Pt 13 Unitas

Pt 13 Unitas

Kamis, 13 April 2017

Materi Kuliah Ilmu dan Teknologi Ternak Perah Part II

Ilmu dan Teknologi Ternak Perah

Dinamika Sapi Laktasi

Ø  Pada pemeliharaan yang baik, sapi perah beranak pertama kali pada umur 2,5 tahun
Ø  Anak pertama: laktasi pertama
Ø  Anak kedua: laktasi kedua
Ø  Lamanya sapi bunting: 283±7 hari
Ø  Sapi diperah selama 305 hari diikuti masa kering selama 60 hari
Ø  Masa kering > 70 hari, berakibat kegemukan
Ø  Masa kering < 40 hari, maka tidak cukup waktu untuk perbaikan sel ambing
Ø  Nutrien yang dibutuhkan oleh sapi perah tergantung pada tingkat laktasi dan kebuntingan
Ø  Pada saat awal laktasi terjadi :
1.      Produksi susu naik dengan cepat
2.      Penurunan bobot tubuh sapi
3.      Terjadi mobilisasi ternak
4.      Konsumsi bahan kering meningkat dengan lambat
Ø  Sapi perah Fries Holland (FH) merupkan sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia
Ø  Pada awal laktasi, produksi susu tinggi dan secara normal meningkat 4-6 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 8-10, kemudian secara perlahan menurun sampai akhir laktasi
Ø  Sedangkan kadar lemak susu pada awal laktasi rendah dan perlahan naik sejalan dengan penurunan produksi

Pemeliharaan sapi periode transisi

ü  Periode transisi (periparturient) = 3 minggu sebelum dan sesudah sapi melahirkan
ü  Pada periode transisi, sapi mengalami perubahan fisiologis dan psikologis
ü  Status endokrin pada periode transisi berubah sehingga mempengaruhi metabolisme jaringan dan utilisasi zat makanan
ü  Perubahan fisiologis prepartum (sebelum melahirkan) meliputi:
1.      Pertumbuhan fetus yang sangat cepat dan perkembangan kelenjar ambing
2.      Selama 3 minggu menjelang kelahiran, berat fetus meningkat pesat, sehingga meningkatkan kebutuhan zat makanan induknya selama masa kering
3.      Disamping kebutuhan zat makanan untuk fetus dan induk, sapi juga memerlukan tambahan zat makanan untuk perkembangan ambing dan adaptasi saluran pencernaan
4.      Periode 5-7 hari sebelum melahirkan, biasa terjadi penurunan konsumsi bahan kering sampai 30%
ü  0-21 hari setelah melahirkan terjadi peningkatan konsumsi bahan kering yang cepat
ü  Peningkatan konsumsi bahan kering setelah melahirkan tidak bisa dipaksakan, hal ini terkait dengan mobilisasi lemak tubuh yang terjadi sebelum melahirkan.
ü  Penurunan konsumsi ransum selama periode transisi menyebabkan neraca energi yang negatif dan dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan metabolis.
ü  Periode laktasi / kali beranak beranak mempengaruhi produksi dan komposisi susu.
ü  Produksi meningkat dengan bertambahnya laktasi.
ü  Semakin tua umur sapi, kandungan lemak dan protein kasar menurun secara perlahan
ü  Pemerahan pagi menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sore, karena interval antara pemerahan sore ke pagi lebih lama dibandingkan pagi ke sore
ü  Frekwensi pemerahan mempengaruhi produksi susu tapi tidak mempengaruhi komposisi susu
ü  Sapi yang diperah 3x sehari produksi susunya lebih banyak dari pada  yanng 2x sehari
ü  Komposisi pakan sangat mempengaruhi produksi dan kualitas susu yang dihasilkan
ü  Sapi laktasi yang mengkonsumsi hijauan atau serat kasar tinggi akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi
ü  Sapi laktasi bila diberi konsetrat dengan imbangan yang lebih tinggi akan menghasilkan produksi susu yang tinggi dengan kadar lemak rendah
ü  Hal ini berkaitan dengan ratio energi dan protein yang mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dan total VFA (Volatile Fatty Acids) yang dihasilkan yaitu asam asetat, propionat dan butirat yang merupakan komponen untuk sintesis lemak, protein dan SNF (Solid Non Fat)
ü  Protein & SNF merupakan komponen susu yang digunakan untuk indikasi produksi susu dan produksinya
ü  Suhu lingkungan akan mempengaruhi komposisi susu dan produksinya
ü  Suhu lingkungan yang panas dan lembab dapat mempengaruhi konsumsi pakan
ü  Stress panas merupakan stres tambahan yang membebani sapi dalam periode transisi yang juga dapat menyebabkan penurunan konsumsi protein

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu

Jumlah susu yang dihasilkan oleh ternak dapat bervariasi dari hari ke hari dan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1.      Bangsa dan keturunan
Variasi kemampuan sapi untuk mengahasilkan susu, lemak, SNF merupakan sifat keturunan

2.      Tingkat laktasi
Variasi terbesar komposisi susu terjadi langsung setelah kelahiran dalam 5 hari pertama setelah beranak. Susu pertama yang dikeluarkan dinamakan kolostrum. Kolostrum ini bukan susu biasa, karena kolostrum mengandung lebih banyak globulin, vitamin A, vitamin D, kalsium, magnesium, klorin, zat besi, dan fosfor, dibandingkan susu biasa, tetapi kolostrum mengandung lebih sedikit laktosa dan potasium dibandingkan susu biasa. Jumlah total produksi susu biasa naik setelah melahirkan satu bulan.

3.      Kestabilan
Hal ini menunjukan pada tingkat produksi yang dipertahankan saat masa laktasi. Secara umum, setelah puncak laktasi mak produksi susu total tiap bulan hampir 90% dari bulan sebelumnya.

4.      Birahi dan kebuntingan
Produksi susu mungkin berubah, biasanya menurun pada hari atau hari berikutnya setelah birahi. Kebuntingan sedikit pengaruhnya terhadap komposisi susu. Walaupun pada awal kebuntingan sekitar 5 bulan, produksi total sapi bunting menurun lebih cepat dibandingkan sapi yang tidak bunting. Telah dibuktikan bahwa energy yang dibutuhkan oleh janin sama dengan 175-275 kg susu.

5.      Jarak kebuntingan
Penelitian menunjukan bahwa keuntungan terbesar adalah beranak tiap 12 bulan. Dengan 8 minggu masa kering, ini berari masa laktasi 10 bulan.

6.      Susu awal dan akhir
Persentase lemak dalam susu akhir lebih tinggi dibandingkan susu awal. Alasan untuk ini belum diketahui.

7.      Umur
Umur sapi berpengaruh terhadap produksi susu . umumnya sapi mencapai kedewasaan dan menghasilkan susu maksimum pada umur 6 tahun, setelah itu produksi susu menurun.

8.      Ukuran
Sapi yang berukuran besar biasanya menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang berukuran kecil.

Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Jumlah Dan Komposisi Susu

1.      Makanan
a.       Makanan kurang
Biasanya menunjukan kurang energi. Tingkat penurunan susu berhubungan dengan kurangnya makanan dan jarak lamanya makanan itu diberikan
b.      Pengolahan atau pemberian makanan yang telah ada
Salah satu masa kritis pemberian pakan yang tepat adalah setelah beranak. Saat setelah beranak merupakan saat yang sukar bagi sapi untuk berproduksi tinggi untuk makan menghabiskan makanan untuk persediaan kebutuhan energy untuk produksi. Sebagai akibatnya sapi kehilangan bobot badannya pada awal masa laktasi. Sistem modern meningkatkan konsentrat 2-3 minggu sebelum beranak. Dalam sistem ini sapi diberi makan menurut kapasitas turunannya untuk memproduksi susu yang ditentukan oleh keuntungan.
c.       Kekurangan gizi/ nutrient
Kekurangan gizi yang penting yang diperlukan oleh sapi menyebabkan produksi susu rendah dan efisiensi makanan, juga komposisi susu akan mengalami perubahan.

2.      Lamanya masa kering
Lamanya masa kering disarankan 60 hari, lalu diikuti masa laktasi. Hal ini penting sekali karena sapi dapat memulihkan kondisi tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya, memperbaiki dan mempertahankan ambing. Masa kering yang pendek mengakibatkan produksi susu rendah.

3.      Kondisi saat beranak
Sapi yang kurus dan kondisinya menurun akan menghasilkan susu yang lebih rendah dibandingkan sapi yang dalam kondisi baik. Sapi yang baik saat beranak, pada awal laktasi berproduksi 25% lebih banyak dibandingkan sapi yang kondisi jelek.

4.      Frekuensi pemerahan
Frekuensi pemerahan berpengaruh dalam produksi susu total. Sapi yang diperah 3x sehari secara tetap menghasilkan susu lebih banyak dibandingkan sapi yang diperah 2x sehari, dan sapi yang diperah 4 kali sehari lebih banyak  dibandingkan sapi yang diperah 3x sehari

5.      Pemberian pakan dan pemerahan yang tidak tetap
Jarak yang tidak tetap antara pemerahan akan mempengaruhi jumlah susu dan komposisi susu.  Jika jarak pemerahan lebih lama maka kebanyakan susu dengan kandungan lemak yang agak rendah.

6.      Penggantian pemerah
Sapi perah berproduksi tinggi akan stres yang diakibatkan oleh kebiasaanya yang peka terhadap perubahan yang terjadi termasuk si pemerah.

7.      Suhu lingkungan
Komposisi susu dipengaruhi oleh perubahan suhu, musim, dan cuaca. Suhu diatas 27ºC dan kelembaban yang tinggi berpengaruh pada ternak.

8.      Penyakit
Penyakit mempengaruhi keluarnya susu dalam produksi total dan komposisi susu. Tingkat pengaruhnya ditentukan oleh jenis dan ganasnya penyakit. Contoh, mastitis akan menurunkan produksi susu total dan komposisi susu.

Anatomi Ambing
1.      Gambaran Eksternal Ambing/Kelenjar Susu
§  Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari 4 bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jela, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermamaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping , dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Perataan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa
§  Ambing sapi terdiri dari 4 kelenjar yang disatukan dan dibungkus oleh kulit, tetapi keempat kelenjar itu berbeda fungsi masing-masingnya. Keempapt kelenjar itu dipisahkan oleh selaput tipis dan hal inilah yang menyebabkan tiap kuartir memiliki fungsi yang berbeda. Kemandirian kuartir ini menyebabkan bila satu kuartir terkena infeksi maka kuartir yang lain tetap sehat dan tetap menghasilkan susu secara normal.

§  Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara 11,35 – 27,00 kg atau lebih, tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga. Normalnya kuartir belakang lebih besar dan kuartir depan dan menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari.

§  Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting susu yang berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah puting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk flow rate-nya lebih cepat. Dengan kata lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada yang puting pendek.

§  Sifat terpenting untuk pemerahan efisien adalah, ukuran sedang, penempatan baik dan cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.



2.      Gambaran Internal Ambing/ Kelenjar Susu
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap komponen ini berperan langsung dan tidak langsung terhadap sintesis susu.

a.       Jaringan penunjang
1)      Kulit
Sebagai jaringa penunjang dan stabilisator ambing, kulit ini sangat besar peranan sebagai jaringa pelindung bagian dalam ambing dari luka dan bakteri.

2)      Ligamen suspensori lateral
Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak lentur (non elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang kedua sisi ambing dan bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk menopang bagian dalam ambing. Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana jaringan bergabung dengan ligamen suspensori medium.

3)      Ligamen suspensori median
Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan ligamen suspensori median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.

b.      Sistem pembuluh darah
Darah yang mengandung O2 meninggalkan jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri  arteri pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteri yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.

Venula yang berasal dari kapiler-kapiler membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena.pada tempat ini darah meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu:
1)      Jalan utama terdiri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar dengan arteria pudenda externa berjaan melalui canalis inguinalis dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang membawa darah ke jantung.
2)      Jalan utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu vena abdomainalis atau vena mammae kanan dan kiri yang terdapt pada tepi anterior dari ambing. Kedua vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di bawah kulit. Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior dalam jantung.
3)      Jalan ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.
Pada saat sapi berdiri sebagian besar darah kembali ke jantung melalui vena susu. Tetapi dalam keadaan sapi berbaring aliran darah yang melalui vena susu terhenti. Walaupunn demikian produksi susu tidak terganggu karena adanya jalan ketiga tersebut.
Terdapat kenaikan darah ke ambing (±180%) pada beberapa hari setelah sapi beranak. Kenaikan ini dapat dihubungkan dengan penurunan aliran darah uterus setelah beranak dan ini mungkin mengambil peranan penting dalam inisiasi dari sekresi terbawa bersama aliran darah tersebut ke dalam ambing. Tiap-tiap satu volume susu yang dibentuk memerlukan 500 volume darah yang mengalir ke dalam ambing. Secara singkat dikatakan blood flow rate merupakan determinan yang penting dalam mengatur produksi susu.

c.       Sistem limfatik
Limfe getah bening adlah cairan kelenjar tanpa warna yang dialirkan dari rongga jaringan oleh pembuuh limfe berdinding tipis.
Limfe mempunyai komposisi yang sama dengan darah kecuali limfe yang tidak mengandung sel darah merah.
Nodula limfe ambing dan nodula limfe lainnya yang tersebar di seluruh tubuh penting untuk pertahanan sapi terhadap penyakit.
Nodula limfe membentuk limfosit, sejenis sel darah putih yang berperan pada imunitas. Nodula juga menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya. Respon terhadap infeksi mastitis, nodula meningkatkan hasil limfositnya ke dalam pembuluh limfe yang akhirnya menyebarkan limfosit ke dalam vena cava anterior. Limfosit kemudian dibawa ke ambing untuk memerangi infeksi.

d.      Sistem syaraf
Lapisan dalam ambing terdiri atas dua tipe syaraf, yaitu serabut syaraf afferent (sensoris) dan serabut syaraf efferent (para simpatis).
Fungsi utama dari serabut syaraf para simpatis pada ambing adalah utnuk mengontrol penyediaan darah pada ambing dan menginnervasi otot-otot polos yang mengelilingi saluran-saluran susu dan otot-otot spinkter dari puting susu.
Rangsangan pada sapi menyebabkan sistem simpatetik mengentikan hormon syaraf epineprin, yang mengecilkan pembuluh darah dan mengurangi produksi susu.

e.       Sistem saluran ambing
Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran air yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.
1.      Puting
Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.

2.      Sistem kelenjar
Sisterne puting terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterna kelenjar pada dasar ambing. Sisterna kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan dari jaringan sekretori. Umumnya sisterna kelenjar  berisi 1 pint (437,18 cc) susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.

3.      Saluran ambing
Percabangan sisterna ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirya membentuk duktus terminal yang mengalir ke tiap alveolus.

4.      Alveoli
Alveoli dan duktus terminal terdiri dari lspidsn tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberpa lobuli bersatu menjadi lobus.
Tiap kuartir tersusun dari jaringan penyerap susu yang terdiri dari alveoli dan sejumlah saluran kecil yang gunanya untuk menyalurkan susu ke tempat penampungan yang letaknya di dasar puting yang dikenal dengan nama sisterna ambing (cysterna mammary atau milk cysterna). Dari sisterna ambing, saluran berakhir di ujung puting dan dilindungi oleh sebuah cincin otot spinkter. Otot spinkter berfungsi untuk menjaga supaya susu tidak keluar.
Tiap kelanjar ambing sapi terdiri dari banyak lobe, tiap lobe terdiri dari lobula-lobula kecil yang berisi alveoli. Puting dihubungkan oleh system pemuluh darah denga berjuta-juta alveoli yang ditopang oleh jaringan ikat.
Jaringan kelenjar, yang mengeluarkan susu bentuknya menyerupai bunga karang yang terdapat di ambing.
Untuk mengetahu kualitas ambing yang sebenarnya dapat dilakukukan dengan mengamati pengecilan ukuran ambing setelah pemerahan. Ambing yang baik akan menjadi kecil, lembut dan lentur. Hal ini menunjukan bahw ambing berisi jaringan kelenjar penghasil susu.
Sebaliknya ambing yang jelek akan tetap berukuran besar setelah pemerahan. Hal ini disebabkan karena ambing berisi daging dan lemak dan jaringan fibrosa yang tidak menghasilkan susu.

Kualitas Ambing Yang Baik

Ø  Jika ambing menjadi kecil dan berkerut setelah pemerahan ini berarti bahw asapi itu adalah sapi yang baik.
Ø  Ambing harus berukuran besar tetapi tidak menggantung rendah atau jatuh. Ambing bagian belakang menggantung dengan baik. Penopang ambing (ligamena) harus membagi ambing menjadi 2 bagian yang sama besar. Penopang ambing bagua tengah yang kuat menyebabkan putig mengarah lurus ke bawah.
Ø  Ambing sapi perah yang baik dapat menampung susu dalam jumlah yang banyak. Berat dan volume susu akan menahan kedua paha sapi sehingga kedua paha itu merenggang dan sapi kelihatan besar.
Ø  Keempat kuartir harus berukuran sama besar, letak keempat putingnya simetris dan vertical (mengarah ke bawah). Kulit yang membungkus ambing harus lembut dan lentur sehingga mudah bagi dokter  hewan untuk palpasi.

Perkembangan Dan Pertumbuhan Ambing Normal

Jumlah sel pembentuk susu adalah faktor utama yang membatasi tingkat produksi susu. Estimasi korelasi antara hasil susu Dan jumlah sel ambing berkisar antara 0,50 sampai 0,85.
  1. Perkembangan Fetal dan Embrionik.
Rudimen ambing tampak jelas dari penebalan sel ektodermal pada permukaan ventral (perut) embrio diantara kaki belakang. Perkembangan ini terjadi waktu panjang pedet antara 1,4 sampai 1,7 cm (kira-kira 30 hari setelah konsepsi).
  1. Lahir sampai pubertas.
Sampai pedet umur tiga bulan sistem saluran ambing belum terliahat dewasa. Sistem saluran tubuh mengelilingi lapisan lemak ambing secara proporsional sesuai dengan pertambahan berat badan. Setelah tiga bulan, pertumbuhan ambing kira-kira 3,5 lebih cepat dari pada pertumbuhan tubuh. Kecepatan pertumbuhan ini berlanjut hingga umur sembilan bulan. Sel-sel saluran ambing berakumulasi selama 3 sampai 5 siklus estrus pertama pubertas. Jumlah sel terlihat jelas menurun saat fase kebuntingan. Antara umur 9 bulan dan konsepsi, pertumbuhan dan regresi kelenjar susu selama estrus mencapai suatu keseimbangan. Peningkatan murni jumlah sel ambing sesuai konsepsi terjadi pada umur sembilan bulan. Karena itu, sebaiknya peternak memperhatikan dara tumbuh baik dan segera siap kawin.
  1. Selama kebuntingan.
Alveoli tidak terbentuk hingga terjadi kebuntingan pada sapi dara. Kemudian alveoli mulai menggantikan jaringan lemak seluruh ambing.
  1. Selama laktasi.
Jumlah sel ambing terus meningkat selama laktasi awal. Perkembanga ini mungkin berlanjut sampai puncak laktasi. Sebagai hasilnya, alveoli hampir seluruhnya terbungkus pada laktasi awal. Setelah itu, tingkat penurunan sel ambing melebihi tingkat pembelah sel. Hasilnya menunjukan secara nyata ambing mengandung lebih sedikit sel, pada akhir laktasi dari pada awal laktasi. Mastitis juga menyebabkan kehilangan sel ambing. Secara alami, kehilangan sel sekretori apakah dari fisiologis atau sebab patologis, menurunkan jumlah produksi susu. Oleh karena itu pemeliharaann jumlah maksimal sel ambing sangat dianjurkan terutama bagi sapi dengan produksi tinggi, karena jika sel ambing tidak ada susu tidak terbentuk.
  1. Selama laktasi dan kebuntingan.
Kebanyakan sapi dikawinkan antara 40 sampai 90 hari setelah beranak. Tingkat awal kebuntingan relatif sedikit berpengaruh terhadap produksi susu atau jumlah sel ambing. Perkembangan kebuntingan terjadi setelah lima bulan. Perkembangan ini menyebabkan hasil susu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting dibandingkan yang tidak bunting.
  1. Selama masa kering.
Pemerahan setiap hari biasanya dihentikan setelah sapi perah berlaktasi 10 sampai 12 bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan). Jika sapi bunting, periode nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanya sekitar 60 hari sebelum tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahan tiap hari, ambing induk tidak bunting menjadi dipenuhi dengan susu selamam beberapa hari. Walaupun begitu, aktivitas metabolik menurun cepat. Kemudian, tampak jelas degenerasi dan kehilangan sel epitelial alveoler. Sel mio-epitelial dan jaringan pengikat masih ada biarpun alveoli menghilang. Secara histologis, jaringan pengikat dan sel lemak menjadi lebih menonjol selama periode ini.
Umur kebuntingan paling sedikit 7 bulan sejak awal peride kering menyebabkan jumlaah sel ambing tidak berubah terutama selama periode kering. Induk yang tidak mendapat periode kering normal menghasilkan susu berikutnya berkurang dari pada sapi yang mendapat istirahat 60 hari diantara laktasi-laktasi. Karena itu, periode kering diantara laktasi-laktasi penting untuk produksi susu maksimal. Ketidakhadiran periode kering berhubungan dengan peningkatan jumlah sel yang terjadi selama tingkat awal laktasi berikutnya. Hal ini terutama menjelaskan kebutuhan periode kering pada sapi.

Kontrol Hormonal Pada Pertumbuhan Kelenjar Susu

Perkembangan ambing yang tidak terjadi karena ketidakhadiran hormon tertentu. Secara umum, hormon yang merangsang pertumbuhan ambing adalah hormon yang juga sama mengatur reproduksi. Karena itu, sebagian besar pertumbuhan ambing terjadi pada peristiwa reproduksi tertentu saja, misalnya saat pubertas, kebuntingan, dan sesaat setelah beranak.
Ovari. Hormon dari ovari merangsang perkembangan ambing selama pubertas dan kebuntingan. Hormon ovari spesifik yang berperan dalam respon pertumbuhan ambing adalah estrogen dan progesteron. Estrogen terutama berperan merangsang pertumbuhan saluran ambing, sedangkan kombinasi estrogen dan progesteron berperan untuk perkembangan lobuli-alveolar.
Pituitari anterior. Hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan ambing. Bekerjasama dengan hormon ovari (estrogen dan progesteron) untuk menghasilkan perkembangan ambing. Hormon steroid gonade berperan secara langsung pada perkembangan kelenjar susu, dengan cara merangsang sekresi hormon prolaktin dan somatothropin oleh kelenjar pituitaria anterior.
Laktogen plasental sapi. Plasenta adalah sumber estrogen dan laktogen plasenta sapi. Struktur plasental sapi serupa tetapi lebih bsar dari prolaktin dan hormon pertumbuhan. Laktogen plasental sai mungkin bekerja sama dengan pituitary anterior dan hormon ovari untuk perkembangan ambing selama kebuntingan.
Adrenal dan tiroid. Pemberian adrenal glukokortioid dan tiroksin memulai perkembangan ambing. Tetapi pengaruh-pengaruh ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik umumnya dan tidak dari kepentingan primer dalam menyokong pertumbuhan ambing.
Interaksi hormon dan keadaan nutrisi. Sapi dara yangdiberi pakan berlebih atau kurang secara jelas menghasilkan susu lebih sedikit dari pada sapi dara yang tumbuh dengan zat gizi sesuai kebutuhan.

Kontrol Hormonal Laktasi

Sekresi ambing dihasilkan dihasilkan hanya setelah pembentukan sistem lobuli-alveolar. Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak sampai pertengahan kebuntingan. Berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis susu terdapat dalam sel ambing yang dibentuk sebelum beranak. Saat beranak menyebabkan peningkatan besar produksi susu. Sekresi yang dibentuk sebelum beranak adalah kolostrum yang alami dan bukan susu murni.
Permulaan laktasi . selama kebuntingan, progesteron menghalangi sekresi α-laktalbumin (salah satu protein susu). Halangan ini cukup untuk mencegah sintesis susu selama sebagian besar periode kebuntinagn dara. Titer tinggi progesteron menghalangi mulainya laktasi pada induk sapi saat periode kering. Progesteron tidak efektif menghalangi kerja sama kebuntingan dan laktasi. Namun sebalikya, laktasi segera dihalangi bila sapi laktasi menjadi bunting. Sgera sebelum beranak liter progesteron menurun, sedangkan estrogen, ACTH dan levelk prolaktin meningkat. Pemberian adrenal kortikoid atau estrogen mengawali laktasi sapi perah.
Pemeliharaan laktasi. Sesudah sapi beranak, produksi susu meningkat cepat hingga mencapai maksimum, kemudian hasil susu secara beraturan menurun
Milk secretion/sekresi susu melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari sitoplasma ke dalam lumen alveoli
Milk removal/pengeluaran susu melibatkan pengeluaran pasif susu dari puting, sistema kelenjar, dan saluran utama serta pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel mio-epitel sekitar alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri dari sekresi susu dan pengeluaran susu.

Alveoli
Pusat Penghasil Susu

Susu dihasilkan dan disimpan di alveoli, oleh karena itu gerakan otot disekitar alveoli, hormon oksitosin mendorong susu ke pembuluh besar dan ke ambing. Pada saat pemerahan susu mengalir melalui lubang puting.




Materi Kuliah Ilmu dan Teknologi Ternak Perah Part I

Ilmu dan Teknologi Ternak Perah

I.            Peternakan Sapi Perah Di Indonesia

A.    Sejarah Dan Perkembangan Peternakan Sapi Perah Di Indonesia

Usaha dibidang persusuan di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, berdasarkan atas kepentingan orang-orang pemerintah Belanda yang membutuhakan susu segar. Pemerintah Belanda yang di negerinya mempunyai populasi sapi perah Friesh Holland (FH), mendatangkan sapi FH ke Indonesia. Perkembangan peternakan sapi perah pada masa itu sangat lambat dan belum ada usaha pengelolaan susu, karena sapi perah hanya bertujuan untuk memenuhi permintaan susu segar bagi karyawan Belanda.
Pemuliabiakan sapi perah di Indonesi telah dimulai sejak diimportnya sapi pejantann Fries Holland dari negeri Belanda. Disamping itu telah diimport pula sapi perah Shorthorn, Ayrshire, dan Jersey dari Australia. Sapi-sapi tersebut telah dikawin silangkan dengan sapi lokal yaitu sapi Jawa dan Madura. Perkawinan sapi tersebut dengan sapi Jawa (lokal) merupakan landasan terbentuknya sapi Grati. Granding up sapi-sapi lokal dilakukan dengan menggunakan sapi jantan FH yang didatangkan dari negeri Belanda sebanyak 7 ekor.
Pada zaman pemerintahan belanda (akhir abad ke 19 hingga tahun 1940 an) peternakan sapi perah berbentuk perusahaan yang dimiliki oleh orang asing, orang pribumi hanya digaji untuk memelihara sapi, tetapi tidak untuk memerah. Sekitar tahun 1920, pemerintah Belanda menetapkan standar produksi susu yang disebut milk-codex, yaitu aturan tentang kadar TPC (total plate count) untuk susu segar yang dapat dikonsumsi harus < 1 juta/ml. Peternakan sapi perah ada yang dimiliki oleh pribumi namun skalanya kecil yaitu 2-3 ekor sapi.
Sejak tahun 1990di Lembang dan Cisarua (Bandung) telahterdapat perusahaan peternakan sapi perah yang memelihara sapi perah bangsa FH murni. Mulai tahun 2000 populasi sapi perah mulai meningkat. Peningkatan populasi sapi perah adalah 8% dari tahun 2000 hingga tahun 2006 dan peningkatan produksi susu lebih besar yaitu 16,5%. Produksi susu yang dihasilkan hanya mampu mencukupi 1/3 kebutuhan dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu harus diimport.

Penyebaran sapi perah di Indonesia
Penyebaran sapi perah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.      Temperatur
·         Sapi perah yang dipelihara di Indonesia adalah FH dan PfFH (Peranakan Fries Holland), berasal dari Eropa, temperatur < 22ºC
·         Usaha sapi perah terbatas pada daerah berhawa dingin
·         Jawa Barat: Bandung, Padeglang
·         Jawa Tengah: Temanggung, Unggaran, Boyolali
·         Jawa Tiumur: Grati, Pasuruan, Malang

2.      Daerah Konsumen
Penyebarab usaha sapi perah mengikuti jalur-jalur/daerah konsumen

3.      Komunikasi
Faktor komunikasi ikut menentukan penyebaran usaha sapi perah, baik dalam usaha pemasaran produksi maupun usaha untuk memperoleh bahan pakan.

B.     Faktor Pendorong Pengembangan Sapi Perah
1.      Faktor ekonomis
Usaha sapi perah cukup memberikan keuntungan bagi pengusaha & peternakan rakyat.
2.      Bimbingan dan motivasi
Penyebaraan makanan dan bibit yang mudah diperoleh, serta pemasaran yang baik.

C.     Faktor Penghambat Usaha Sapi Perah
1.      Ketersediaan lahan
2.      Lemahnya permodalan
3.      Fluktuasi kualitas & ketersediaan pakan
4.      Ketersediaan bibit berkualitas
5.      Penyakit brucellosis dan mastitis
6.      Kesesuaian lingkungan
7.      Kendala pemasaran hasil.

Populasi ternak sapi perah di Indonesia saat ini 387 ribu ekor dengan produksi susu sebanyak 574,4 ribu ton (data statistik peternakan 2008). Selama 5 tahun terakhir, produksi susu menunjukan peningkatan, namun baru dapat memenuhi 20-30% dari permintan dalam negeri, sehingga masih impor bahan baku susu dan produk susu dari negara tetangga, Australia dan New Zealand.

II.            Peluang Pengembangan Agribisnis Di Indonesia

A.    Susu Sebagai Komoditas Strategis

Sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai nutrisi yang spesifik, susu sangat diperlukan terutama oleh generasi muda usia sekolah. Penduduk Indonesia yang berumur dibawah 19 tahun (usia wajib sekolah) cukup besar, yaitu 38%. Dengan pertumbuhan sebesar 1,49%/tahun, maka diperkirakan pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa, dimana 91,2  juta diantaranya adalah generasi muda usia wajib sekolah yang memerlukaan susu idealnya sebanyak 4,6 juta ton/tahun (konsumsi 1 gelas/hari). Sementara saat ini penyediaan susu baru mencapai 2,1 juta ton, sehingga layaklah kiranya susu masuk dalam daftar komoditas strategis yang perlu mendapat dukungan.

B.     Potensi Genetik Ternak

Bangsa sapi perah yang digunakan di Indonesia ada 2 yaitu Frisian Holstain (FH) dan persilangannya sekitar 374 ribu ekor, Hissar dan Sahiwal serta persilangannya dengan FH sekitar 3 ribu ekor. Melalui intensifikasi inseminasi buatan yang berlangsung lebih dari 5 generasi, maka persentase darah FH sudah lebih dari 97%, sehingga sapi-sapi persilangan FH yang ada sekarang lebih tepat disebut sapi FH.

Bila saat ini produksi susu rata-rata 10 litter/ekor/hari, sebenarnya dapat ditingkatkan menjadi 15 litter/ekor/hari atau lebih, dengan berbagai uaya perbaikan (pakan, kesesuaian agroklimat,dsb) karena secara genetik sapi perah yang ada cukup baik.

C.     Potensi Agroklimat

Rata-rata sentra produksi susu di pulau jawa memiliki agroklimat yang mendukung perkembangan sapi perah, yaitu suhu yang sejuk, dataran tinggi, supply konsentrat yang cukup (kualitas dan jumlahnya), serta air yang berlimpah. Demikian juga daerah sentra baru pengembangan sapi perah di luar pulau jawa agro klimatnya sangat mendukung.

Dataran rendah tidak menjadi penghalang bagi berkembangnya usaha budidya, karena sapi perah FH di dataran rendah masih mampu menghasilkan susu 8-10 kgekor/hari, demikian pula sapi sapi bos indicus dan persilangannya dengan sai FH dapat menghasilkan susu 4-8kg/ekor/hari.

D.    Peranan Peternak Dan Kelembagaan

Industri persusuan di Indonesia memiliki struktur yang sangat lengkap. Mulai dari peternak dan kelompoknya, koperasi susu/kud, gabungan koperasi susu indonesia (GKSI), asosiasi peternak (ASPSI), dan dewan persusuan nasional. Belum lagi perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang menghasilkan teknologi dan sarjana.

Peternak yang bersatu dalam kelompok yang dinamis mempunyai peranan yang sangat besar bagi berkembangnya suatu sistem agribisnis sapi perah yang efisien.

Koperasi sangat membantu peternak dalam penyediaan sarana dan prasarana produksi, khususnya pakan konsentrat, peralatan produksi, pelayanan kesehatan ternak, serta mengumpulkan susu dari anggota dan menjualnya kepada IPS.

E.     Peranan Industri Pengolahan Susu dan UKM

Tingkat ketergantungan peternak sangat tinggi terhadap ips. 80% dari produksi susu dalam negeri digunakan oleh industri pengolahan susu sebagai bahan baku. 10% lagi digunakan koperasi yang memiliki usaha pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi dan youghurt yang dijual langsung kepada konsumen. 5% lagi digunakan untuk pedet, dan 5% lagi digunakan sendiri oleh peteernak dan keluarganya (dikonsumsi atau dijual kepada konsumen sekitarnya).

F.      Sentra Baru Produksi Susu

Tumbuhnya sentra-sentra baru produksi susu diluar jawa (terutama Sumatera dan Sulawesi) seperti dapat dilihat pada Tabel 1, juga memberikan peluang bagi para investor industri pengolahan susu untuk melakukan investasi disana, sehingga dapat menyediakan lapangan pekerjaan. Peningkatan perekonomian di pedesaan dan mengatasi keterbatasan penyediaan lahan khusus usaha budidaya sapi perah, penyediaan pakan hijauan, serta bahan baku pakan konsentrat, yang pada saat ini merupakan salah satu kendala pengembangan sapi daerah di pulau Jawa.

             Tabel 1. Sentra Baru Sapi Perah di luar Pulau Jawa
No
Provinsi
Kabupaten
1
Sumatera Utara
Karo
2
Sumatera Barat
Padang Panjag dan Tanah Datar
3
Riau
Kempar
4
Bengkulu
Rejang Lebong dan Kepahyang
5
Lampung
Metro dan Tanggamus
6
Kalimantan Selatan
Banjarbaru
7
Sulawesi Selatan
Enrekang dan Sinjai
8
Bali
Karangasem
9
Gorontalo
Bone Bolango


III.            Langkah Pengembangan Agribisnis Persusuan

A.    Penyediaan Bibit (Replacement Stock) Sapi Perah FH Lokal

Untuk itu langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk penyediaan bibit adalah:
1.      Revitalisasi Pusat Pembibitan
Pusat pembibitan milik pemerintah khusus untuk sapi perah adalah balai besar pembibitan ternak unggul (BPPTU) sapi perah di Baturraden, Jawa Tengah. Revitalisasi pusat pembibitan dapat dilakukan melalui pengembangan peran dan fungsinya untuk membina usaha pembibitan rakyat, terutama di luar pulau Jawa yang memiliki potensi lahan yang lebih luas, seperti di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan, serta meningkatkan jumlah sapi perah yang dipelihara melalui penjaringan bibit ternak rakyat untuk replacement stock. Disamping itu lima tahun terakir tidak ada lembaga yang melaksanakan fungsi penyediaan benih/stek HMT.

2.      Sistem Pembibitan Kemitraan Swasta
Perusahaan swasta sapi perah skala besar perlu didorong untuk berusaha di pembibitan, untuk itu perlu diupayakan stimulus sesuai produksi bibit yang mereka hasilkan.

B.     Penyediaan Semen/Embryo Dan Disseminasi Teknologi Sexing

Pengembangan bibit dapat dilakuka melalui program terpadu antara balai inseminasi buatan, BBPTU Baturraden. Teknologi sexing sperma yang dilakukan oleh BBIB Singosari sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan populasi sapi betina. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi tersebut perlu dikembangkan lebih luas.

C.     Penyediaan Dan Perbaikan Mutu Pakan

Pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha budidaya sapi perah, yaitu sebesar 60-80%. Pakan dapat mempengaruhi performans produksi dan kualitas susu yang dihasilkan, serta tingkat reproduksi ternak. Berdasarkann rekomendasi hasil review agribisnis persusuan tahun 2007, dan upaya penigkatan populasi, maka pada tahun 2010, untuk memenuhi kebutuhan pakan, dibutuhkan lahan khusus hijauan pakan sebesar 35.700 ha.

Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendukung penyediaan pakan adalah sebagai berikut:
1.      Penyediaan informasi tentang lokasi kesediaan pakan hasil ikutan agro-industri, dan kandungan nutrisi bahan baku pakan tersebut. Selain itu, juga informasi tentang jenis, jumlah kualitas, tingkat pemakaian, dan harga bahan baku pakan sapi perah perlu disediakan dan terekomendasi dengan baik, sehingga dapat diakses dengan mudah oleh pelaku bisnis.
2.      Teknologi pengolahan dan penyimpanan bahan baku pakan perlu dikembangkan terus dan diapliksikan pada sentra-senra pengembangan lumbung pakan serta pembangunan pabrik-pabrik pakan mini di koperasi dan atua di kelompok peternak.
3.      Pemanfaatan lahan untui produksi pakan hijauan melalui model integrasi tanaman –ternak, yang dapat dilakukan oleh peternak bersama perusahaan perkebunan (ptpn) dan atau kehutanan (perhutani).

D.    Manajemen Kesehatan Hewan

Dalam proses pemeliharaan sapi perah, sistim pengawasan kesehatan dan pengendalian penyakit hewan mutlak diperlukan, dan sangat mendukung usaha pencapaian target produksi dan kualitas susu yang lebih baik. Menurut hasil review agribisnis persusuan tahun 2007, kerugian ekonomi yang diakibatkan mastitis dapat mencapai 569,3 milyar rupiah per tahun, sedangkan kelalaian pengendalian Brucellosis menyebabka kerugian ekonomi sekitar 138,5 milyar rupiah per tahun. Oleh sebab itu penanganan kesehatan hewan harus ditingkatkan terutama penyakit reproduksi perlu jadi prioritas.

E.     Pemberdayaan Kelembagaan Peternak (Kelompok/Koperasi)

Perbaikan industri sapi perah mencakup seluruh simpul agribisnis yakni peternak, koperasi, dan jaringan pemasaran. Simpul-simpul agribisnis tersebut perlu didorong agar meningkat pelayanan dan kemampuan managerialnya, perbaikan management akan dapat melaksanakan efisiensi usaha, transparansi dan peningkatan kerja. Dengan demikian akses terhadap agroinput, finansial maupun pemasaran dapat dilaksanakan dengan baik.
Usaha sapi perah dikatakan layak apabila setiap unsur yang terlibat dalam usaha tersebut mendapat keuntungan yang ideal dan adil sesuai investasi adn peranannya (kelayakan harga susu di tingkatan peternak).



       I.            PERANAN SUSU DAN PRODUK SUSU DALAM MENU MANUSIA
·         Makanan yang berasal dari ternak termasuk susu menyediakan zat-zat makanan yang lebih baik dan lebih berimbang dibandingkan dengan makanan yang berasal dari tumbuhan.
·         Susu menyediakan sebagian besar protein hewani yang dikonsumsi manusia di Amerika Serikat, Kanada, hampir semua negara-negara di Eropa, New Zealand, Australia dan Uruguay. Sebenarnya tidak ada pengganti protein hewani yang sama persis di dunia ini.
·         Di negara-negara berkembang konsumsi protein hewani hanya 9 gram per kapita per hari, dibandingkan dengan lebih dari 44 gram per kapita per hari di negara yang telah maju. FAO telah mencanangkan program jangka pendek untuk mencapai 15 gram protein hewani per kapita per hari dan jangka panjang menjadi 21 gram.
·         Departemen pertanian Amerika Serikat dalam anggaran pangan dunia tahun 1970 menggunakan referensi standar minimal konsumsi protein 60 gram dan 10 gram diantaranya protein hewani. Penyediaan protein hewani dalam beberapa negara masih jauh dibawah standar minimal tersebut.
·         Kebutuhan protein di Indonesia 50 gram dan 15 gram diantaranya protein hewani yang terdiri adri 10 gram berasal dari ikan dan 5 gram berasal dari ternak.
·         Jumlah konsumsi protein hewani 5 grain asal ternak dihaapkan dapat dipenuhi hari konsumsi daging 8,1 kg, telur 2,2kg, dan susu 2,2 liter per kapita per tahun.
·         Namun karena pencapaian target tersebut sulit dan dirasa penyediaan daging 8,1 kg per kapita per tahun sangat memberatkan perkembangan populasi ternak potong, maka diadakan perencanaan ulang target pencapaian gizi masyarakat indonesia dengan menurunkan target konsumsi protein hewani asal ternak 4 gram per kapita per hari dan dibebankan masing-masing setara dengan: konsumsi susu 4kg, telur 4 kg, dan daging 6 kg per kapita per tahun. Di dunia ini terdapat lebih dari 3 juta ternak dan sejumlah yang sama pada unggas. Meskipun 60% ternak di dunia berada di negara-negara berkembang. Negara-negara tersebut hanya memproduksi seperempat dari produksi daging, susu dan telur sedunia.
·         Total produksi produk ternak tersebut sebenarnya mampu menyediakan protein hewani sebesar 20 gram per kapita per hari, tetapi yang menjadi masalah adalah penyebarannya ke daerah-daerah yang kekurangan.

    II.            NILAI GIZI SUSU SEBAGAI PANGAN MANUSIA
*      Susu secara alami merupakan bahan makanan yang paling baik, terutama bagi anak mamalia yang baru dilahirkan.
*      Untuk bayi, susu merupakan satu-satunya sumber zat makanan (nutrien) selama 2-3 bulan pertama.
*      Di beberapa negara susu memegang peranan penting dalam makanan anak-anak yang sedang tumbuh. Susu atau bahan penggantinya sangat penting artinya pada pertumbuhan awal bagi manusia.
*      Selanjutnya susu juga sangat tinggi nilai gizinya sebagai bahan makanan bagi orang dewasa terutama bagi orang-orang lanjut usia.
*      Susu sangat penting dalam menu sehari-hari karena adanya tiga komponen penting yaitu protein, kalsium dan riboflavin (vit B2).
*      Yang paling penting adalah protein yang mengandung banyak macam asam amino esensial yang pada umumnya terdapat dalam jumlah yang kurang pada biji-bijian yang biasa digunakan sebagai bahan pokok manusia.
*      Jumlah konsumsi susu yang disarankan 1 quart (0,946 liter) susu per hari dapat mencukupi semua kebutuhan protein untuk anak-anak sampai umur 6 tahun dan lebih dari 60% kebutuhan bagi anak-anak yang sedang tumbuh sampai umur 14 tahun.
*      Untuk umur 14-20 tahun jumlah susu tersebut mampu menyediakan setengah dari kebutuhan protein harian, sedangkan bagi wanita yang sedang menyusui mampu menyediakan sebanyak 44% kebutuhan protein.
*      Protein sangat penting bagi semua makhluk hidup. Apakah sebenarnya protein itu? Protein adalah senyawa kompleks yang merupakan gabungan asam-asam amino.
*      Ternak hanya mamu mensintesis protein dari protein atau asam-asam amino dikonsumsi dalam pakannya walaupun kadang-kadang ternak juga mampu mengubah suatu asam amino menjadi asam amino lain
*      Protein atau asam amino yang tidak dapat dibentuk dalam tubuh harus tersedia dalam pakan, inilah yang disebut asam amino esensial.
*      Nilai gizi atau nilai biologis suatu protein yang diberikan dalam pakan/makanaan diukur dari tingkat kelengkapannya dalam menyediakan asam-asam amino esensial.
*      Susu dikatakan mempunyai nilai gizi atau nilai biologis yang tinggi karena susu merupakan bahan makanan yang mampu menyediakan protein dengan asam-asam amino esensial yang lengkap dari bahan bukan protein dan karbohidrat dalam pakan.

 III.            KOMPOSISI DAN NILAI NUTRISI SUSU

A.    Protein susu

Susu mengandung empat macam protein yaitu: Casein, A-laktalbumin (alpha-laktalbumin), B-laktoglobulin (beta-laktoglobulin) dan Immunoglobulin.
1.      Casein
Casein merupakan 80% dari total protein dalam susu dan keunikannya adalah casein hanya ditemukan dalam susu.
Selain asam-asam amino, casein juga mengandung phospor dan terdapat di dalam susu dalam bentuk garam calsium yang dikenal sebagai calsium-caseinat.
Caseinat dapat dipisahkan dengan menggunakan asam atau enzim rennin. Kemampuan rennin untuk menggumpalkan casein ini digunakan sebagai dasar pada pembuatan keju.

2.      Alpha-Laktalbumin dan Beta-Laktoglobulin
Berbeda dengan casein dalam hal kandungan asam-asam aminonya yang mengandung sulfur yaitu cystein.
Alpha-Laktalbumin dan Beta-Laktoglobulin mudah terkoagulasi oleh pemanasan dan tidak terjadi penjedalan oleh asam.
Walaupun kedua protein tersebut hanya terdapat dalam jumlah relatif sedikit dalam susu, namun sangat penting nilai nutrisinya karena berfungsi melengkapi kualitas kasein.

3.      Immunoglobulin
Immunoglobulin hanya terdapat sebanyak 0,1% dalam susu yang normal dan konsentrasinya meningkat sangat tinggi selama periode pembentukan kolostrum.
Protein ini bertindak sebagai pembawa antibodi yang berfungsi mempertahankan pedet yang baru lahir dari gangguan mikroorganisme yang bersifat pathogenik.
Susu dengan kandungan asam amino mampu menyediakan semua asam-asam amino esensial bagi manusia.
Kecuali asam amin yang mengandung sulfur, perkiraan kebutuhan minimal asam-asam amino esensial harian bagi orang yang dewasa dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi susu 1 pint (0,473 liter)

B.     Laktosa susu

Susu merupakan satu-satunya bahan makanan yang mengandung karbohidrat laktosa. Kelenjar susu mempunyai keistimewaan mampu mensintesis disakarida tersebut yang tersusun dari glukosa dan galaktosa.
Berbeda denga protein dan lemak, laktosa larut dalam susu. Inilah yang mempengaruhi titik beku dan titik didih serta tekanan osmose susu.
Rasa manis laktosa hanya seperenam kali dibandingkan dengann sukrosa
Bakteria tertentu mempunyai kemampuan untuk memfermentasi laktosa dan menghasilkan asam laktat.
Rata-rata susu mengandung laktosa 4,9% dan bervariasi antara 3,5% sampai 6,0%

C.     Mineral susu

Susu merupakan sumber kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang baik, dimana keduanya merupakan mineral yang sangat penting untuk meningatkan pertumbuhan tulang.
Menu manusia sehari-hari lebih sering kekurangan kalsium dari pada zat gizi yang lainnya. Para peneliti telah membuktikan bahwa penambahan susu dalam menu anak-anak sekolah mampu meningkatkan pertumbuhan baik tinggi maupun berat badan mereka.
Rata-rata orang amerika mencukupi 80% kebutuhan kalsium dan 50% kebutuhan fosfornya dengan mengkonsumsi susu dan produk-produk susu.
Kalsium sangat sulit hanya dicukupi dari makanan tanpa mengkonsumsi susu.
Kebutuhan kalsium per hari bagi ibu yang sedang menyusui 1,4 gram, ibu yang sedang mengandung 1,2 gram. Satu quart susu mengandung sebanyakk 1,17 gram kalsium, sehingga bagi ibu yang sedang menyusui atau yang sedang hamil dengan mengkonsumsi susu sebanyak satu quart sehari kebutuhan kalsium telah tercukupi.
Satu quart susu dapat mencukupi kebutuhan kalsium bagi orang dewasa dan anak-anak samai umur 10 tahun. Kebutuhan kalsium bagi anak umur 10-18 tahun bervariasi antara 1,2-1,5 gram per hari, sehingga satu quart susu hampir mencukupi seluruh kebutuhannya.
Kalsium sangat penting bai orang yang sudah lanjut usia karena kalsium akan dimobilisir dari tulang-tulang apabila tidak tersedia cukup dalam menu sehari-harinya.
Bila kalsium terus menerus dimobilisir dari tulang, tulang akan terjadi osteoporosis yang dapat menyebabka orang-orang lanjut usia mudah menderita patah tulang.

D.    Vitamin dalam susu

Semua vitamin yang sudah dikenal terkandung di dalam susu, tetapi yang paling terpenting merupakan sumber riboflavin (vit B2) yang baik.
Riboflavin dan vitamin A yang paling sering kurang dalam makanan/ menu sehari-hari.
Satu quart susu sehari telah menyediakan semua kebutuhan riboflavin bagi anak-anak yang sedang tumbuh dan orang dewasa, kecuali ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui.
Jumlah tersebut hampir memenuhi semua jumlah kebutuhan vitamin A bagi bayi yang berumur kurang dari 1 tahun, kira-kira mencukupi 72% kebutuhan anak umur 1-2 tahun, lebih dari 40% kebutuhan anak umur 8-10 tahun dan sekitarr 29% kebutuhan vitamin A orang dewasa.
Di Amerika Serikat susu yang dijual sebagai susu segar telah diperkaya dengan vitamin D, sehingga susu tersebut menyediakan vitamin yang larut dalam lemak (vit A, D, E, K) dalam jumlah / imbangan yang serasi. Demikian juga vitamin yang larut dalam air kecuali vitamin C.

E.     Lemak susu

Lemak susu mempunyai beberapa keistimewaan tersendiri sebagai bahan pagan manusia, antara lain karena lemak susu mengandung  asam-asam lemak rantai pendek (C2-C4) dan rantai sedang sampai dengan atom C 14 yang cukup tinggi yaitu sekitar 70% dari total lemak susu.
Semakin pendek rantai karbon dalam asam lemak penyusun lemak susu maka semakin mudah dicerna lemak tersebut atau semakin tinggi kecernaan lemak tersebut. Demikian juga banyaknya kandungan asam lemak tidak jenuh (yang mempunyai ikatan rangkap) mempermudah pencernaan lemak susu.
Selain itu kandungan kolesterol dalam lemak susu relatif sangat sedikit yaitu sekitar 11 mg setiap 100 gram susu. Hal ini dapat dibandingkan dengan bahan makanan seperti disajikan dalam Tabel 2.


 IV.            SYARAT MINIMUN SUSU STANDAR
Menurut surat keputusan dirjen pajak peternakan nomor : 7/kpts/djp/deptan/83 telah ditetapkan susu segar harus memenuhi persyaratan:
*      Kandungan minimal kadar lemak 2,8% ; kadar solid non fat (SNF) 7,9% ; berat jenis susu 1,028
*      Angka kuman maksimum  yang diijinkan 3 juta / cc susu dan methylene blue reductase test (MBRTt) 2-5 jam. Namun demikian antara gabungan koperasi susu Indonesia (GKSI) dengan industri pengolahan susu (IPS) diadakan kesepakatan , syarat minimum susu standar yang diterima IPS adalah kadar lemak 3,3% ; kadar SNF 7,7% dan angka kuman 5-10 juta  / cc susu.

Tabel 2. Kandungan Kolesterol Dalam Setiap 100 gram Bahan Pangan
Bahan makanan
Total Lemak (g)
Lemak Jenuh (g)
Lemak tak jenuh
Kolesterol (mg)
Oleat (g)
Linoleat (g)
Daging Sapi
14,0
5,1
1,0
0,5
70
Daging Kambing
9,2
3,6
4,0
0,6
70
Daging Babi
35,0
11,3
16,2
3,7
70
Daging Ayam
25,0
0,9
10,5
2,9
60
Ikan
4,5
1,0
1,1
0,7
70
Telur (utuh)
11,5
3,7
5,1
0,8
550
Kuning telur
31,4
 -
-
1500
Putih telur
0,0
0,0
0,0
0,0
0


Tabel 3. Kandungan Kolesterol Dalam Setiap 100 gram Bahan Pangan
Bahan makanan
Total Lemak (g)
Lemak Jenuh (g)
Lemak tak jenuh
Kolesterol (mg)
Oleat (g)
Linoleat (g)
Udang
2,0
125
Ginjal
 -
375
Jantung
 -
 -
-
 -
150
Otak
8,6
 -
1000
Susu sapi segar
3,5
1,8
1,1

11
Susu Kambing
3,8
2,4
1,0
0,2
 -
Susu Kerbau
12,0
7,4
3,1
0,1
 -
Susu Ibu (ASI)
3,2
1,5
1,0
0,3
 -

Spesies
Protein (%)
Lemak (%)
Laktosa (%)
Abu (%)
SNF (%)
Total Solid (%)
Air (%)
Sapi perah
3,2
3,7
4,8
0,72
8,7
12,4
87,6
Kambing perah
3,4
4
3,6
0,78
7,8
11,8
88,2
Kerbau perah
3,8
7,4
4,9
0,78
9,5
16,9
83,1
Domba perah
6,7
8,5
4,3
0,96
12
20,5
79,5
Unta
3,9
2,9
5,4
0,77
10,1
13
87
Kuda
2
1,2
6,3
0,3
8,6
9,8
90,2
Manusia
1,3
3,3
6,8
0,2
8,3
11,6
88,4
 Tabel 4. Komposisi Susu dari Beberapa Spesies


    V.            PERMASALAHAN DALAM PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI
Beberapa masalah dalam penyediaan protein hewani terjadi terutama di negara-negara berkembang dengan perkembangan penduduknya yang cepat.
a.       Di negara-negara berkembang tanah-tanah pertanian terutama dimanfaatkan untuk produksi biji-bijian guna kepentingan konsumsi manusia.
b.      Produksi ternak sangat tergantung pada tanah yang tidak ditanami tanaman pangan. Masalah lain negara berkembang tersebut berada di daerah tropis dan subtropis dimana kondisi iklim dan pakan tidak menunjang produksi ternak.
c.       Income per kapita. Masalah ketiga adalah income per kapita yang rendah di negara-negara berkembang sehingga daya beli juga rendah. Dapat dilihat adanya korelasi yang positif antara income per kapita dengan konsumsi protein hewani. Pada umumnya peningkatan dua kali income perkapita baru meningkatkan konsumsi protein hewani sebesar 12 gram per hari.

 VI.            LACTOSE INTOLERANCE
* Walaupun susu merupakan bahan yang memegang peranan penting dalam usaha penanggulangan kekurangan pangan, tetapi ada faktor pembatas dalam penggunaan susu, dimana sebagian besar orang-orang dewasa menderita lactose intolerance.
*      lactose intolerance yaitu kekurangan produksi enzim laktase dalam saluran pencernaan.
*    Orang yang menderita lactose intolerance tersebut tidak mampu mencerna laktosa dari susu dan apabila mengkonsumsi susu akan berakibat menjadi kembuung dan diare.
* Apabila dipaksakan mengkonsumsi susu terus, akan berakibat kekurangan gizi karena absorbsi nutrien dalam usus akan terganggu.
*  Lactose intolerance tidak terjadi sejak lahir, tetapi timbul setelah anak-anak menjadi dewasa.
* Dari data yang terbatas menunjukan bahwa 70% orang negro dewasa dan 10-15% orang caucasia di Amerika Seriakt menderita lactose intolerance. Kira-kira 70% orang di Afrika dan hampir 95% penduduk Asia menderita lactose intolerance . Hal ini terjadi sebagai akibat dari sifat genetik yang diturunkan atau karena adanya kesenjangan minum susu antara saat masih bayi dengan setelah dewasa, tidak diketahui dengan pasti.
*Dalam hampir semua kasus yang terjadi, lactose intolerance kebanyakan terjadi diantara penduduk yang tinggal di negara / darah dimana produksi susunya kurang.
*   Apabila terbukti bahwa lactose intolerance tersebut disebabkan karena faktor genetik, maka apalah artinya peningkatan produksi susu di daerah tersebut.

VII.            PERANAN SAPI PERAH DALAM PRODUKSI PROTEIN HEWANI
*      Fungsi utama produksi peternakan termasuk ternak perah adalah menyediakan  protein, energi, mineral dan vitamin untuk melengkapi biji padi-padian dan sebangsa kacang-kacangan.
*      Ternak ruminansia mempunyai keunggulan  dibandingkan dengan ternak non ruminansia yaitu kemampuan mencukupi kebutuhan energi dan protein dari bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan makanan manusia.
*   Pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia termasuk antara lain hasil sisa penggilingan padi, gandum, dedak jagung, dedak padi, urea, sumber  non protein nitrogen  NPN lainnya yang berserat kasar.
*      Di Amerika Serikat sapi perah menerima sejumlah zat-zat makanan (nutrient) berasal dari hijauan dan antara 60-90% jumlah protein yang dibutuhkan berasal dari hijauan pula.
*      Di banyak negara khusunya negara-negara yang produksi pangannya kurang, lahan yang luas yang tidak dapat ditanami tanaman pangan dimanfaatkan untuk tanaman hijauan makanan ternak (HMT) yang dipanen langsung untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
*      Sebagai contoh 25% total area di Amerika Latin dimanfaatkan sebagai padang rumput dan lapangan pengembalaan tetap; Afrika 28% ; di Eropa 28% ; di Amerika Utara 14% ; di Oceania 54% dan di Rusia 7%.


VIII.            KONVERSI PROTEIN PAKAN MENJADI PROTEIN SUSU
ü  Sapi perah mempunyai efisiensi yang baik dalam mengubah protein pakan menjadi protein dalam bahan makanan manusia.
ü  Konversi keseluruhan dari protein menjadi protein susu dapat mencapai lebih dari 50% pada sapi yang produksi susunya tinggi, tetapi pada sapi yang produksi susunya hanya rata-rata sampai rendah hanya mencapai 30%..
ü  Efisiensi konversi protein asal biji-bijian (grain) menjadi protein susu dapat ditunjukka sebagai berikut
ü  Pada sapi-sapi di Amerika Serikat yang rata-rata produksi susunya mencapai 11.649 pound per tahun angka konversi tersebut mencapai 1:1.
ü  Apabila urea ditambahkan sebagai sumber npn dalam ransum maka sapi dapat memproduksi 378 pound protein susu hanya dari 275 pound protein dalam gram / dalam pakan konsentrat.
ü  Efisiensi konversi pada sapi berproduksi tinggi yang lebih banyak membutuhkan biji-bijian dari pada sapi berproduksi rata-rata, ternyata lebih rendah, hal ini disebabkan karena lebih banyak input protein berasal dari biji-bijian.
ü  Ternak perah juga merupakan sumber daging. Di Israel, Turki da beberapa negara di Eropa banyak daging yang diproduksi dari bangsa yang sama dengan sapi perah. Di Amerika Serikat 11% daging yang dikonsumsi berasall dari sapi dan pejantan afkir sapi-sapi perah.
ü  Sedangkan steer (sapi jantan muda yang digemukkan) yang dipotong sebagai ternak potong mencapai 15-20% total pemotongan sapi.
ü  Sapi perah paling banyak terdapat di daerah yang lebih dingin dan lembab. Sekitar 80% susu dunia diproduksi di amerika Utara, Eropa, Rusia, Oceania dan Afrika Selatan.
ü  Beberapa negara termasuk Irlandia, denmark, New Zealand mempunyai produksi susu per kapita tinggi, namun demikian negara-negara tersebut dan beberapa negara semacam mempunyai kemampuan mengeksport susu.
ü  Hanya 3% produksi susu dunia yang dieksport ke luar negeri produsen. Dari jumlah tersebut Eropa Utara mampu menyediakan 70%, terutama dari negara-negara Nederland Denmark dan Perancis sebagai suplier terbesar. Amerika Serikat hanya mensuplai 6%.
ü  Eksport susu pada umunya dalam bentuk mentega, susu evaporated dan susu kental, susu bubuk, dan beberapa macam susu yang telah diproses.

 IX.            APA SUSU ITU SEBENARNYA?
Susu mengandung 87,5% air.
Unsur pokok lain yang terdapat di dalam susu adalah lemak sebanyak 3,5% dan zat padat bukan lemak atau solid non fat (SNF) 8,7% yang mengandung protein 3,1%, laktosa 4,6%, dan mineral serta vitamin 0,8%.
Lemak merupakan unsur pokok susu yang tidak tetap. Harga susu berdasarkan pada persentase lemak yang terkandung di dalam susu dan berat susu.
Lemak dan solid non fat yang terkandung di dalam susu termasuk laktosa, protein, mineral&vitamin membuat susu bergizi & membuat rasa susu enak.

Faktor utama yang mempengaruhi unsur pokok susu, yaitu:
1.      Unsur genetik (keturunan)
2.      Lingkungan
Hampir 60% yang menyebabkan perbedaan komposisi susu adalah genetik. Makanan merupakan faktor lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi komposisi susu. Ransum konsentrat yang tinggi (kurang dari 1/3 hijauan) akan mengurangi kandungan lemak susu dan akan meningkatkan kandungan protein. Sebaliknya energi yang tidak cukup akan mengurangi kandungan SNF dan kandungan protein serta hal ini juga menyebabkan menurunnya produksi susu.

Komposisi Kimia Air  Susu

                                                SUSU


Air (87,5%)                                                     Bahan Kering/Total Solid (12,5%)
 



BK tanpa lemak/SNF (8,7%)                                                  Lemak (3,5%)
 



Laktosa                       Fraksi N                      Mineral & Vitamin
(4,6%)                         (3,3%)                         (0,8%)
 



            NPN (0,2%)                            Protein (3,1%)
 



                        Albumin & Globulin (0,5%)               Casein (2,6%)



Faktor lain yang mempengaruhi unsur pokok susu, yaitu:
1.      Udara panas, cendrung menurunkan lemak dan solid non fat (SNF)
2.      Tingkat laktasi, juga mempengaruhi kandungan lemak dan solid non fat, kandungan lemak dan SNF akan tinggi pada awal dan akhir laktasi.
3.      Mastitis atau infeksi lainnya menurunkan kandungan SNF dan hal ini dapat menyebabkan susu mudah tercemar oleh bau-bauan. Karena mastitis mengubah komposisi susu, maka produk yang dihasilkan oleh sapi yang terkena mastitis akan rendah kualitasnya.

Pengaruh unsur pokok terhadap hasil akhir:
·         Contoh masalah yang dapat terjadi dari kandungan SNF yang tidak tetap (berubah-ubah) akan nyata bila susu dicampur dengan air yaitu hasilnya akan menurunkan kandungan lemak susu dan kandungan SNF. Kandungan SNF yang rendah menyebabkan susu berkualitas rendah dan rasa susu seperti air, terutama susu skim atau susu yang berkadar lemak rendah.
·         Pada pembuatan keju juga berhubungan langsung dengan kandungan SNF. Produk keju akan rendah bila air ditambahkan ke dalam adonan.

Pengontrolan terhadap unsur pokok susu
1.      Menyeleksi ternak
Karena unsur pokok susu tergantung pada keturunan ternak, maka untuk mendapatkan standar lemak dan SNF yang sebenarnya perlu dilakukan seleksi terhadap ternak yang berproduksi memadai.

2.      Ransum yang seimbang
Terlalu tinggi jumlah konsentrat akan menurunkan kadar lemak susu dan ketidakseimbangan energy akan menurunkan kandungan SNF.

3.      Menghindari penyakit inefksi
Penyakit tidak hanya menurunkan kadar lemak susu tetapi juga mempengaruhi khasiat susu.


Susu Merupakan Makanan Alami Yang Mendekati Sempurna
·         Walaupun susu mengandung air 87% air dan hanya 13% zat padatnya (mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, & vitamin) tetapi susu tetap kaya akan mineral-mineral yang penting dan bergizi tinggi untuk tulang dan gigi.
·         Susu merupakan sumber kalsium dan mineral yang terbaik untuk tubuh
·         Susu memiliki nilai gizi yang tinggi & mudah dicerna.




Jenis Susu
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Mineral (%)
Susu sapi
3,5
3,5
4,9
0,7
Susu Kambing
3,2
4,0
4,6
0,7
Susu Ibu
1,1
4,0
9,5
0,2
 Tabel 5. Persentase Komposisi Susu dari sapi, kambing dan susu ibu






Tabel 6. Gizi yang terkandung di dalam susu
Gizi
banyaknya dalam 1 gelass
Protein
8,5 gram
Kalsium
0,29 gram
Vitamin B2
0,41 miligram
Niasin
2,16 miligram
Vitamin B1
0,06 miligram
Vitamin C
3,50 miligram
Vitamin A
375 IU
Energi
168 kalori