa adanya kerugian
·
Kerugian itu
adalah kehilangan energi sebagai panas dan sebagai metan dan untuk sintesis
asam-asam nukleat yang digunakan, dapat menurunkan efisiensi penggunaan energi.
·
Apabila
nutrien-nutrien pakan dapat dicerna di usus halus dan di absorbsi dari usus
halus maka energi akan dapat disimpan.
·
Apabila kualitas
protein rendah atau kuantitasnya sedikit atau jika fermentasi dibutuhkan untuk
melepaskan energi yang ada di dalam dinding sel tanaman maka rumen esensial
utnuk produksi.
·
Ruminansia sama
halnya dengan non ruminansia yaitu juga membutuhkan asam-asam amino esensial.
·
Perbedaannya
antara ruminansia dan non ruminansia yaitu pada ruminansia kebutuhan asam amino
esensial secara kuantitatif, metabolisme dan transfer asam amino esensial
interorgan, dan jalur pemanfaatan amonia dan asam nukleat.
Kualitas nutrisi dari protein mikroba
Komposisi asam amino dari digesta di
dalam duodenum lebih konstan dibandingkan dengan komposisi asam amino dari
bahan pakan karena adanya tambahan dari protein mikroba. Kualitas protein
mikroba yang diukur sebagai nilai biologis (Biological value= BV) nilainya
adalah tinggi tetapi tidak ideal.
Nilai biologis dari protein mikroba
66-87% dibandingkan dengan nilai ideal adalah 100%.
Kualitas protein bakteri dan mikroba
Kualitas Protein
|
Bakteri
|
Protozoa
|
Nilai Biologis (BV)
|
66-87
|
82
|
True Digestibility
|
74-79
|
87-92
|
Net Protein Utilization (NPU)
|
63
|
71
|
Kecernaan & NPU (BV x kecernaan)
lebih tinggi pada protozoa rumen dibandingkan bakteri rumen.
Asam amino membentuk ±80% protein
mikroba, maka nilai biologis dari true protein di dalam protein mikroba
mendekati 100.
Sama halnya dengan casein (protein susu
yang utama), maka protein mikroba memiliki kandungan lisin & treonin yang
tinggi dan sedikit kandungan metionin dibandingkan dengan kebutuhan ternak
untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
Pakan tidak mempunyai pengaruh utama
terhadap nilai BV dari protein yang berasal dari mikroba, tetapi protein pakan
yang lolos dari degradasi akan bergabung dengan protein mkroba dan oleh karena
itu akan mengubah komposisi protein yang mencapai usus halus.
Kuantitas dan kualitas protein yang
mencapai usus halus dimodulasioleh efek gabungan dari degradasi dan sintesis di
dalam rumen.
Apabila protein pakan mempunyai kualitas
yang rendah maka protein yang mencapai usus halus dilengkapi oleh aksi mikroba.
Tetapi apabila protein pakan mempunyai
BV yang tinggi, maka degradasi protein pakan oleh mikroba di dalam rumen dapat
menurunkan nilai BV.
Aksi mikroba juga mengubah kuantitas
protein yang mencapai usus halus.
Aksi mikroba menurunkan ketersediaan
protein apabila ransum mengandung kadar protein rendah.
Apabila kadar protein ransum <
13-15%, maka output protein kasar dari rumen umumya melebihi input dari pakan,
sedangkkan diatas nilai ini maka input N pakan melebihi outflow N protein.
Perbedaan antara input dan output
menggambarkan keseimbangan netto antara absorbsi amonia (NH3) dari
rumen & recycling N ke rumen.
N yang
direcycling ke rumen melaluui 2 jalur, yaitu:
1.
Melalui saliva
2.
Difusi dari
aliran darah secara langsung melalui dinding rumen
Dengan demikian ruminan dapat survive
tanpa adanya asam amino esensial di dalam ransum karena mikroba mensintesis
asam amino esensial di dalam rumen.
Tetapi sintesis asam amino oleh mikroba
rumen tidak cukup untuk memenuhi asam amino esensial bagi pertumbuhan yang
cepat dan produksi yang tinggi
Performan ternak akan meningkat apabila
ternak diberi tambahan asam amino esensial.
Amonia rumen dan
recycling N
Sebagian besar mikroba rumen bisa
memanfaatkan amonia (NH3) sebagai sumber N.
Tetapi ada beberapa spesies yang
membutuhkan senyawa tambahan rantai karbon dari asam amino tertentu untuk
efisiensi pertumbuhan yang cepat atau paling efisien.
Bakteri secara efektif akan mengabsorbsi
N-NH3 sedangkan bakteri tidak.
Walaupun sebagian strain bakteri dalam
rumen dapat survive dengan sebagai NH3 sumber N, namun < 40%
protein bakteri lewat melalui pool NH3
Amonia dalam
rumen berasal dari 3 sumber
1.
Degradasi
protein pakan dan NPN pakan
2.
Dari hidrolisis
urea yang direcycling ke dalam rumen
3.
Dari degradasi
protein mikroba
Tidak munculnya
amonia dari pool di rumen, karena:
1.
Adanya uptake
oleh mikroba
2.
Adanya absorbsi
melalui dinding rumen
Konsentrasi
amonia
Konsentrasi amonia berbeda dengan
lokasinya di dalam rumen.
Konsentrasi amonia mencapai puncaknya
1-2 jam setelah makan dengan pakan urea.
Tetapi pakan dengan protein tanaman maka
konsentrasi amonia mencapai puncaknya 3-5 jam setelah makan.
Absorbsi amonia meningkat karena
konsentrasi amonia meningkat.
Keracunan amonia terjadi apabila
konsentrasi amonia meningkat.
Fiksasi amonia
N amonia difiksasi ke carbon oleh
mikroba rumen dengan bantuan 2 enzim yaitu:
1.
Glutamin
sintetase (GS)
2.
Glutamat dehidrogenase
(GDH
Konsentrasi GS
paling tinggi apabila
-
N-Amonia ekstraseluler rendah. Sedangkan
GDH merupakan enzim konstitutif (tidak merupakan subjek untuk mmengontrol
metabolik) yang tidak bervariasi konsentrasinya.
-
Sebaliknya pada saat konsentrasi amonia
lebih tinggi maka uptake amonia terutama melalui GDH, tapi pada saat
konsentrasi amonia rendah maka jalur GS lebih intensif digunakan karena GS
mmempunyai affinitas yang lebih tinggi untuk N-Amonia.
-
GS membutuhkan 1 mol ATP untuk setiap mol
ion amonium yang difiksasi, sedangkan aksi GDH tidak membutuhkan ATP
-
Jika konsentrasi N-Amonia rendah, maka
efisiensi perrtumbuhan mikroba berkurang karena ATP dialihkan penggunaannya
dari pertumbuhan ke proses uptake amonia
-
Untuk fiksasi N, konsentrasi N
ekstraseluler harus cukup tinggi untuk mempertahankan konsentrasi intraseluler
minimal.
-
Konsentrasi N-Amonia ekstraseluler harus
cukup tinggi untuk mempertahankan konsentrasi intraseluler minimal
-
Konsentrasi N-Amonia ekstraseluler sedikit
diatas konsentrasi intraseluler *2-3mmolliter dibutuhkan untuk memaksimumkan
sintesis glutamin.
Recycling
nitrogen ke rumen
N secara kontinyu direcycling ke rumen
dari aliran darah untuk digunakan kembali.
Mekanisme konservasi ini menyebabkan
ruminansia survive terhadap ransum yang sangat rendah N nya.
23-92% urea plasma direcycling ke alat
pencernaan.
Recycling N lebih tinggi jika intake N
lebih rendah.
Kuantitas N yang
direcycling ke rumen berkurang jika:
1.
Konsentrasi NH3
rumen tinggi
2.
Konsentrasi urea
plasma rendah
Urea plasma
masuk ke dalam rumen melalui 2 jalur, yaitu:
1.
Melalui saliva
2.
Difusi melalui
dinding rumen.
Jika ransumnya terdiri dari hijauan,
maka 15-50% dari total urea direcycling melalui saliva.
Transferurea melintasi dinding terjadi
melalui difusi.
Dengan adanya enzim urease yang
dihasilkan oleh mikroba rumen, maka urea akan dihidrolisa menjadi NH3 +
CO2
Amonia (NH3) akan dikonversi
menjadi ion amonium (NH4+) oleh pH asam dari rumen.
Ion amonium agak sulit diabsorbsi dibandingkan
dengan bentuk yang tidak terion (NH3).
Konsentrasi amonia yang tinggi di rumen menurunkan
recycling N baik melalui penghambatan enzim urease di dinding rumen atau
melalui penurunan difusi bagi amonia.
Enzim urease tidak dihasilkan oleh jaringan ternak
tetapi dihasilkan oleh mikroba : 10-15%.
Amonia yang direcycling ke rumen domba : 15
gram/hari dan untuk sapi : 60 gram/hari.
Jumlah total N
yang direcycling melalui saliva tergantung pada:
1.
Konsentrasi urea
darah
2.
Saliva yang
dihasilkan
Faktor yang
mempengaruhi laju recycling N melalui dinding rumen adalah:
1.
Ketersediaan
karbohidrat
2.
Konsentrasi
N-Amonia
3.
pH rumen
recycling N akan berguna bagi ternak
ruminan apabila ia diinkorporasi menjadi protein mikroba.
P & S juga direcycling ke dalam
rumen.
Jumlah S yang direcycling lebih rendah
dibandingkan N karena recycling S hanya terjadi melalui saliva.
Absorbsi amonia
dari rumen tergantung pada:
1.
Konsentrasi
amonia
2.
pH
karena amonia yang tidak terion (NH3)
diabsorbsi sedangkan ion amonium tidak maka pH rumen yang lebih rendah secara
otomatis akan menurunkan absorbsi N- NH3
Pemberian urea
umumnya meningkatkan pH rumen yang pada gilirannya meningkatkan absorbsi amonia
Kadar amonia yang tinggi di dalam rumen
akan bersifat toksik bagi semua mamalia.
Gejala klinis
keracunan amonia
1.
Konsentrasi
N-monia di rumen > 100 mg/dl
2.
pH rumen > 8
3.
konsentrasi
amonia plasma darah > 2 mg/dl
keracunan dapat berkurang dengan
meningkatnya kapasitas hati untuk mensintesis urea melali ketersediaan yang
tinggi dari asam amino tertentu.
C.
Metabolisme Lemak
1.
Klasifikasi
Lemak
a.
Berdasarkan
panjang rantainya
Asam lemak dengan atom C1-C6 biasanya
disebut VFA (Volatile Fatty Acids) yaitu asam-asam lemak mudah menguap atau
asam lemak terbang.
b.
Berdasarkan
hidrogenasi
Saturated fatty
acids = asam lemak jenuh
Mono-unsaturated
fatty acids
Poly- unsaturated
fatty acids = asam lemak tak jenuh ganda
c.
Berdasarkan
ooptical isomers
Jika terdapat ikatan rangkap, maka asam
lemak terdapat dalam bentuk CIS atau trans.
Bentuk CIS adalah bentuk lemak yang ada
dalam sumber lemak tanaman.
d.
Berdasarkan
ikatan
Asam lemak bebas
Asam lemak yang
teresterifikasi dalam bentuk gliserida. Asam lemak ini dapat berubah dengan
adanya handling, penyimpanan dan adanya proses terhadap ransum atau produk yang
mengandung lemak.
e.
Berdasarkan
availabilitasnya (ketersediaannya)
Lemak terdapat
dalam bentuk enkapsul di dalam struktur tanaman.
Lemak yang
secara fisik diprotek dari degradasi mikroba rumen.
Bentuk lain dari
lemak yang diprotek adalah lemak yang diberikan itu dalam bentuk sabun atau
apabila asam-asam lemak bebas dan kation divalent bergabung untuk membentuk
sabun.
2.
Sumber-Sumber
Lemak Pakan
a.
Lemak Struktural
(structural acid)
Daun dari tanaman hijauan mengandung
lemak sebesar 3-10% dari bahan keringnya, yang terdiri dari:
1)
Surface lipid:
terdapat sebagai lilin & ester dari alkohol rantai panjang yang terdiri
dari:
·
Hidrokarbon
rantai panjang (C29)
·
Asam-asam lemak
bebas
·
Alkohol
·
Keton
·
Bagian luar
mengandung senyawa tambahan yaitu cutin yang terdiri dari polimer asam-asam
lemak normal & hidroksi yang terikat secara cross-linked.
·
Sebagian besar
lemak pada daun terdapat sebagai komponen dari membran selular, yang sebagian
besar meerupakan fosfolipid pada jaringan tanaman.
·
Glikolipid
menyusun lipid membran sebesar 40-50%
·
Surface lipid
meliputi:
a.
Asam-asam lemak
dari atom C10 – C30
b.
Cutin mengandung
sebagian besar fraksi C18 asam-asam hidroksi
2)
Lipid yang
merupakan komponen dari sel-sel daun terutama membran kloroplas.
Asam-asam lemak pada lipid membran
meliputi:
·
Alfa linoleat
(sebagian besar)
·
Asam palmitat
·
Asam linoleat
3)
Lipid-lipid
lainnya meliputi:
·
Caretonoid
·
Sterol-sterol
b.
Storage lipid
o Bentuk storage lipid akan mempengaruhi jenis lipid
di dalam biji tanaman.
o Pada tanaman yang menyimpan energi terutama dalam
bentuk karbohidrat, maka lipid yang terdapat merupakan lipid struktural
(fosfolipid & glikolipid).
o Tetapi pada tanaman yang menyimpan energinya dalam
bentuk liipid, maka lipid yang ditemukan terutama dalam bentuk trigliserida.
3.
Metabolisme
Lipid
a.
Hidrolisis
Mikroba rumen akan menghidrolisis lemak
pakan menjadi asam lemak dan glyserol.
b.
Biohidrogenasi
Setelah terjadi lipolisis, selanjutnya
terjadi biohidrogenasi. Karena biohidrogenasi tergantung pada adanya karboksil
bebas, maka lipolisis merrupakan langkah awal yang harus dilakukan di dalam
esterifikasi lipid yang diberikan di dalam ransum.
Tidak semua bakteri mampu melipolisis.
Bakteri yang berperan dalam lipolisis adalah: Selemonomonas ruminantium dan Butyrivibro.
Protozoa tidak mempunyai aktifitas
lipolisis.
4.
Mekanisme
Penguraian Lemak
Lemak
dilipolisis menjadi asam lemak + gliserol
Gliserol
difermentasi oleh mikroba rumen menjadi asam propionat + asam butirat + asam
sumsinat + H2O
Gliserol
dimetabolisasi melalui fosforilasi menjadi gliserol fosfat
Gliserol fofat
dirubah menjadi DHAP (Dihidroksi Aseton Fosfat)
DHAP dirubah
menjadi gliseraldehid 3 fosfat
Gliseral dehid 3
fosfat dirubah menjadi piruvat
Piruvat diubah
menjadi asam propionat
5.
Metabolisme
Lipid Oleh Mikroba Rumen
Pada ransum yang
banyak biji-bijian, maka jumlah mikroba yang bersifat lipolitik dan yang
menghidrogenasi (Biohidrogenasi) lebih sedikit sehingga banyak yang lolos.
Walaupun
lipolisis terjadi dengan cepat, ini masih terlihat sebagai pembatas laju &
mencegah meningkatnya jumlah asam lemak tak jenuh ganda yang bebas (free
poly-unsaturated) yang dapat mempengaruhi pencernaan serat dan menghambat
biohidrogenasi.
Proses
hidrolisis tergantung pada lipid yang dikonsumsi.
Minyak
tumbuh-tumbuh seperti linseed oil dihidrolisis dengan lebih komplek (>90%)
dibandingkan dengan minyak ikan yang hanya < 50% yang dihidrolisis.
Karena asam-asam
lemak harus terdapat dalam bentuk bebas, untuk selanjutnya dimetabolis oleh
mikroba rumen, maka terbatasnya hidrolisis mengakibatkan terbatas pula
perubahan lipid dalam rumen.
Berbagai lipid
tanaman dihidrolisis di dalam rumen & sebagian akan dihidrolisis dengan
cepat & ekstensif.
Contoh:
galaktolipid akan didegradasi dengan cepat & galaktosa dibebaskan dan ini
menunjukan galaktosil gliseril ester dihidrolisis secara ekstensif.
Biohidrogenasi :
Biohidrogenasi terjadi di dalam rumen
dan mikrobalah yang memegang peranan. Proses ini menghasilkan penambahan atom H
pada asam lemak sehingga terjadi perubahan asam lemak dari asam lemak tak jenuh
menjadi asam lemak jenuh.
Asam
lemak tak jenuh:
Asam lemak tak jenuh yaitu bila hanya
ada satu atom H yang terikat pada atom C. Jadi atom C bergabung dengan atom C
yang berdekatan oleh satu ikatan rangkap.
Contoh asam lemak tak jenuh:
a.
Asam oleat C18:1
b.
Asam linoleat
C18:2
c.
Asam linoleat
C18:3
d.
Asam arakhidonat
C20:4
Asam lemak tak jenuh : Asam linolenat
(C18:3)
H H H H H H H H H H H O
H-C-C-C=C-C-C=C-C-C=C-C-C-C-C-C-C-C-C
H H H H H H H H H H H H H H H H H OH
Asam lemak jenuh : Asam stearat (C18:0)
H H H H H H H H H H H H H H H H H
O
H C C C C C C C C C C C C C C C C C C
H H H H H H H H H H H H H H H H H OH
Asam lemak = RCOOH
Asam lemak: CH3 (CH2)nCOOH
Bila terdapat ikatan rangkap, asam lemak
bisa terdapat dalam bentuk CIS atau trans.
Bentuk CIS : yaitu apabila atom-atom
hidrogen terletak pada sisi yang sama, sbb:
H
(CH2)7 COOH bentuk CIS
C
C
H (CH2)7 CH3
Asam lemak:
Sebagian besar asam-asam lemak tak jenuh
dimodifikasi melalui metabolisme rumen.
Hampir semua asam lemak tak jenuh pada
tanaman terdapat dalam bentuk CIS.
Tetapi mikroba rumen secara normal akan
menghasilkan trans isomer dari asam lemak.
Juga akan merubah panjang rantai,
terjaadi peubah posisi ikatan rangkap dan juga perubahan produksi asam lemak
rantai cabang.
Kesemua ini tersedia untuk didepot dan
lemak yang disekresi oleh ruminansia berbeda dengan lemak yang dari pakan.
Biohidrogenasi:
Merupakan suatu keharusan yang harus
terjadi pada sebagian besar asam-asam lemak.
Asam-asam lemak bebas (FFA= Free Fatty
Acids)
FFA terikat secara non ion membentuk
bahan partikulat.
Bila ransum yang tinggi biji-bijian
diberikan, maka biohidrogenasi yang terjadi kurang komplit, karena cairan rumen
sapi yang diberi tinggi biji-bijian mengandung sedikit permukaan partikulat
sehingga jumlah mikroorganisme yang menghidrogenasi juga lebih sedikit.
Asam-asam lemak & mikroba bergabung
dengan bahan-bahan partikulat.
Biohidrogenasi merupakan suatu proses
yang terdiri dari banyak tahap. Setiap satu spesies tidak sama kemampuannya
untuk menghidrogenasi asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh.
Protozoa adalah sangat aktif di dalam
proses hidrogenasi dan tingkat hidrogenasi yang terjadi biasanya jauh lebih
sedikit /kurang ekstensif apabila populasi protozoa dihilangkan.
Oleh karena itu kadar asam lemak tak
jenuh yang ditemukan di dalam darah. Susu & jaringan adiposa lebih tinggi
apabila protozoa terdapat dalam jumlah terbatas. Tetapi hal ini tidak hanya
akibat hilangnya protozoa tetapi juga akibat perubahan yang terjadi di dalam
metabolisme rumen.
Spesies bakteri tidak menjenuhkan asam
lemak secara total, tetapi akan menghidrogenasi satu ikatan rangkap seperti:
C18:3
menjadi C18:2
C18:2
menjadi C18:1
C18:1
menjadi C18:0
Konsekuensinya, perubahan spesies
bakteri dan protozoa secara nyata akan mengubah tingkat hidrogenasi.
Di dalam proses hidrogenasi dari
asam-asam lemak yang umum seperti asam linolenat (C18:3 dengan 3 oktan rangkap
pada atom C9, 12 & 15) maka terbentuk suatu konjugasi ikatan rangkap
CIS-trans & selanjutnya terjadi hidrogenasi pada posisi 9. Dalam hal ini,
hidrogenasi dari ikatan rangkap 11- trans muncul menjadi pembatas laju
hidrogenasi.
Produk akhir dari biohidrohenasi yang
paling banyak adalah 11 trans octadecanoid acid = asam stearat (C18:0).
Penjenuhan total terjadi dari asam
linoleat (C18:2) menjadi asam stearat (C18:0) apabila ditambahkan dalam bentuk
teresterifikasi.
Apabila ditambahkan dalam bentuk asam
linoleat bebas, maka hidrogenasi terjadi secara komplit & sebagai produk
akhirnya adalah asam oleat (C18:1) dan ini akan menghambat tahap ke-2 dari
biohidrogenasi.
Biohidrogenasi terhambat dengan adanya
asam lemak tak jenuh dalam bentuk bebas karena ini akan menghambat fungsi
mikroba.
Pemberian pakan yang membatasi fungsi
protozoa akan menghasilkan bahan partikulat yang terbatas dan akan menghambat
mikroba untuk menghidrogenasi sehingga mengakibatkan rendahnya penjenuhan dari
lemak pakan.
Pemberian lemak seperti minyak ikan yang
dihidrolisa secara tak lengkap, akan mencegah hidrogenasi karena hidrogenasi
hanya terjadi dengan asam-asam lemak yang teresterifikasi.
6.
Sintesis Lipid
Di Dalam Rumen
Selain mengubah
lemak ransum, maka mikroba rumen juga mensintesis sejumlah besar asam lemak
rntai cabang & rantai karbon yang banyak dalam konfigurasi trans.
Protozoa &
bakteri melakukan sintesis denovo dari asam-asam lemak rantai panjang.
Prekursor yang
digunakan untuk sintesis asam lemak α dan β–oksidasi.
Sintesis lipid
oleh mikroba rumen umumnya cukup, tetapi lebih besar apabila ransum mengandung
sedikit lipid dan mungkin meningkat dengan meningkatnya konsentrat.
Protozoa &
bakteri rumen dengan cepat bergabung dengan asam-asam lemak ransum membentuk
lipid seluler & ini akan menghambat sintesis denovo.
Oleh karena itu
pemberian lemak ransum terutama minyak seperti minyak ikan akan menurun
sintesis asam lemak mikroba.
Mikroba rumen
tidak menyimpan trigliserida & asam-asam lemak yang ada adalah dalam
fosfolipid membran & asam-asam lemak bebas.
7.
Pencernaan Dan
Penyerapan Lipid Di Dalam Usus Halus
Pencernaan lipid
di dalam usus halus
Pada ternak
ruminansia, sebagian besar lemak yang masuk ke dalam usus halus adalah dalam
bentuk asam lemak yang tidak teresterifikasi atau dalam bentuk asam lemak
bebas, sangat jenuh dengan ikatan yang non ion, dalam suatu komplek yang tidak
larut dengan bahan partikulat yang tidak larut.
pH ingesta yang
mengalir dari abomasum dan tetap rendah melewati ½ bagian atas usus halus,
karena terbatasnya buffer dari sekresi pancreas yang rendah level
bikarbonatnya.
Konsekuensinya,
pada pH ini asam-asam lemak diprotonasi dan sabun asam lemak yang tidak larut
di dalam rumen menjadi dapat larut dan terjaadi peningkatan absorbsi dari
asam-asam lemak & juga mineral.
pH yang rendah
pada ½ bagian atas usus halus akan menurunkan kelarutan asam-asam lemak dan
asam-asam empedu.
Asam-asam empedu
adalah esensial untuk absorbsi asam lemak pada ruminansia.
Untuk terjadinya
pencernaan, asam-asam lemak harus ditransfer dari fase partikulat yang tidak
larut menjadi fase micell.
Transfer ini
tidak terjadi jika tidak ada asam empedu bahkan jika tidak ada cairan pancreas.
Untuk pencernaan
yang normal, sangat dibutuhkanadanya cairan pancreas dan empedu.
Laju aliran
empedu lebih besar 5x dibandingkan cairan pankreas.
8.
Sekresi Empedu
Empedu pada ruminansia mengandung 1,400mg lipid/dl
& 80% terdiri dari fosftidilkolin. Sisanya 20% terdiri dari lisofosfatidil
kolin, fosfatidil etanolamin, kolesterol & kolesterol ester.
Asam-asam lemak utama di dalam fosfatidil kolin di
dalam empedu dari ransum normal yang diberikan pada ruminansia, terdiri dari:
a.
Asal palmitat
(>1/3)
b.
Asam stearat
(10%)
c.
Asam oleat (30%)
d.
Asam linoleat
(5%)
e.
Asam linonenat
(5%)
Berbeda dengan ruminansi, ternak ruminansia
mengandung sangat sedikit asam linoleat atau arakhidonat dan lebih banyak
mengandung asam oleat.
Konsentrat asam-asam empedu 5,000-8,000 mg/dl yang
terdiri dari:
a.
Asam taurokolat,
yang larut dan mengion pada pH 2,5
b.
Asam glikollat,
yang tidak larut pada pH 4,5
9.
Sekresi Pankreas
Aktivitas optimum dari enzim membutuhkan
pH 7,5-7,8 dan sedikit aktivitas terjadi pada pH dibawah 5,0.
Dengan kandungan bikarbonat yang rendah
& laju sekresi pancreas yang rendah dari sekresi pancreas, maka usus halus
tetap dalam kondisi asam hingga bagian bawah yeyunum.
Terdapat 2 enzim fosfolipase pancreas
yaitu:
a.
A1 yang sangat
asam, labil dan menjadi inaktif & irreversible pada pH 2,5.
b.
A2 yang efektif
bekerja pada bagian yeyunum.
10. Absorbsi Lipid
Lipid diabsorbsi dalam bentuk misel
(micel)
D.
Metabolisme Vitamin
Vitamin Dalam Nutrisi Ruminansia
Vitamin merupaka bahan organik yang
mengandung molekul-molekul karbon.
Merupakan mikronutrien karena dibutuhkan
oleh ternak dalam jumlah yang sangat sedikit.
Merupakan komponen esensial dari
koenzim.
Vitamin
dalam nutrisi ruminansia:
Pada tingkat jaringan, ruminansia
membutuhkan semua vitamin yang diperlukan untuk fungsi yang normal.
Tetapi mikroorganisme rumen mampu
mensintesis vitamin B dan vitamin K.
Vitamin A,D dan E tidak disintesis oleh
mikroba rumen, oleh karena itu harus dipenuhi dalam pakan ruminan.
Vitamin yang esensial dalam pakan
ruminan:
Vitamin A, D, E
Vitamin
A
Prekursor utama vitamin A yang ditemukan
didalam tanaman dan konsumsi oleh ruminan adalah beta-karoten.
Karotenoid lainnya yang punya potensi
vitamin A adalah:
-
Alfa-kar
-
Gamma-karoten
-
Kriptosantin
Fungsi
Vitamin A dalam tubuh ternak:
-
Dalam bentuk alkohol (retinol)
-
Dalam bentuk aldehid (retinal)
Konversi beta-karoten menjadi vitamin A
terjadi di dalam sel-sel mukosa usus halus.
1 mg beta-karoten = 400 IU vitamin A
(24% dari monogastrik)
Absorbsi
dan penyimpanan vitamin A:
Absorbsi vitamin A di dalam usus halus
tergantung pada energi.
Penyimpanan vitamin A terjadi di hati.
Transport vitamin A ke hati melalui
sistem limfa dalam bentuk ester asam-asam lemak rantai panjang yang dibawa
melalui LDL (Low Density Lipoprotein).
Di hati, vitamin Adisimpan di dalam
sel-sel kupffer
Metabolisme
vitamin A:
Retinol dan karotenoid masuk melewati
sel-sel mukosa.
Karotenoid diubah menjadi retinal oleh
enzim karotenoid dioksigenase.
Retinal yang terbentuk diubah menjadi
retinol oleh enzim retinaldehid reduktase.
Retinol kemudian diesterifikasi dengan
asam-asam lemak rantai panjang di dalam sel-sel mukosa.
Esterifikasi asam lemak dengan retinol
terjadi sebelum ditransport ke hati, tempat vitamin A disimpan.
Vitamin A disimpan di hati hingga
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik melalui proses mobilisasi vitamin
A.
Perubahan beta-karoten menjadi vitamin A
secara enzimatik oleh mukosa usus, menggambarkan kandungan retinol di dalam
hati.
Pada saat tubuh membutuhkan vitamin A,
maka vitamin A dimobilisasi dari hati dalam bentuk retinal, yang diangkut oleh
retinol binding protein (RBP) yang disintesis di dalam hati.
Pengambilan retinal oleh sel-sel tubuh
bergantung pada respector pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP.
Retinol kemudian diangkut melalui
membran sel untuk kemudian diikatkan pada cellular retinol binding protein
(CRBP) dan RBP dilepaskan.
Di dalam sel mata retinol berfungsi
sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai retinoat. Asam retinoat
merupakan sebagian kecil vitamin A di dalam darah.
Faktor
yang mempengaruhi bioavailabilitas vitamin A dan beta-karoten:
Pencernaan dan penyerapan vitamin A
mempengaruhi bioavailabilitasnya,
Kecernaan karoten rata-rata 78%,
dipengaruhi oleh musism panen hijauan, jens hijauan, spesies tanaman dan bahan
kering hijauan.
40-70% karoten & vitamin A
didegradasi di dalam rumen.
Degradasi vitamin A di dalam rumen
berhubungan dengan aktifitas mikroba rumen.
pH rumen rendah menyebabkan isomerasi
dan retinol dan diesterifikasi dari retinol ester sehingga lebih banyak retinol
yang labil.
Faktor
yang mempengaruhi penggunaan vitamin A pada ruminan:
Aktivitas vitamin menurun di dalam rumen
20-80%. Ini disebabkan oleh pemberian pakan yang tinggi konsentratnya.
Konsentrat mengandung beta-karoten yang lebih rendah dari hijauan.
Pemberian antioksidan, menurunkan
kehilangkan vitamin A di dalam hati.
Pakan yang rendah protein dan aflatoksin
meningkatkan kehilangan vitamin A.
Kondisi stres akibat melahirkan, aborsi,
cuaca dingin dan infeksi bakteri meningkatkan kebutuhan vitamin A.
Heat stress, menyebabkan kehilangan
vitamin A lebih besar.
Fungsi
vitamin A:
1.
Fungsi dasar
vitamin A adalah dalam penglihatan.
2.
Diferensiasi
sel-sel epitel.
3.
Pertumbuhan
Peranan metabolik yang penting dari
vitamin A adalah dalam pertumbuhan yang normal.
Vitamin A mempengaruhi pertumbuhan
tulang, terkait peranannya di dalam sintesis kondroitin sulfat.
4.
Reproduksi
Kebutuhan
vitamin A pada ruminan:
Kebutuhan vitamin A didasarkan pada
jumlah vitamin aktif yang dibutuhkan untuk mencegah gejala-gejala klinis
defisiensi vitamin A.
Kebutuhan vitamin A untuk beta-karoten
adalah 681 IU
Defisiensi
vitamin A:
1.
Rabun senja
2.
Xeropthalmia
(perubahan struktur kornea)
3.
Penipisan sel
usus
4.
Penurunan daya
tahan tubuh terhadap infeksi
5.
Pertumbuhan
terhambat
6.
Tulang menjadi
lemah
Sumber
vitamin A:
Vitamin A terdapat di dalam pakan
hewani.
Karoten terdapat di dalam pakan nabati.
Sumber vitamin A : hati, kuning telur,
susu (di dalam lemaknya) dan mentega.
Karena vitamin A tidak berwarna, warna
kuning dalam kuning telur adalah karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A.
Vitamin Esensial Dalam Pakan Ruminansia
Vitamin D merupakan pro-hormon yang
dibentuk melalui radiasi iltraviolet pada material tanaman atau pada kulit
hewan untuk membentuk ergocarciferol (vitamin D2) atau cholecarciferol (vitamin
D3)
Golongan
Vitamin D
Vitamin D2
(ergocalciferol, pada tanaman)
Ergocalciferol merupakan turunan dari
steroid yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan ergosterol. Ergosterol
merupakan sumber vitamin D di dalam pakan.
Vitamin D3
(7-dehidrocholesterol, pada hewan)
Cholecalciferol merupakan bentuk vitamin
D yang diperoleh jika sinar matahari masuk ke dalam kulit. Oleh karena tubuh
punya kemampuan untuk memproduksi cholecalciferol, maka vitamin D lebih tepat
untuk digolongkan pada prohormon (karena vit.D dapat dimetabolisir menjadi
bentuk aktif yang mempunyai aktifitas biologis, punya struktur dan menyerupai
hormon steroid).
Fungsi
Vitamin D:
Fungsi vitamin D (DHCC = Dihidroksi
Cholecalciferol sebagai bentuk aktifnya) adalah merangsang pembentukan calcium
binding protein (CBP) di dalam mukasa usus halus.
CBP ini berperan untuk absorbsi Ca di
dalam aliran darah.
Konsentrasi DHCC di dalam usus meningkat
jika plasma darah marginal dengan Ca & P.
Peningkatan DHCC ini diakibatkan oleh meningkatnya mobilisasi
HCC (Hidroksi Cholecalciferol = 25-OHD) dari hati dan dikontrol oleh paratiroid
hormon (PTH).
Vitamin D yang diaktivasi yang
diaktivasi (DHCC) juga terlibat dalam mobilisasi Ca dari tulang dan dalam absorbsi P melalui pompa fosfat
yang tergantung pada vitamin D di dalam usus halus.
Meningkatkan penyerapan Ca dan P di
usus.
Menurunkan eksresi Ca pada ginjal.
Membantu pembentukan dan pemeliharaan
tulang bersama dengan vitamin A & vitamin C, hormon paratiroid dan
calcitonin, protein collagen, mineral Ca, P, Mg.
Fungsi
Khusus Vitamin D
Membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur agar Ca & P tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses
pengerasan tulang.
Gejala
Defisiensi Vitamin D
Gejala defisiesi vit D berhubungan
dengan kurangnya mineralisasi pada tulang.
Osteomalica terjadi pada ruminan dewasa
tetapi sering diakibatkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh defisiensi
vitamin D.\
Tanda-tanda awal rendahnya intake
vitamin D adalah rendahnya konsentrasi Ca darah.
Defisiensi
Vitamin D
Riketsia (anak) : kelainan pada tulang.
Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak terlambat sehingga menjadi
lunak. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut &
pergelangan), tulang rusuk membengkok, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak
teratur dan mudah rusak.
Riketsia jarang dapat disembuhkan.
Osteomalacia (dewasa): tulang membengkok
(bentuk O atau X)
Gejala
Toksik Dan Level Toksik Vitamin D
Vitamin D dalam jumlah berlebihan dari
kebutuhan mengakibatkan toksisitas, yang ditandai dengan:
Klasifikasi tulang diikuti dengan
terjadinya reabsorbsi Ca yang lebih tinggi dari tulang, klasifikasi pada
jaringan lunak seperti ginjal, hati, paru-paru dan arteri.
Hioerkalsifikasi pada ginjal diakibatkan
oleh intake vitamin D yang berlebihan. Kerusakan ginjal dapat berakibatkan
fatal karena uremia.
Level
Pemberian Vitamin D Yang Direkomendasikan
gejala defisiensi pada sapi dewasa dapat
dicegah dengan pemberian 5000-6000 IU vitamin D per hari.
Pemberian vitamin D 7000 IU/hari dapat
menurunkan kejadian milk fever pada sapi.
Variabilitas
Vitamin D Di Dalam Pakan
Sama halnnya dengan vitamin A, aktifitas
vitamin D juga bervariasi di dalam pakan walaupun tidak sensitifitas vitamin A.
Hijauan merupakan sumber vitamin D yang
baik jika terkena sinar matahari.
Absorbsi
Vitamin D
Absorbsi vit D terjadi di dalam usus
halus yaitu pada yeyunum dan ileum.
Penyerapan vit D dibantu oleh empedu.
Empedu merupakan jalur utama ekskresi metabolit vitamin D.
Metabolisme
Vitamin D
Vitamin D masuk ke dalam darah saluran
pencernaan atau kulit (sebagai prekursor, 7 dehidrocholesterol) dan dengan
cepat terakumulasi di dalam hati dan jaringan adiposa.
Di dalam hati, prekursor vitamin D
dikonversi menjadi 25-hidroksi vitamin D [25-(OH)D].
Metabolit ini [25-(OH)D] merupakan
bentuk vitamin D utama di dalam sirkulasi pada kondisi normal dan tersedia
sebagai prekursor dari metabolit vitamin D lainnya.
Biosintesis bentuk aktif vitamin D
terjadi di dalam ginjal.
Di dalam ginjal, 25-(OH)2D dikonversi
menjadi bentuk yang paling aktif secara biologis, 1,25-(OH)2D = 1,25 dihidroksi
cholecalciferol.
Fungsi utama 1,25 (OH)2D adalah untuk
mempertahankan konsentrasi Ca & P yang normal di dalam darah dengan jalan
memfasilitasi transport Ca & P dari usus dan menningkatkan resorbsi tulang.
Sistem
Endokrin Untuk Vitamin D
Vit. D bersama dengan 2 hormon peptida
yaitu calcitonin dan hormon paratiroid (PTH) berfungsi untuk mempertahankan
homeostatis kalsium (Ca) dan Fosfor (P).
Mekanisme
Homeostatis
Absorbsi ca dari: saluran usus,
disposisinya dalam tulang, ekskresinya oleh ginjal.
Hormon paratiroid disekresi sebagai
respon dari rendahnya konsentrasi Ca dalam plasma.
Aktivitas dan kebutuhan vitamin D:
Akivitas vitamin D diukur dalam
internasional unit (IU)
1 IU ekivalen dengan aktivitas
antirachitis dari 0,025 UG vitamin D3 kristalin.
Kebutuhan vitamin D small ruminan untuk
hidup pokok dan awal kebuntingan adalah 5,6 IU/Kg BB.
Kebutuhan
Vitamin D
Tambahan kebutuhan vitamin D: (small
ruminant)
Untuk akhir kebuntingan adalah 21.3 IU
per hari untuk small ruminan.
Untuk laktasi adalah 760 IU per Kg
produksi susu pada small ruminan.
Untuk pertumbuhan & perkembangan
small ruminal adalah 53 IU/hari yang dibutuhkan untuk setiap PBB 50 gram/hari.
Sumber
Vitamin D
Minyak ikan.
Hijauan: mengandung vitamin D2 minimal
26.7 IU/Kg
Sinar matahari menstimulir produksi
vitamin D3 endogenosis. Sintesis vitamin D3 di dalam kulit punya peran penting
terhadap status vitamin D pada ternak yang grazing.
Status vitamin D dapat diperbaiki lebih
efektif dengan membiarkan ternak terkena sinar matahari 10 jam dibandingkan
suplementasi 2000 IU vitamin D per hari. (small ruminan).
Status
Vitamin D
Homeostatis vit D dipertahankan
sepanjang intake vit D per hari < 100 IU/kg BB.
Level maksimum vit.D yang dapat
ditolerir adalah 25.000 IU/kg pakan jika dikonsumsi kurang dari 60 hari.
Sedangkan small ruminan hanya toleran
2200 IU/kg BK pakan jika pakan dikonsumsi lebih dari 60 hari.
Konsumsi tanaman yang bersifat
calcinogenic yang mengandung glycosida dari 1,25-(OH)2D3 seperti solanum SP
dapat menyebabkan hipercalcemia dan mengarah pada metastase calcificasi.
Faktor
Yang Mempengaruhi Status Vitamin D Di Dalam Tubuh
1.
Faktor penyakit,
yang ada hubungannya dengan vitamin D.
Pada tulang: osteomalacia, osteoporosis
Kelenjar paratiroid: hiperparatiroid
Hati: cirrosis hati. Gangguan meabolisme
Gangguan pada usus. Usus merupakan
tempat absorbsi vit D dan juga target jaringan utama aktifitas hormon 1,25
hidroksikolekalsiferol.
Gangguan pada hati.
Gangguan pada ginjal.
Gangguan
kelenjar paratiroid (hiperparatiroid).
2.
Faktor genetik.
Kelainan genetik spesifik yang menggganggu metabolisme vitamin D adalah
penyakit riketsia yang sangat tergantung pada vitamin D.
Vitamin
D Mencegah Milk Fever
Vitamin D dosis tinggi 20-30 juta
IU/hari dapat menurunkan kejadian milk fever.
Dosis ini mendekati level toksisitas,
jadi pemberiannya harus dimulai 3-5 hari sebelum melahirkan dan jangan
diberikan kontinyu selama 7 hari.
Milk fever merupakan penyakit akibat
penurunan tiba-tiba kadar ca dalam darah, umumnya terjadi setelah beranak.
Vitamin E
Sama halnya dengan vitamin A da vitamin
D, terapat beberapa bentuk yang memiliki aktifitas vitamin E di alam.
Bentuk yang paling potensial adalah alfa
tocoferol (5,7,8-trimetiltocol).
Fungsi
Fisiologis Vitamin E:
Berperan sebagai antioksidan dengan
demikian mencegah degradasi yang bersifat peroksidatif dari lipid pada sel
hewan.
Berperan sebagai anti radikal bebas,
terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel.
Mencegah pembentukan radikal bebas
peroksida yang menghambat aksi enzim-enzim tertentu dan mencegah kerusakan
membran sel.
Vitamin E terdapat di dalam membran sel,
dan berfungsi melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif.
Mencegah peroksidasi lipid yang dimulai
oleh radikal bebas.
Berperan dalam pengontrolan
permeabilitas dan stabilitas membran.
Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan,
yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil pada
struktur cincin ke radikal bebas.
Radikal bebas adlah molekul-molekul
reaktif yang dapat merusak dan mempunyai elektron tidak berpasangan.
Radikal bebas terbentuk dalam tubuh pada
proses metabolisme aerob normal pada saat oksigen secara bertahap direduksi
menjadi air.
Mencegah degradasi peroksidatif dari
lemak di dalam sel-sel hewan.
Melindungi asam lemak tak jenuh ganda
dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas.
Aktivitas
Vitamin E:
Aktivitas vitamin E erat hubungannya
dengan aktivitas beberapa enzim yaitu enzim:
-
Glutathion
peroksidase
-
Superoksida
dismutase
-
Katalase
Yang mencegah kerusakan pada sel-sel
dari radikal bebas terutama sel-sel darah merah, sel-sel otot dan sel-sel
syaraf.
Defisiensi
Vitamin E
Gangguan fungsi syaraf.
Muscula distrophy akibat defisiensi
vitamin E dan ddefisiensi asam-asam amino yang mengandung sulfur.
White muscle diseases.
Sumber
Vitamin E
Biji-bijian, terkonsentrasi di dalam
lembaga yang banyak mengandung lemak.
Tokorferol yang terdapat dalam bahan
pakan erat kaitannya dengan minyak tanaman tersebut terutama yang bersifat poli
tidak jenuh (polyunsaturated).
Minyak bunga matahari, minyak jagung,
minyak kedele.
Kebutuhan
Vitamin E Dalam Pakan
Kebutuhan vitamin E pada pre-ruminan
tergantung pada kandungan dan tingkat ketidakjenuhan dari lemak bahan pakan.
Anak sapi yang diberi susu tanpa lemak
tak jenuh, tidak menampakkan gejala penyakit white muscle diseases.
Anak sapi membutuhkan vitamin E 2x lebih
banyak (92 vs 46 mg/hari) untuk mempertahankan kadar normal alfa-tokoferol di
dalam serum darah apabila diberi konsentrat protein ikan (5% minyak ikan yang
tinggi lemak tak jenuh) sebagai pengganti protein susu.
Setelah disapih dan rumen telah
berfungsi, maka defisiensi vitamin E erat hubungannya dengan ingesta lemak tak
jenuh yang tidak muncul karena adanya biohidrogenasi lemak oleh mikroba rumen
sebelum mencapai jaringan.
Absorbsi
Vitamin E
Absorbsi vitamin E secara maksimal
dibantu oleh cairan empedu dalam pankreas.
Vitamin E diabsorbsi sebagai komponen
cairan empedu dan lemak bersama-sama dengan asam-asam lemak bebas,
monogliserida dan berbagai vitamin yang larut dalam lemak dengan cara penetrasi
ke dalam sel-sel epitel melalui membran plasma pada sel-sel yang menyerupai
sikat (brush border).
Suplementasi
Vitamin E Dalam Pakan Ruminansia
Sebagian besar pakan ruminansia (hijauan
dan konsentrat) mengandung vitamin E yang cukup sehingga suplementasi umumnya
tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi performan ternak.
Tetapi vitamin E bersifat labil terhadap
panas (sama dengan vitamin A) sehingga hay atau silase yang mengalami
penjemuran atau penyimpanan dalam waktu lama akan kehilangan aktivitas vitamin
E, jadi diperlukan suplementasi.
Suplementasi vitamin E 400-1000 mg/hari
pada ransum sapi perah efektif menurunkan flavor susu yang teroksidasi karena
peroksidasi asam-asam lemak.
Level
Toksik Dan Gejala Kelebihan Vitamin E
Toksisitas vitamin E pada ruminansia tak
ada data tetapi pada ayam pemberian 10.000 IU/kg pakan menurunkan kadar Ca
& P di dalam plasma darah.
Pemberian vitamin E yang berlebih
mempengaruhi penggunaan vitamin D.
Metabolisme
Vitamin E
Transport vitamin E dalam cairan limfe
& darah.
Sirkulasi vitamin E dalam cairan limfe
dan darah terikat bersama lipoprotein.
Penyebaran vitamin E ini tergantung pada
komposisi lemak.
Tokoferol ditemukan dalam semua
lipoprotein.
Vitamin E juga ditransport dalam
eritrosit.
Konsentrasi vit E dalam eritrosit 20% x
plasma.
Penyimpanan
Vitamin E
Tempat utama penyimpanan vitamin E
adalah:
Jaringan adiposa
Hati otot
Alfa-tokoferol deposit di dalam jaringan
dalam bentuk yang tidak diesterifikasi.
Ekskresi utama vitamin E adalah lewat
feses.
Interaksi
Fungsional Vitamin E Dengan Nutrien Lain:
Pufa (Polyunsaturated Fatty Acids)
Kebutuhan vit E meningkat dengan
peningkatan kandungan asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acids).
Selenium: selenium dapat mengurangi atau
mencegah gejala defisiensi vitamin E.
Beta-karoten: penangkap oksigen tunggal
dan radikal bebas.
Asam amino bersulfur: sintesis glutation
peroksidase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar