Ilmu dan Teknologi Ternak Perah
Dinamika Sapi Laktasi
Ø Pada pemeliharaan yang baik, sapi perah beranak
pertama kali pada umur 2,5 tahun
Ø Anak pertama: laktasi pertama
Ø Anak kedua: laktasi kedua
Ø Lamanya sapi bunting: 283±7 hari
Ø Sapi diperah selama 305 hari diikuti masa kering
selama 60 hari
Ø Masa kering > 70 hari, berakibat kegemukan
Ø Masa kering < 40 hari, maka tidak cukup waktu
untuk perbaikan sel ambing
Ø Nutrien yang dibutuhkan oleh sapi perah tergantung
pada tingkat laktasi dan kebuntingan
Ø Pada saat awal laktasi terjadi :
1.
Produksi susu
naik dengan cepat
2.
Penurunan bobot
tubuh sapi
3.
Terjadi
mobilisasi ternak
4.
Konsumsi bahan
kering meningkat dengan lambat
Ø Sapi perah Fries Holland (FH) merupkan sapi perah
yang banyak dipelihara di Indonesia
Ø Pada awal laktasi, produksi susu tinggi dan secara
normal meningkat 4-6 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 8-10,
kemudian secara perlahan menurun sampai akhir laktasi
Ø Sedangkan kadar lemak susu pada awal laktasi rendah
dan perlahan naik sejalan dengan penurunan produksi
Pemeliharaan sapi periode transisi
ü Periode transisi (periparturient) = 3 minggu sebelum
dan sesudah sapi melahirkan
ü Pada periode transisi, sapi mengalami perubahan
fisiologis dan psikologis
ü Status endokrin pada periode transisi berubah
sehingga mempengaruhi metabolisme jaringan dan utilisasi zat makanan
ü Perubahan fisiologis prepartum (sebelum melahirkan)
meliputi:
1.
Pertumbuhan
fetus yang sangat cepat dan perkembangan kelenjar ambing
2.
Selama 3 minggu
menjelang kelahiran, berat fetus meningkat pesat, sehingga meningkatkan
kebutuhan zat makanan induknya selama masa kering
3.
Disamping
kebutuhan zat makanan untuk fetus dan induk, sapi juga memerlukan tambahan zat
makanan untuk perkembangan ambing dan adaptasi saluran pencernaan
4.
Periode 5-7 hari
sebelum melahirkan, biasa terjadi penurunan konsumsi bahan kering sampai 30%
ü 0-21 hari setelah melahirkan terjadi peningkatan
konsumsi bahan kering yang cepat
ü Peningkatan konsumsi bahan kering setelah melahirkan
tidak bisa dipaksakan, hal ini terkait dengan mobilisasi lemak tubuh yang
terjadi sebelum melahirkan.
ü Penurunan konsumsi ransum selama periode transisi
menyebabkan neraca energi yang negatif dan dapat meningkatkan resiko terjadinya
gangguan metabolis.
ü Periode laktasi / kali beranak beranak mempengaruhi
produksi dan komposisi susu.
ü Produksi meningkat dengan bertambahnya laktasi.
ü Semakin tua umur sapi, kandungan lemak dan protein
kasar menurun secara perlahan
ü Pemerahan pagi menghasilkan susu lebih banyak
dibandingkan sore, karena interval antara pemerahan sore ke pagi lebih lama
dibandingkan pagi ke sore
ü Frekwensi pemerahan mempengaruhi produksi susu tapi
tidak mempengaruhi komposisi susu
ü Sapi yang diperah 3x sehari produksi susunya lebih
banyak dari pada yanng 2x sehari
ü Komposisi pakan sangat mempengaruhi produksi dan
kualitas susu yang dihasilkan
ü Sapi laktasi yang mengkonsumsi hijauan atau serat
kasar tinggi akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi
ü Sapi laktasi bila diberi konsetrat dengan imbangan
yang lebih tinggi akan menghasilkan produksi susu yang tinggi dengan kadar
lemak rendah
ü Hal ini berkaitan dengan ratio energi dan protein
yang mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dan total VFA (Volatile Fatty Acids)
yang dihasilkan yaitu asam asetat, propionat dan butirat yang merupakan
komponen untuk sintesis lemak, protein dan SNF (Solid Non Fat)
ü Protein & SNF merupakan komponen susu yang
digunakan untuk indikasi produksi susu dan produksinya
ü Suhu lingkungan akan mempengaruhi komposisi susu dan
produksinya
ü Suhu lingkungan yang panas dan lembab dapat
mempengaruhi konsumsi pakan
ü Stress panas merupakan stres tambahan yang membebani
sapi dalam periode transisi yang juga dapat menyebabkan penurunan konsumsi
protein
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu
Jumlah
susu yang dihasilkan oleh ternak dapat bervariasi dari hari ke hari dan ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1.
Bangsa dan
keturunan
Variasi kemampuan sapi
untuk mengahasilkan susu, lemak, SNF merupakan sifat keturunan
2.
Tingkat laktasi
Variasi terbesar
komposisi susu terjadi langsung setelah kelahiran dalam 5 hari pertama setelah
beranak. Susu pertama yang dikeluarkan dinamakan kolostrum. Kolostrum ini bukan
susu biasa, karena kolostrum mengandung lebih banyak globulin, vitamin A,
vitamin D, kalsium, magnesium, klorin, zat besi, dan fosfor, dibandingkan susu
biasa, tetapi kolostrum mengandung lebih sedikit laktosa dan potasium
dibandingkan susu biasa. Jumlah total produksi susu biasa naik setelah
melahirkan satu bulan.
3.
Kestabilan
Hal ini menunjukan pada
tingkat produksi yang dipertahankan saat masa laktasi. Secara umum, setelah
puncak laktasi mak produksi susu total tiap bulan hampir 90% dari bulan
sebelumnya.
4.
Birahi dan
kebuntingan
Produksi susu mungkin
berubah, biasanya menurun pada hari atau hari berikutnya setelah birahi.
Kebuntingan sedikit pengaruhnya terhadap komposisi susu. Walaupun pada awal
kebuntingan sekitar 5 bulan, produksi total sapi bunting menurun lebih cepat
dibandingkan sapi yang tidak bunting. Telah dibuktikan bahwa energy yang
dibutuhkan oleh janin sama dengan 175-275 kg susu.
5.
Jarak
kebuntingan
Penelitian menunjukan bahwa
keuntungan terbesar adalah beranak tiap 12 bulan. Dengan 8 minggu masa kering,
ini berari masa laktasi 10 bulan.
6.
Susu awal dan
akhir
Persentase lemak dalam
susu akhir lebih tinggi dibandingkan susu awal. Alasan untuk ini belum
diketahui.
7.
Umur
Umur sapi berpengaruh
terhadap produksi susu . umumnya sapi mencapai kedewasaan dan menghasilkan susu
maksimum pada umur 6 tahun, setelah itu produksi susu menurun.
8.
Ukuran
Sapi yang berukuran
besar biasanya menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang berukuran
kecil.
Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Jumlah Dan Komposisi Susu
1.
Makanan
a.
Makanan kurang
Biasanya menunjukan
kurang energi. Tingkat penurunan susu berhubungan dengan kurangnya makanan dan
jarak lamanya makanan itu diberikan
b.
Pengolahan atau
pemberian makanan yang telah ada
Salah satu masa kritis
pemberian pakan yang tepat adalah setelah beranak. Saat setelah beranak
merupakan saat yang sukar bagi sapi untuk berproduksi tinggi untuk makan
menghabiskan makanan untuk persediaan kebutuhan energy untuk produksi. Sebagai
akibatnya sapi kehilangan bobot badannya pada awal masa laktasi. Sistem modern
meningkatkan konsentrat 2-3 minggu sebelum beranak. Dalam sistem ini sapi
diberi makan menurut kapasitas turunannya untuk memproduksi susu yang ditentukan
oleh keuntungan.
c.
Kekurangan gizi/
nutrient
Kekurangan gizi yang
penting yang diperlukan oleh sapi menyebabkan produksi susu rendah dan
efisiensi makanan, juga komposisi susu akan mengalami perubahan.
2.
Lamanya masa
kering
Lamanya masa kering
disarankan 60 hari, lalu diikuti masa laktasi. Hal ini penting sekali karena
sapi dapat memulihkan kondisi tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya,
memperbaiki dan mempertahankan ambing. Masa kering yang pendek mengakibatkan
produksi susu rendah.
3.
Kondisi saat
beranak
Sapi yang kurus dan
kondisinya menurun akan menghasilkan susu yang lebih rendah dibandingkan sapi
yang dalam kondisi baik. Sapi yang baik saat beranak, pada awal laktasi
berproduksi 25% lebih banyak dibandingkan sapi yang kondisi jelek.
4.
Frekuensi
pemerahan
Frekuensi pemerahan
berpengaruh dalam produksi susu total. Sapi yang diperah 3x sehari secara tetap
menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang diperah 2x sehari, dan
sapi yang diperah 4 kali sehari lebih banyak
dibandingkan sapi yang diperah 3x sehari
5.
Pemberian pakan
dan pemerahan yang tidak tetap
Jarak yang tidak tetap
antara pemerahan akan mempengaruhi jumlah susu dan komposisi susu. Jika jarak pemerahan lebih lama maka
kebanyakan susu dengan kandungan lemak yang agak rendah.
6.
Penggantian pemerah
Sapi perah berproduksi
tinggi akan stres yang diakibatkan oleh kebiasaanya yang peka terhadap
perubahan yang terjadi termasuk si pemerah.
7.
Suhu lingkungan
Komposisi susu
dipengaruhi oleh perubahan suhu, musim, dan cuaca. Suhu diatas 27ºC dan kelembaban
yang tinggi berpengaruh pada ternak.
8.
Penyakit
Penyakit mempengaruhi
keluarnya susu dalam produksi total dan komposisi susu. Tingkat pengaruhnya
ditentukan oleh jenis dan ganasnya penyakit. Contoh, mastitis akan menurunkan
produksi susu total dan komposisi susu.
Anatomi Ambing
1.
Gambaran
Eksternal Ambing/Kelenjar Susu
§ Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari 4 bagian
terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jela, bagian ini dipisahkan oleh
sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermamaria. Kuartir depan dan belakang jarang
memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping , dasar ambing
sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut.
Perataan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir
sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur
hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah
pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa
§ Ambing sapi terdiri dari 4 kelenjar yang disatukan
dan dibungkus oleh kulit, tetapi keempat kelenjar itu berbeda fungsi
masing-masingnya. Keempapt kelenjar itu dipisahkan oleh selaput tipis dan hal
inilah yang menyebabkan tiap kuartir memiliki fungsi yang berbeda. Kemandirian
kuartir ini menyebabkan bila satu kuartir terkena infeksi maka kuartir yang
lain tetap sehat dan tetap menghasilkan susu secara normal.
§ Berat ambing tergantung umur, masa laktasi,
banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara
11,35 – 27,00 kg atau lebih, tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5
kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi
mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar
kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga. Normalnya kuartir belakang
lebih besar dan kuartir depan dan menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi
susu sehari.
§ Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui
puting susu yang berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting
susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila
menggunakan mesin perah puting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding
dengan yang panjang, karena milk flow
rate-nya lebih cepat. Dengan kata lain sapi dengan puting panjang diperah
lebih lama dari pada yang puting pendek.
§ Sifat terpenting untuk pemerahan efisien adalah,
ukuran sedang, penempatan baik dan cukup tegangan pada otot spinkter sekitar
lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
2.
Gambaran
Internal Ambing/ Kelenjar Susu
Ambing terdiri
dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur penunjang ini
adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk menyimpan dan
mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap komponen ini
berperan langsung dan tidak langsung terhadap sintesis susu.
a.
Jaringan
penunjang
1)
Kulit
Sebagai jaringa
penunjang dan stabilisator ambing, kulit ini sangat besar peranan sebagai
jaringa pelindung bagian dalam ambing dari luka dan bakteri.
2)
Ligamen suspensori
lateral
Ligamen suspensori
lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini
sangat berserabut, tidak lentur (non elastis), dan berasal dari perluasan otot
atas dan belakang ke ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang
kedua sisi ambing dan bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk
menopang bagian dalam ambing. Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian
tengah dasar ambing dimana jaringan bergabung dengan ligamen suspensori medium.
3)
Ligamen suspensori
median
Jaringan ikat ini juga
merupakan jaringan penunjang utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan
lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah
ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan
ligamen suspensori median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.
b.
Sistem pembuluh
darah
Darah yang mengandung O2 meninggalkan
jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih
kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri arteri
pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut
melalui canalis inguinalis
masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam
ambing keduanya berubah menjadi arteria
mammaria yang segera bercabang menjadi arteria
mammaria cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini
bercabang-cabang lagi menjadi arteri yang lebih kecil, kemudian membentuk
kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.
Venula yang berasal
dari kapiler-kapiler membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada
bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena.pada tempat ini darah
meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu:
1)
Jalan utama
terdiri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar dengan arteria pudenda externa berjaan melalui canalis inguinalis dan akhirnya
menggabungkan diri dengan vena cava
yang membawa darah ke jantung.
2)
Jalan utama
kedua terdiri atas dua buah vena yaitu vena
abdomainalis atau vena mammae
kanan dan kiri yang terdapt pada tepi anterior dari ambing. Kedua vena ini
berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di bawah kulit.
Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis
pada sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior dalam jantung.
3)
Jalan ketiga
yaitu vena perinealis, walaupun kecil
merupakan jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.
Pada
saat sapi berdiri sebagian besar darah kembali ke jantung melalui vena susu.
Tetapi dalam keadaan sapi berbaring aliran darah yang melalui vena susu
terhenti. Walaupunn demikian produksi susu tidak terganggu karena adanya jalan
ketiga tersebut.
Terdapat
kenaikan darah ke ambing (±180%) pada beberapa hari setelah sapi beranak.
Kenaikan ini dapat dihubungkan dengan penurunan aliran darah uterus setelah
beranak dan ini mungkin mengambil peranan penting dalam inisiasi dari sekresi
terbawa bersama aliran darah tersebut ke dalam ambing. Tiap-tiap satu volume
susu yang dibentuk memerlukan 500 volume darah yang mengalir ke dalam ambing.
Secara singkat dikatakan blood flow rate merupakan determinan yang penting
dalam mengatur produksi susu.
c.
Sistem limfatik
Limfe getah bening
adlah cairan kelenjar tanpa warna yang dialirkan dari rongga jaringan oleh
pembuuh limfe berdinding tipis.
Limfe mempunyai
komposisi yang sama dengan darah kecuali limfe yang tidak mengandung sel darah
merah.
Nodula limfe ambing dan
nodula limfe lainnya yang tersebar di seluruh tubuh penting untuk pertahanan
sapi terhadap penyakit.
Nodula limfe membentuk
limfosit, sejenis sel darah putih yang berperan pada imunitas. Nodula juga
menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya. Respon terhadap infeksi
mastitis, nodula meningkatkan hasil limfositnya ke dalam pembuluh limfe yang
akhirnya menyebarkan limfosit ke dalam vena
cava anterior. Limfosit kemudian dibawa ke ambing untuk memerangi infeksi.
d.
Sistem syaraf
Lapisan dalam ambing terdiri atas dua
tipe syaraf, yaitu serabut syaraf afferent (sensoris) dan serabut
syaraf efferent (para simpatis).
Fungsi utama dari serabut syaraf para
simpatis pada ambing adalah utnuk mengontrol penyediaan darah pada ambing dan
menginnervasi otot-otot polos yang mengelilingi saluran-saluran susu dan
otot-otot spinkter dari puting susu.
Rangsangan pada sapi menyebabkan sistem
simpatetik mengentikan hormon syaraf epineprin, yang mengecilkan pembuluh darah
dan mengurangi produksi susu.
e.
Sistem saluran
ambing
Sistem saluran ambing
terdiri atas serangkaian saluran air yang berawal pada alveoli dan berakhir
pada saluran keluar.
1.
Puting
Puting tertutup oleh
kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting
terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran
biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian
lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.
2.
Sistem kelenjar
Sisterne puting
terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterna kelenjar
pada dasar ambing. Sisterna kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan
terbatas karena menerima tetesan dari jaringan sekretori. Umumnya sisterna
kelenjar berisi 1 pint (437,18 cc) susu
yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.
3.
Saluran ambing
Percabangan sisterna ambing ada 12
sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirya
membentuk duktus terminal yang mengalir ke tiap alveolus.
4.
Alveoli
Alveoli dan duktus terminal terdiri dari lspidsn
tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan
mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam
keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi
lobuli, dan beberpa lobuli bersatu menjadi lobus.
Tiap
kuartir tersusun dari jaringan penyerap susu yang terdiri dari alveoli dan
sejumlah saluran kecil yang gunanya untuk menyalurkan susu ke tempat
penampungan yang letaknya di dasar puting yang dikenal dengan nama sisterna
ambing (cysterna mammary atau milk cysterna). Dari sisterna ambing, saluran
berakhir di ujung puting dan dilindungi oleh sebuah cincin otot spinkter. Otot
spinkter berfungsi untuk menjaga supaya susu tidak keluar.
Tiap
kelanjar ambing sapi terdiri dari banyak lobe, tiap lobe terdiri dari
lobula-lobula kecil yang berisi alveoli. Puting dihubungkan oleh system pemuluh
darah denga berjuta-juta alveoli yang ditopang oleh jaringan ikat.
Jaringan
kelenjar, yang mengeluarkan susu bentuknya menyerupai bunga karang yang
terdapat di ambing.
Untuk
mengetahu kualitas ambing yang sebenarnya dapat dilakukukan dengan mengamati
pengecilan ukuran ambing setelah pemerahan. Ambing yang baik akan menjadi
kecil, lembut dan lentur. Hal ini menunjukan bahw ambing berisi jaringan
kelenjar penghasil susu.
Sebaliknya
ambing yang jelek akan tetap berukuran besar setelah pemerahan. Hal ini
disebabkan karena ambing berisi daging dan lemak dan jaringan fibrosa yang
tidak menghasilkan susu.
Kualitas Ambing Yang Baik
Ø Jika ambing menjadi kecil dan berkerut setelah
pemerahan ini berarti bahw asapi itu adalah sapi yang baik.
Ø Ambing harus berukuran besar tetapi tidak
menggantung rendah atau jatuh. Ambing bagian belakang menggantung dengan baik.
Penopang ambing (ligamena) harus membagi ambing menjadi 2 bagian yang sama
besar. Penopang ambing bagua tengah yang kuat menyebabkan putig mengarah lurus
ke bawah.
Ø Ambing sapi perah yang baik dapat menampung susu
dalam jumlah yang banyak. Berat dan volume susu akan menahan kedua paha sapi
sehingga kedua paha itu merenggang dan sapi kelihatan besar.
Ø Keempat kuartir harus berukuran sama besar, letak
keempat putingnya simetris dan vertical (mengarah ke bawah). Kulit yang
membungkus ambing harus lembut dan lentur sehingga mudah bagi dokter hewan untuk palpasi.
Perkembangan Dan Pertumbuhan Ambing Normal
Jumlah
sel pembentuk susu adalah faktor utama yang membatasi tingkat produksi susu.
Estimasi korelasi antara hasil susu Dan jumlah sel ambing berkisar antara 0,50
sampai 0,85.
- Perkembangan Fetal dan Embrionik.
Rudimen
ambing tampak jelas dari penebalan sel ektodermal pada permukaan ventral
(perut) embrio diantara kaki belakang. Perkembangan ini terjadi waktu panjang
pedet antara 1,4 sampai 1,7 cm (kira-kira 30 hari setelah konsepsi).
- Lahir sampai pubertas.
Sampai
pedet umur tiga bulan sistem saluran ambing belum terliahat dewasa. Sistem
saluran tubuh mengelilingi lapisan lemak ambing secara proporsional sesuai dengan
pertambahan berat badan. Setelah tiga bulan, pertumbuhan ambing kira-kira 3,5
lebih cepat dari pada pertumbuhan tubuh. Kecepatan pertumbuhan ini berlanjut
hingga umur sembilan bulan. Sel-sel saluran ambing berakumulasi selama 3 sampai
5 siklus estrus pertama pubertas. Jumlah sel terlihat jelas menurun saat fase
kebuntingan. Antara umur 9 bulan dan konsepsi, pertumbuhan dan regresi kelenjar
susu selama estrus mencapai suatu keseimbangan. Peningkatan murni jumlah sel
ambing sesuai konsepsi terjadi pada umur sembilan bulan. Karena itu, sebaiknya
peternak memperhatikan dara tumbuh baik dan segera siap kawin.
- Selama kebuntingan.
Alveoli
tidak terbentuk hingga terjadi kebuntingan pada sapi dara. Kemudian alveoli
mulai menggantikan jaringan lemak seluruh ambing.
- Selama laktasi.
Jumlah
sel ambing terus meningkat selama laktasi awal. Perkembanga ini mungkin
berlanjut sampai puncak laktasi. Sebagai hasilnya, alveoli hampir seluruhnya
terbungkus pada laktasi awal. Setelah itu, tingkat penurunan sel ambing melebihi
tingkat pembelah sel. Hasilnya menunjukan secara nyata ambing mengandung lebih
sedikit sel, pada akhir laktasi dari pada awal laktasi. Mastitis juga
menyebabkan kehilangan sel ambing. Secara alami, kehilangan sel sekretori
apakah dari fisiologis atau sebab patologis, menurunkan jumlah produksi susu.
Oleh karena itu pemeliharaann jumlah maksimal sel ambing sangat dianjurkan
terutama bagi sapi dengan produksi tinggi, karena jika sel ambing tidak ada
susu tidak terbentuk.
- Selama laktasi dan kebuntingan.
Kebanyakan
sapi dikawinkan antara 40 sampai 90 hari setelah beranak. Tingkat awal
kebuntingan relatif sedikit berpengaruh terhadap produksi susu atau jumlah sel
ambing. Perkembangan kebuntingan terjadi setelah lima bulan. Perkembangan ini
menyebabkan hasil susu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting
dibandingkan yang tidak bunting.
- Selama masa kering.
Pemerahan
setiap hari biasanya dihentikan setelah sapi perah berlaktasi 10 sampai 12
bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan). Jika sapi bunting, periode
nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanya sekitar 60 hari sebelum
tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahan tiap hari, ambing induk tidak
bunting menjadi dipenuhi dengan susu selamam beberapa hari. Walaupun begitu,
aktivitas metabolik menurun cepat. Kemudian, tampak jelas degenerasi dan
kehilangan sel epitelial alveoler. Sel mio-epitelial dan jaringan pengikat
masih ada biarpun alveoli menghilang. Secara histologis, jaringan pengikat dan
sel lemak menjadi lebih menonjol selama periode ini.
Umur
kebuntingan paling sedikit 7 bulan sejak awal peride kering menyebabkan jumlaah
sel ambing tidak berubah terutama selama periode kering. Induk yang tidak
mendapat periode kering normal menghasilkan susu berikutnya berkurang dari pada
sapi yang mendapat istirahat 60 hari diantara laktasi-laktasi. Karena itu,
periode kering diantara laktasi-laktasi penting untuk produksi susu maksimal.
Ketidakhadiran periode kering berhubungan dengan peningkatan jumlah sel yang
terjadi selama tingkat awal laktasi berikutnya. Hal ini terutama menjelaskan
kebutuhan periode kering pada sapi.
Kontrol Hormonal Pada Pertumbuhan Kelenjar Susu
Perkembangan ambing
yang tidak terjadi karena ketidakhadiran hormon tertentu. Secara umum, hormon
yang merangsang pertumbuhan ambing adalah hormon yang juga sama mengatur
reproduksi. Karena itu, sebagian besar pertumbuhan ambing terjadi pada
peristiwa reproduksi tertentu saja, misalnya saat pubertas, kebuntingan, dan
sesaat setelah beranak.
Ovari. Hormon dari ovari merangsang perkembangan ambing
selama pubertas dan kebuntingan. Hormon ovari spesifik yang berperan dalam
respon pertumbuhan ambing adalah estrogen dan progesteron. Estrogen terutama
berperan merangsang pertumbuhan saluran ambing, sedangkan kombinasi estrogen
dan progesteron berperan untuk perkembangan lobuli-alveolar.
Pituitari
anterior. Hormon ini diperlukan
untuk pertumbuhan ambing. Bekerjasama dengan hormon ovari (estrogen dan
progesteron) untuk menghasilkan perkembangan ambing. Hormon steroid gonade
berperan secara langsung pada perkembangan kelenjar susu, dengan cara
merangsang sekresi hormon prolaktin dan somatothropin oleh kelenjar pituitaria
anterior.
Laktogen
plasental sapi. Plasenta adalah
sumber estrogen dan laktogen plasenta sapi. Struktur plasental sapi serupa
tetapi lebih bsar dari prolaktin dan hormon pertumbuhan. Laktogen plasental sai
mungkin bekerja sama dengan pituitary anterior dan hormon ovari untuk
perkembangan ambing selama kebuntingan.
Adrenal
dan tiroid. Pemberian adrenal
glukokortioid dan tiroksin memulai perkembangan ambing. Tetapi
pengaruh-pengaruh ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik umumnya dan
tidak dari kepentingan primer dalam menyokong pertumbuhan ambing.
Interaksi
hormon dan keadaan nutrisi. Sapi dara
yangdiberi pakan berlebih atau kurang secara jelas menghasilkan susu lebih
sedikit dari pada sapi dara yang tumbuh dengan zat gizi sesuai kebutuhan.
Kontrol Hormonal Laktasi
Sekresi
ambing dihasilkan dihasilkan hanya setelah pembentukan sistem lobuli-alveolar.
Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak sampai pertengahan
kebuntingan. Berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis susu terdapat dalam
sel ambing yang dibentuk sebelum beranak. Saat beranak menyebabkan peningkatan
besar produksi susu. Sekresi yang dibentuk sebelum beranak adalah kolostrum
yang alami dan bukan susu murni.
Permulaan
laktasi . selama kebuntingan,
progesteron menghalangi sekresi α-laktalbumin (salah satu protein susu).
Halangan ini cukup untuk mencegah sintesis susu selama sebagian besar periode
kebuntinagn dara. Titer tinggi progesteron menghalangi mulainya laktasi pada
induk sapi saat periode kering. Progesteron tidak efektif menghalangi kerja
sama kebuntingan dan laktasi. Namun sebalikya, laktasi segera dihalangi bila
sapi laktasi menjadi bunting. Sgera sebelum beranak liter progesteron menurun,
sedangkan estrogen, ACTH dan levelk prolaktin meningkat. Pemberian adrenal
kortikoid atau estrogen mengawali laktasi sapi perah.
Pemeliharaan
laktasi. Sesudah sapi beranak,
produksi susu meningkat cepat hingga mencapai maksimum, kemudian hasil susu
secara beraturan menurun
Milk
secretion/sekresi susu
melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari sitoplasma ke
dalam lumen alveoli
Milk
removal/pengeluaran susu
melibatkan pengeluaran pasif susu dari puting, sistema kelenjar, dan saluran
utama serta pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel
mio-epitel sekitar alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri
dari sekresi susu dan pengeluaran susu.
Alveoli
Pusat Penghasil Susu
Susu dihasilkan dan disimpan di alveoli, oleh karena
itu gerakan otot disekitar alveoli, hormon oksitosin mendorong susu ke pembuluh
besar dan ke ambing. Pada saat pemerahan susu mengalir melalui lubang puting.