Pt 13 Unitas

Pt 13 Unitas

Kamis, 13 April 2017

Materi Kuliah Ilmu dan Teknologi Ternak Perah Part II

Ilmu dan Teknologi Ternak Perah

Dinamika Sapi Laktasi

Ø  Pada pemeliharaan yang baik, sapi perah beranak pertama kali pada umur 2,5 tahun
Ø  Anak pertama: laktasi pertama
Ø  Anak kedua: laktasi kedua
Ø  Lamanya sapi bunting: 283±7 hari
Ø  Sapi diperah selama 305 hari diikuti masa kering selama 60 hari
Ø  Masa kering > 70 hari, berakibat kegemukan
Ø  Masa kering < 40 hari, maka tidak cukup waktu untuk perbaikan sel ambing
Ø  Nutrien yang dibutuhkan oleh sapi perah tergantung pada tingkat laktasi dan kebuntingan
Ø  Pada saat awal laktasi terjadi :
1.      Produksi susu naik dengan cepat
2.      Penurunan bobot tubuh sapi
3.      Terjadi mobilisasi ternak
4.      Konsumsi bahan kering meningkat dengan lambat
Ø  Sapi perah Fries Holland (FH) merupkan sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia
Ø  Pada awal laktasi, produksi susu tinggi dan secara normal meningkat 4-6 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 8-10, kemudian secara perlahan menurun sampai akhir laktasi
Ø  Sedangkan kadar lemak susu pada awal laktasi rendah dan perlahan naik sejalan dengan penurunan produksi

Pemeliharaan sapi periode transisi

ü  Periode transisi (periparturient) = 3 minggu sebelum dan sesudah sapi melahirkan
ü  Pada periode transisi, sapi mengalami perubahan fisiologis dan psikologis
ü  Status endokrin pada periode transisi berubah sehingga mempengaruhi metabolisme jaringan dan utilisasi zat makanan
ü  Perubahan fisiologis prepartum (sebelum melahirkan) meliputi:
1.      Pertumbuhan fetus yang sangat cepat dan perkembangan kelenjar ambing
2.      Selama 3 minggu menjelang kelahiran, berat fetus meningkat pesat, sehingga meningkatkan kebutuhan zat makanan induknya selama masa kering
3.      Disamping kebutuhan zat makanan untuk fetus dan induk, sapi juga memerlukan tambahan zat makanan untuk perkembangan ambing dan adaptasi saluran pencernaan
4.      Periode 5-7 hari sebelum melahirkan, biasa terjadi penurunan konsumsi bahan kering sampai 30%
ü  0-21 hari setelah melahirkan terjadi peningkatan konsumsi bahan kering yang cepat
ü  Peningkatan konsumsi bahan kering setelah melahirkan tidak bisa dipaksakan, hal ini terkait dengan mobilisasi lemak tubuh yang terjadi sebelum melahirkan.
ü  Penurunan konsumsi ransum selama periode transisi menyebabkan neraca energi yang negatif dan dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan metabolis.
ü  Periode laktasi / kali beranak beranak mempengaruhi produksi dan komposisi susu.
ü  Produksi meningkat dengan bertambahnya laktasi.
ü  Semakin tua umur sapi, kandungan lemak dan protein kasar menurun secara perlahan
ü  Pemerahan pagi menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sore, karena interval antara pemerahan sore ke pagi lebih lama dibandingkan pagi ke sore
ü  Frekwensi pemerahan mempengaruhi produksi susu tapi tidak mempengaruhi komposisi susu
ü  Sapi yang diperah 3x sehari produksi susunya lebih banyak dari pada  yanng 2x sehari
ü  Komposisi pakan sangat mempengaruhi produksi dan kualitas susu yang dihasilkan
ü  Sapi laktasi yang mengkonsumsi hijauan atau serat kasar tinggi akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi
ü  Sapi laktasi bila diberi konsetrat dengan imbangan yang lebih tinggi akan menghasilkan produksi susu yang tinggi dengan kadar lemak rendah
ü  Hal ini berkaitan dengan ratio energi dan protein yang mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dan total VFA (Volatile Fatty Acids) yang dihasilkan yaitu asam asetat, propionat dan butirat yang merupakan komponen untuk sintesis lemak, protein dan SNF (Solid Non Fat)
ü  Protein & SNF merupakan komponen susu yang digunakan untuk indikasi produksi susu dan produksinya
ü  Suhu lingkungan akan mempengaruhi komposisi susu dan produksinya
ü  Suhu lingkungan yang panas dan lembab dapat mempengaruhi konsumsi pakan
ü  Stress panas merupakan stres tambahan yang membebani sapi dalam periode transisi yang juga dapat menyebabkan penurunan konsumsi protein

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu

Jumlah susu yang dihasilkan oleh ternak dapat bervariasi dari hari ke hari dan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1.      Bangsa dan keturunan
Variasi kemampuan sapi untuk mengahasilkan susu, lemak, SNF merupakan sifat keturunan

2.      Tingkat laktasi
Variasi terbesar komposisi susu terjadi langsung setelah kelahiran dalam 5 hari pertama setelah beranak. Susu pertama yang dikeluarkan dinamakan kolostrum. Kolostrum ini bukan susu biasa, karena kolostrum mengandung lebih banyak globulin, vitamin A, vitamin D, kalsium, magnesium, klorin, zat besi, dan fosfor, dibandingkan susu biasa, tetapi kolostrum mengandung lebih sedikit laktosa dan potasium dibandingkan susu biasa. Jumlah total produksi susu biasa naik setelah melahirkan satu bulan.

3.      Kestabilan
Hal ini menunjukan pada tingkat produksi yang dipertahankan saat masa laktasi. Secara umum, setelah puncak laktasi mak produksi susu total tiap bulan hampir 90% dari bulan sebelumnya.

4.      Birahi dan kebuntingan
Produksi susu mungkin berubah, biasanya menurun pada hari atau hari berikutnya setelah birahi. Kebuntingan sedikit pengaruhnya terhadap komposisi susu. Walaupun pada awal kebuntingan sekitar 5 bulan, produksi total sapi bunting menurun lebih cepat dibandingkan sapi yang tidak bunting. Telah dibuktikan bahwa energy yang dibutuhkan oleh janin sama dengan 175-275 kg susu.

5.      Jarak kebuntingan
Penelitian menunjukan bahwa keuntungan terbesar adalah beranak tiap 12 bulan. Dengan 8 minggu masa kering, ini berari masa laktasi 10 bulan.

6.      Susu awal dan akhir
Persentase lemak dalam susu akhir lebih tinggi dibandingkan susu awal. Alasan untuk ini belum diketahui.

7.      Umur
Umur sapi berpengaruh terhadap produksi susu . umumnya sapi mencapai kedewasaan dan menghasilkan susu maksimum pada umur 6 tahun, setelah itu produksi susu menurun.

8.      Ukuran
Sapi yang berukuran besar biasanya menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang berukuran kecil.

Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Jumlah Dan Komposisi Susu

1.      Makanan
a.       Makanan kurang
Biasanya menunjukan kurang energi. Tingkat penurunan susu berhubungan dengan kurangnya makanan dan jarak lamanya makanan itu diberikan
b.      Pengolahan atau pemberian makanan yang telah ada
Salah satu masa kritis pemberian pakan yang tepat adalah setelah beranak. Saat setelah beranak merupakan saat yang sukar bagi sapi untuk berproduksi tinggi untuk makan menghabiskan makanan untuk persediaan kebutuhan energy untuk produksi. Sebagai akibatnya sapi kehilangan bobot badannya pada awal masa laktasi. Sistem modern meningkatkan konsentrat 2-3 minggu sebelum beranak. Dalam sistem ini sapi diberi makan menurut kapasitas turunannya untuk memproduksi susu yang ditentukan oleh keuntungan.
c.       Kekurangan gizi/ nutrient
Kekurangan gizi yang penting yang diperlukan oleh sapi menyebabkan produksi susu rendah dan efisiensi makanan, juga komposisi susu akan mengalami perubahan.

2.      Lamanya masa kering
Lamanya masa kering disarankan 60 hari, lalu diikuti masa laktasi. Hal ini penting sekali karena sapi dapat memulihkan kondisi tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya, memperbaiki dan mempertahankan ambing. Masa kering yang pendek mengakibatkan produksi susu rendah.

3.      Kondisi saat beranak
Sapi yang kurus dan kondisinya menurun akan menghasilkan susu yang lebih rendah dibandingkan sapi yang dalam kondisi baik. Sapi yang baik saat beranak, pada awal laktasi berproduksi 25% lebih banyak dibandingkan sapi yang kondisi jelek.

4.      Frekuensi pemerahan
Frekuensi pemerahan berpengaruh dalam produksi susu total. Sapi yang diperah 3x sehari secara tetap menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang diperah 2x sehari, dan sapi yang diperah 4 kali sehari lebih banyak  dibandingkan sapi yang diperah 3x sehari

5.      Pemberian pakan dan pemerahan yang tidak tetap
Jarak yang tidak tetap antara pemerahan akan mempengaruhi jumlah susu dan komposisi susu.  Jika jarak pemerahan lebih lama maka kebanyakan susu dengan kandungan lemak yang agak rendah.

6.      Penggantian pemerah
Sapi perah berproduksi tinggi akan stres yang diakibatkan oleh kebiasaanya yang peka terhadap perubahan yang terjadi termasuk si pemerah.

7.      Suhu lingkungan
Komposisi susu dipengaruhi oleh perubahan suhu, musim, dan cuaca. Suhu diatas 27ºC dan kelembaban yang tinggi berpengaruh pada ternak.

8.      Penyakit
Penyakit mempengaruhi keluarnya susu dalam produksi total dan komposisi susu. Tingkat pengaruhnya ditentukan oleh jenis dan ganasnya penyakit. Contoh, mastitis akan menurunkan produksi susu total dan komposisi susu.

Anatomi Ambing
1.      Gambaran Eksternal Ambing/Kelenjar Susu
§  Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari 4 bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jela, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermamaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping , dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Perataan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa
§  Ambing sapi terdiri dari 4 kelenjar yang disatukan dan dibungkus oleh kulit, tetapi keempat kelenjar itu berbeda fungsi masing-masingnya. Keempapt kelenjar itu dipisahkan oleh selaput tipis dan hal inilah yang menyebabkan tiap kuartir memiliki fungsi yang berbeda. Kemandirian kuartir ini menyebabkan bila satu kuartir terkena infeksi maka kuartir yang lain tetap sehat dan tetap menghasilkan susu secara normal.

§  Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara 11,35 – 27,00 kg atau lebih, tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga. Normalnya kuartir belakang lebih besar dan kuartir depan dan menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari.

§  Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting susu yang berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah puting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk flow rate-nya lebih cepat. Dengan kata lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada yang puting pendek.

§  Sifat terpenting untuk pemerahan efisien adalah, ukuran sedang, penempatan baik dan cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.



2.      Gambaran Internal Ambing/ Kelenjar Susu
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap komponen ini berperan langsung dan tidak langsung terhadap sintesis susu.

a.       Jaringan penunjang
1)      Kulit
Sebagai jaringa penunjang dan stabilisator ambing, kulit ini sangat besar peranan sebagai jaringa pelindung bagian dalam ambing dari luka dan bakteri.

2)      Ligamen suspensori lateral
Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak lentur (non elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang kedua sisi ambing dan bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk menopang bagian dalam ambing. Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana jaringan bergabung dengan ligamen suspensori medium.

3)      Ligamen suspensori median
Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan ligamen suspensori median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.

b.      Sistem pembuluh darah
Darah yang mengandung O2 meninggalkan jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri  arteri pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteri yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.

Venula yang berasal dari kapiler-kapiler membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena.pada tempat ini darah meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu:
1)      Jalan utama terdiri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar dengan arteria pudenda externa berjaan melalui canalis inguinalis dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang membawa darah ke jantung.
2)      Jalan utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu vena abdomainalis atau vena mammae kanan dan kiri yang terdapt pada tepi anterior dari ambing. Kedua vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di bawah kulit. Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior dalam jantung.
3)      Jalan ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.
Pada saat sapi berdiri sebagian besar darah kembali ke jantung melalui vena susu. Tetapi dalam keadaan sapi berbaring aliran darah yang melalui vena susu terhenti. Walaupunn demikian produksi susu tidak terganggu karena adanya jalan ketiga tersebut.
Terdapat kenaikan darah ke ambing (±180%) pada beberapa hari setelah sapi beranak. Kenaikan ini dapat dihubungkan dengan penurunan aliran darah uterus setelah beranak dan ini mungkin mengambil peranan penting dalam inisiasi dari sekresi terbawa bersama aliran darah tersebut ke dalam ambing. Tiap-tiap satu volume susu yang dibentuk memerlukan 500 volume darah yang mengalir ke dalam ambing. Secara singkat dikatakan blood flow rate merupakan determinan yang penting dalam mengatur produksi susu.

c.       Sistem limfatik
Limfe getah bening adlah cairan kelenjar tanpa warna yang dialirkan dari rongga jaringan oleh pembuuh limfe berdinding tipis.
Limfe mempunyai komposisi yang sama dengan darah kecuali limfe yang tidak mengandung sel darah merah.
Nodula limfe ambing dan nodula limfe lainnya yang tersebar di seluruh tubuh penting untuk pertahanan sapi terhadap penyakit.
Nodula limfe membentuk limfosit, sejenis sel darah putih yang berperan pada imunitas. Nodula juga menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya. Respon terhadap infeksi mastitis, nodula meningkatkan hasil limfositnya ke dalam pembuluh limfe yang akhirnya menyebarkan limfosit ke dalam vena cava anterior. Limfosit kemudian dibawa ke ambing untuk memerangi infeksi.

d.      Sistem syaraf
Lapisan dalam ambing terdiri atas dua tipe syaraf, yaitu serabut syaraf afferent (sensoris) dan serabut syaraf efferent (para simpatis).
Fungsi utama dari serabut syaraf para simpatis pada ambing adalah utnuk mengontrol penyediaan darah pada ambing dan menginnervasi otot-otot polos yang mengelilingi saluran-saluran susu dan otot-otot spinkter dari puting susu.
Rangsangan pada sapi menyebabkan sistem simpatetik mengentikan hormon syaraf epineprin, yang mengecilkan pembuluh darah dan mengurangi produksi susu.

e.       Sistem saluran ambing
Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran air yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.
1.      Puting
Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.

2.      Sistem kelenjar
Sisterne puting terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterna kelenjar pada dasar ambing. Sisterna kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan dari jaringan sekretori. Umumnya sisterna kelenjar  berisi 1 pint (437,18 cc) susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.

3.      Saluran ambing
Percabangan sisterna ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirya membentuk duktus terminal yang mengalir ke tiap alveolus.

4.      Alveoli
Alveoli dan duktus terminal terdiri dari lspidsn tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberpa lobuli bersatu menjadi lobus.
Tiap kuartir tersusun dari jaringan penyerap susu yang terdiri dari alveoli dan sejumlah saluran kecil yang gunanya untuk menyalurkan susu ke tempat penampungan yang letaknya di dasar puting yang dikenal dengan nama sisterna ambing (cysterna mammary atau milk cysterna). Dari sisterna ambing, saluran berakhir di ujung puting dan dilindungi oleh sebuah cincin otot spinkter. Otot spinkter berfungsi untuk menjaga supaya susu tidak keluar.
Tiap kelanjar ambing sapi terdiri dari banyak lobe, tiap lobe terdiri dari lobula-lobula kecil yang berisi alveoli. Puting dihubungkan oleh system pemuluh darah denga berjuta-juta alveoli yang ditopang oleh jaringan ikat.
Jaringan kelenjar, yang mengeluarkan susu bentuknya menyerupai bunga karang yang terdapat di ambing.
Untuk mengetahu kualitas ambing yang sebenarnya dapat dilakukukan dengan mengamati pengecilan ukuran ambing setelah pemerahan. Ambing yang baik akan menjadi kecil, lembut dan lentur. Hal ini menunjukan bahw ambing berisi jaringan kelenjar penghasil susu.
Sebaliknya ambing yang jelek akan tetap berukuran besar setelah pemerahan. Hal ini disebabkan karena ambing berisi daging dan lemak dan jaringan fibrosa yang tidak menghasilkan susu.

Kualitas Ambing Yang Baik

Ø  Jika ambing menjadi kecil dan berkerut setelah pemerahan ini berarti bahw asapi itu adalah sapi yang baik.
Ø  Ambing harus berukuran besar tetapi tidak menggantung rendah atau jatuh. Ambing bagian belakang menggantung dengan baik. Penopang ambing (ligamena) harus membagi ambing menjadi 2 bagian yang sama besar. Penopang ambing bagua tengah yang kuat menyebabkan putig mengarah lurus ke bawah.
Ø  Ambing sapi perah yang baik dapat menampung susu dalam jumlah yang banyak. Berat dan volume susu akan menahan kedua paha sapi sehingga kedua paha itu merenggang dan sapi kelihatan besar.
Ø  Keempat kuartir harus berukuran sama besar, letak keempat putingnya simetris dan vertical (mengarah ke bawah). Kulit yang membungkus ambing harus lembut dan lentur sehingga mudah bagi dokter  hewan untuk palpasi.

Perkembangan Dan Pertumbuhan Ambing Normal

Jumlah sel pembentuk susu adalah faktor utama yang membatasi tingkat produksi susu. Estimasi korelasi antara hasil susu Dan jumlah sel ambing berkisar antara 0,50 sampai 0,85.
  1. Perkembangan Fetal dan Embrionik.
Rudimen ambing tampak jelas dari penebalan sel ektodermal pada permukaan ventral (perut) embrio diantara kaki belakang. Perkembangan ini terjadi waktu panjang pedet antara 1,4 sampai 1,7 cm (kira-kira 30 hari setelah konsepsi).
  1. Lahir sampai pubertas.
Sampai pedet umur tiga bulan sistem saluran ambing belum terliahat dewasa. Sistem saluran tubuh mengelilingi lapisan lemak ambing secara proporsional sesuai dengan pertambahan berat badan. Setelah tiga bulan, pertumbuhan ambing kira-kira 3,5 lebih cepat dari pada pertumbuhan tubuh. Kecepatan pertumbuhan ini berlanjut hingga umur sembilan bulan. Sel-sel saluran ambing berakumulasi selama 3 sampai 5 siklus estrus pertama pubertas. Jumlah sel terlihat jelas menurun saat fase kebuntingan. Antara umur 9 bulan dan konsepsi, pertumbuhan dan regresi kelenjar susu selama estrus mencapai suatu keseimbangan. Peningkatan murni jumlah sel ambing sesuai konsepsi terjadi pada umur sembilan bulan. Karena itu, sebaiknya peternak memperhatikan dara tumbuh baik dan segera siap kawin.
  1. Selama kebuntingan.
Alveoli tidak terbentuk hingga terjadi kebuntingan pada sapi dara. Kemudian alveoli mulai menggantikan jaringan lemak seluruh ambing.
  1. Selama laktasi.
Jumlah sel ambing terus meningkat selama laktasi awal. Perkembanga ini mungkin berlanjut sampai puncak laktasi. Sebagai hasilnya, alveoli hampir seluruhnya terbungkus pada laktasi awal. Setelah itu, tingkat penurunan sel ambing melebihi tingkat pembelah sel. Hasilnya menunjukan secara nyata ambing mengandung lebih sedikit sel, pada akhir laktasi dari pada awal laktasi. Mastitis juga menyebabkan kehilangan sel ambing. Secara alami, kehilangan sel sekretori apakah dari fisiologis atau sebab patologis, menurunkan jumlah produksi susu. Oleh karena itu pemeliharaann jumlah maksimal sel ambing sangat dianjurkan terutama bagi sapi dengan produksi tinggi, karena jika sel ambing tidak ada susu tidak terbentuk.
  1. Selama laktasi dan kebuntingan.
Kebanyakan sapi dikawinkan antara 40 sampai 90 hari setelah beranak. Tingkat awal kebuntingan relatif sedikit berpengaruh terhadap produksi susu atau jumlah sel ambing. Perkembangan kebuntingan terjadi setelah lima bulan. Perkembangan ini menyebabkan hasil susu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting dibandingkan yang tidak bunting.
  1. Selama masa kering.
Pemerahan setiap hari biasanya dihentikan setelah sapi perah berlaktasi 10 sampai 12 bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan). Jika sapi bunting, periode nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanya sekitar 60 hari sebelum tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahan tiap hari, ambing induk tidak bunting menjadi dipenuhi dengan susu selamam beberapa hari. Walaupun begitu, aktivitas metabolik menurun cepat. Kemudian, tampak jelas degenerasi dan kehilangan sel epitelial alveoler. Sel mio-epitelial dan jaringan pengikat masih ada biarpun alveoli menghilang. Secara histologis, jaringan pengikat dan sel lemak menjadi lebih menonjol selama periode ini.
Umur kebuntingan paling sedikit 7 bulan sejak awal peride kering menyebabkan jumlaah sel ambing tidak berubah terutama selama periode kering. Induk yang tidak mendapat periode kering normal menghasilkan susu berikutnya berkurang dari pada sapi yang mendapat istirahat 60 hari diantara laktasi-laktasi. Karena itu, periode kering diantara laktasi-laktasi penting untuk produksi susu maksimal. Ketidakhadiran periode kering berhubungan dengan peningkatan jumlah sel yang terjadi selama tingkat awal laktasi berikutnya. Hal ini terutama menjelaskan kebutuhan periode kering pada sapi.

Kontrol Hormonal Pada Pertumbuhan Kelenjar Susu

Perkembangan ambing yang tidak terjadi karena ketidakhadiran hormon tertentu. Secara umum, hormon yang merangsang pertumbuhan ambing adalah hormon yang juga sama mengatur reproduksi. Karena itu, sebagian besar pertumbuhan ambing terjadi pada peristiwa reproduksi tertentu saja, misalnya saat pubertas, kebuntingan, dan sesaat setelah beranak.
Ovari. Hormon dari ovari merangsang perkembangan ambing selama pubertas dan kebuntingan. Hormon ovari spesifik yang berperan dalam respon pertumbuhan ambing adalah estrogen dan progesteron. Estrogen terutama berperan merangsang pertumbuhan saluran ambing, sedangkan kombinasi estrogen dan progesteron berperan untuk perkembangan lobuli-alveolar.
Pituitari anterior. Hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan ambing. Bekerjasama dengan hormon ovari (estrogen dan progesteron) untuk menghasilkan perkembangan ambing. Hormon steroid gonade berperan secara langsung pada perkembangan kelenjar susu, dengan cara merangsang sekresi hormon prolaktin dan somatothropin oleh kelenjar pituitaria anterior.
Laktogen plasental sapi. Plasenta adalah sumber estrogen dan laktogen plasenta sapi. Struktur plasental sapi serupa tetapi lebih bsar dari prolaktin dan hormon pertumbuhan. Laktogen plasental sai mungkin bekerja sama dengan pituitary anterior dan hormon ovari untuk perkembangan ambing selama kebuntingan.
Adrenal dan tiroid. Pemberian adrenal glukokortioid dan tiroksin memulai perkembangan ambing. Tetapi pengaruh-pengaruh ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik umumnya dan tidak dari kepentingan primer dalam menyokong pertumbuhan ambing.
Interaksi hormon dan keadaan nutrisi. Sapi dara yangdiberi pakan berlebih atau kurang secara jelas menghasilkan susu lebih sedikit dari pada sapi dara yang tumbuh dengan zat gizi sesuai kebutuhan.

Kontrol Hormonal Laktasi

Sekresi ambing dihasilkan dihasilkan hanya setelah pembentukan sistem lobuli-alveolar. Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak sampai pertengahan kebuntingan. Berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis susu terdapat dalam sel ambing yang dibentuk sebelum beranak. Saat beranak menyebabkan peningkatan besar produksi susu. Sekresi yang dibentuk sebelum beranak adalah kolostrum yang alami dan bukan susu murni.
Permulaan laktasi . selama kebuntingan, progesteron menghalangi sekresi α-laktalbumin (salah satu protein susu). Halangan ini cukup untuk mencegah sintesis susu selama sebagian besar periode kebuntinagn dara. Titer tinggi progesteron menghalangi mulainya laktasi pada induk sapi saat periode kering. Progesteron tidak efektif menghalangi kerja sama kebuntingan dan laktasi. Namun sebalikya, laktasi segera dihalangi bila sapi laktasi menjadi bunting. Sgera sebelum beranak liter progesteron menurun, sedangkan estrogen, ACTH dan levelk prolaktin meningkat. Pemberian adrenal kortikoid atau estrogen mengawali laktasi sapi perah.
Pemeliharaan laktasi. Sesudah sapi beranak, produksi susu meningkat cepat hingga mencapai maksimum, kemudian hasil susu secara beraturan menurun
Milk secretion/sekresi susu melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari sitoplasma ke dalam lumen alveoli
Milk removal/pengeluaran susu melibatkan pengeluaran pasif susu dari puting, sistema kelenjar, dan saluran utama serta pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel mio-epitel sekitar alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri dari sekresi susu dan pengeluaran susu.

Alveoli
Pusat Penghasil Susu

Susu dihasilkan dan disimpan di alveoli, oleh karena itu gerakan otot disekitar alveoli, hormon oksitosin mendorong susu ke pembuluh besar dan ke ambing. Pada saat pemerahan susu mengalir melalui lubang puting.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar