Pt 13 Unitas

Pt 13 Unitas

Minggu, 20 November 2016

Makalah Inseminasi Buatan Pada Babi

MAKALAH INSEMINASI BUATAN PADA BABI
Mata Kuliah
BIOTEKNOLOGI TERNAK

Oleh:
Kelompok 5
Riana Pratisia                  1310005311031
Robi Firlyadi                   1310005311016
Serly yeni Saputri           1310005311008
Sismayenti                       1310005311049
Paul Kristovel                  1310005311033



Description: E:\tugas ika\71158_87416801916_3595781_n.jpg
Unitas Padang



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMAN SISWA
2016

A.     Fisiologi Reproduksi Pada Babi Betina

Babi adalah ternak mamalia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar sekaligus dengan interval generasi yang lebih singkat dari pada domba, sapi, kerbau atau kuda. Sifat-sifat tersebut membuat babi sebagai jenis ternak dengan potensi reproduksi yang tinggi untuk produksi ternak komersial (Toelihere, 1993).
Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai berlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran (Sihombing, 1997). Pubertas terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel yang matang.
Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-rata yang dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan (Toelihere, 1993). Babi betina yang berahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya oleh pejantan. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode berahi (Toelihere, 1993).
Siklus etrus berlangsung kira-kira 21 hari dan estrus sendiri berlangsung selama 3-5 hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada empat fase yang jelas dalam siklus berahi babi yaitu:
1.    Proestrus : terjadi sebelum estrus dan terjadi selama 3-4 hari
2.    Estrus : berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap pejantan. Periode ini biasanya lebih pendek pada babi dara dibandingkan babi induk. Pada saat estrus akan terjadi ovulasi.
3.    Metestrus: terjadi setelah ovulasi, corpus luteum terbentuk dalam setiap folikel yang pecah dalam waktu 6-8 hari.
4.    Diestrus: adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh penghancuran corpus luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari serombongan folikel baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang sendiri.
5.    Siklus estrus pada babi
6.    Birahi pada babi berlangsung 2 sampai 3 hari dengan variasi antara 1 sampai 4 hari. suatu batasan yang nyata antara permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan karena estrus adalah suatu fenomena yang berlangsung gradual.
7.    Babi betina yang birahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya baik oleh pejantan, oleh betina lain atau penunggu ternak. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode birahi.
8.    Ovulasi terjadi selama estrus pada babi betina dan sebagian besar ova dilepaskan 38 sampai 42 jam sesudah permulaan estrus. Lama proses ovulasi adalah 3,8 jam. Ovulasi terjadi kira-kira 4 jam lebih cepat pada betina yang sudah dikawinkan dibandingkan dengan pada betina yang belum kawin.
9.    Siklus birahi pada babi mencapai 19 sampai 23 hari, rata-rata 21 hari, dan relatif konstan. Estrus terjadi sepanjang tahun. Corpora lutea bertumbuh sempurna dalam waktu 6-8 hari dan, kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari ke 14 sampai ke-16 siklus birahi.

B.     Kesulitan Inseminasi Buatan Pada Ternak Babi
Kesulitan utama inseminasi buatan pada ternak babi ialah bahwa setiap betina harus diinseminasi dengan 50 sampai 100 ml semen encer, dan satu ejakulat hanya dapat dipakai untuk menginseminasi 10 sampai 25 betina. Disamping itu lama penyimpanan semen cair adalah singkat, hanya 24 sampai 48 jam. Pembekuan semen babi dan penggunaannya belum begitu gamblang dibandingkan pada sapi.


C.    Prosedur Pelaksanaan
Inseminasi Buatan pada babi terdiri dari beberapa tahap yakni persiapan pejantan, persiapan alat tampung, pelaksaan penampungan semen, pemeriksaan semen segar secaramakroskopis dan mikroskopis, pengenceran semen (penyiapan bahan pengencer dan pengenceran semen), evaluasi semen, pengolahan semen, pengepakan (packing), labeling,  serta yang terakhir adalah proses inseminasi itu sendiri.

1.       Persiapan Pejantan
Tahapan ini dimulai dengan mencatat nama pejantan yang akan ditampung semennya dalam buku catatan harian.
Selanjutnya pejantan tersebut dimandikan sampai bersih kemudian bulu didaerah prepotium dipotong agar tidak tertarik bersamaan saat melakukan rangsangan karena dapatmenimbulkan rasa sakit pada penis pejantan saat penampungan.

2.       Persiapan Alat Tampung
Beberapa peralatan yang disiapkan untuk proses penampungan adalah kain kasa, corong karet, gelas erlenmeyer 100 ml, gelas tampung yang terbuat dari pipa, gunting, dan karet.
Langkah kerja dari persiapan/pemasangan alat tampung ini yaitu:
a.        Siapkan alat dan bahan penampungan semen babi
b.        Tabung erlenmeyer di masukkan ke dalam gelas tampung kemudian ditutup dengan penutup gelas tampung dan dilanjutkan dengan memasukkan corong karet di atas gelas tamping
c.        Di atas corong karet dilapisi/ditempati dengan kain kasa yang berukuran ± 7 cm sebanyak 2 lembar yang berfungsi untuk menyaring sperma
d.        Apabiala kain kasa sudah terpasang maka kain tersebut diikat dengan karet yang sudah disiapkan agar tidak terlepas dari ikatan gelas tampung dan selanjutnya di masukkan ke dalam ruangan tampung lewat pintu khusus. 

3.      Pelaksanaan Penampungan Semen
Untuk mempermudah proses penampungan semen pada ternak babi maka harus menggunakan Dummy (Patung/boneka). Dalam proses penampungan, pejantan yang masih dalam proses pelatihan akan menggunakan dummy yang bisa dipindah-pindah sesuai kemauan pejantan,sedangkan pejantan yang sudah terlatih menggunakan Dummy yang otomatis (tidak bisa dipindah-pindah). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses penampungan semen adalah tidak boleh memakai cicin atau memiliki kuku yang panjang karena dapat mengakibatkan rasa sakit pada alat kelamin pejantan baik yang sudah terlatih maupun masih dalam proses dilatih. Hal penting lain dalam penampungan semen adalah memegang penis dengan kuat menggunakan 3 jari tangan agar tidak terlepas. Langkah kerja untuk penampungan semen babi adalah sebagai berikut:
a.        Ternak jantan digiring dari kandangnya ke ruangan penampungan semen
b.        Setelah ternak jantan dalam ruangan penampungan semen diarahkan atau dengan sendirinya menaiki Dummy
c.        Apabila pejantan lama menaiki Dummy, maka dilakukan rangsangan tubuh terutama pada daerah scrotum dan penisnya dengan cara massage sampai penisnya keluar.
d.        Penis yang keluar tersebut ditangkap dan ditarik secara perlahan-lahan
e.        Penis dipegang dengan kuat sehingga tidak terlepas dan pada waktu bersamaan dilakukanrangsangan pada ujung penis dengan menggunakan jari kelingking.
f.         Gelas tampung didekatkan pada ujung penis pada saat terjadi ereksi karena pada saat itu ternak akan tenang dan mengeluarkan semen.
g.        Selama proses penampungan cairan bening pertama yang keluar langsung dibuang karena tidak mengandung sperma dan apabila cairan sudah berwarna putih maka baru ditampung dalam gelas tamping
h.        Penampungan semen bisa berlangsung 7-10 menit dengan volume sperma yang dihasilkan 200-300 cc sekali ejakulasi.
i.         Semen yang telah ditampung dimasukkan ke dalam laboratorium melalui pintu khusus untuk dievaluasi dan diproses lebih lanjut. 

4.       Pemeriksaan Semen Dan Evaluasi Semen Segar
Setelah semen ditampung secepatnya di masukkan ke dalam laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan, baik secara  makroskopis maupun mikroskopis untuk selanjutnya dicatat dalam buku catatan harian.
a.       Evaluasi semen secara makroskopis
Semen yang datang dari ruang tampung dilihat  warna, bau semen, volume setelah itu dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur semen murni yang didapatkan kemudian dicatat dalam buku catatan harian untuk dievaluasi.
b.      Evaluasi semen secara mikroskopis
Pemeriksaan semen ternak babi secara mikroskopis yang dilakukan sama halnya dengan pemeriksaan semen beku sapi Bali yaitu dengan melihat gerakan massa dan motilitas/gerakan individu semen segar. Standar gerakan massa yang dapat diproses lebih lanjut adalah 2+ dan 3+ sedangkan penilaian motilitas serta konsentrasi semen untuk mengetahui berapa persen spermatozoa yang hidup dalam satu ml semen.  
Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuningsih (2013) bahwa   penilaian  konsentrasi   sangat  penting  untuk  menentukan  jumlah  pengenceransemen danpenilaian motilitas yang merupakan  daya  gerak  individu  sperma  digunakan  sebagai  ukuran kesanggupan sperma untuk membuahi sel telur.
Cara menilai motilitas semen yang dilakukan adalah dengan mengambil satu tetes semen menggunakan pipet tetes kemudian ditempatkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass lalu diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x. Semen yang dapat diproses lebih lanjutadalah yang memiliki persentase motilitas minimal 60%. Jika kurang dari 60% maka semen tersebut dibuang.
Semen segar yang dihasilkan dari penampungan dievaluasi terlebih dahulu pada laboratorium secara makroskopis (warna, bau, dan volume) dan mikroskopis (gerakan massa, dan motilitas serta konsentrasi). Menghitung konsentrasi semen segar menggunakan alat otomatis (Sperma Cue) dengan cara semen diambil dari dalam gelas ukur menggunaka spoid 3 ml lalu diteteskan kedalamcontrol cuvette. 

5.      Pengenceran Semen
Pengenceran semen merupakan salah satu cara untuk memperbanyak volume semen dan memperpanjang daya hidup spermatozoa. Tujuan pengenceran semen adalah sebagai penyedia nutrisi dan memberi perlindungan terhadap spermazoa. Rosmaidar, (2014) menyatakan bahwapengenceran semen  bertujuan  untuk menyediakan sumber energi bagi spermatozoa sehingga menjamin  kelangsungan  hidup  spermatozoa  selama penyimpanan  atau  pembekuan.
Sebelum melakukan pengenceran semen terlebih dahulu disiapkan bahan pengencer. Bahan pengencer yang dipakai di UPT BIBD Baturiti adalah bahan pengencer instan yaitu Bestvile Thawing Solution (BTS) yang ditambahkan dengan aquabides dengan perbandingan 1000 ml aquabidesberbanding 50 gram BTS.
Kandungan yang ada dalam BTS adalah sebagai beriukut: Glucosa 37,15 gram, Tri Sodium Citrate 1,25 gram,  Edta Disodium Salt 1,25 gram, Sodium Hidrogencarbonate 1,25 gram, Potassium Chloride 0,75 gram, Sodium Penicillin 0,60 gram, dan streptomycin sulphate 1 gram.
Langkah-langkah pembuatan pengecer antara lain:
a)        Air yang sudah disuling (aquabides) di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer sebanyak 1000 mldan BTS ditimbang menggunakan alat timbang sebanyak 50 gram.
b)       BTS bersama air di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang sudah disiapkan secara belahan-lahan kemudian ditutupi dengan aluminium foil
c)        Gelas elenmeyer yang sudah diisi dengan BTS dan aquabides digoyang-goyang secara berlahan hingga campuran tersebut secara merata.
d)       Setelah homogen, cairan tersebut dimasukkan ke dalam waterbath
e)        Thermometer dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi larutan BTS selama 10-15 menit hungga mencapai suhu 37◦C.

Pengenceran semen dapat dilakukan apabila semen telah melewati pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dan memenuhui syarat yang sudah ditentukan.
Standar perbandingan motilitas, volume tampung dan pengencer semen ternak babi yang dipakai adalah:
Motilitas 60%              : 1:1
Motilitas 65%              : 1:2                       
Motilitas 70%              : 1:3 – 1:4                     
Contoh:
Volume tamping         : 250 cc
Motilitas                      : 65%

6.      Pengisian Semen
Pengisian semen merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga kualitas semen sebelum digunakan. Tujuan pengisian semen dalam kemasan  adalah agar semen tersebut mudah dalam proses pendistribusian.  Pengisian semen dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan antara lain rak semen, alat packing, botol tube, tisu, dan kertas label. Selanjutnya dilakukan pengisian semen dengan cara semen di masukkan ke dalam botol-botol tubeyang berukuran 80 cc dan diletakkan sementara di dalam rak semen. Setelah proses pengisian selesai, botol tube diambil satu persatu untuk di press dengan terlebih dahulu membersihkan ujung botol tube dengan kain tisu. Botol tube di masukkan ke alat packing kemudian ditekan dengan kuat hingga daya rekatnya kuat. Proses ini diulangi 3 kali agar kuat dan tidak bocor.

7.      Labeling
Labeling semen diperlukan untuk mengetahui alamat kantor, jenis/bangsa, nama pejantan, tanggal dilaksanakan penampungan dan tanggal kedaluwarsaan, dan aturan pakai semen. Proses labeling dilakukan setelah pengisian semen ke dalam botol tube yang telah disediakan. Pelabelan dilakukan dengan cara menempel kertas label pada botol tube yang sudah dipress dan berisi sel spermatozoa kemudian botol tube yang telah diberi labeling siap dipasarkan. 

8.      Penyimpanan Semen
Semen yang belum dimanfaatkan pada hari prosesing harus disimpan pada ruangan yang bersuhu 10-20oC (dalam kulkas pada rak pintu bagian bawah pada posisi 0-1). Semen yang disimpan harus digoyangkan berlahan-lahan dua kali setiap hari (pagi dan sore hari) agar kualitasnya tidak menurun. Semen cair dengan bahan pengencer betsvile thawing solution (BTS) dapat disimpan selama 3 hari tanpa terjadi penurunan kualitas semen yang berarti. Jika dalam waktu 3 hari semen tersebut masih belum dipakai maka semen tersebut tidak dapat digunakan lagi.

9.       Proses Inseminasi
Sebelum inseminasi dilakukan, alat dan bahan seperti gunting, kateter, aquabides dan semen dipersiapkan. Bersihkan vulva babi betina dengan aquabides, ujung kateter dibasahi dengan aquabides, kemudian kateter dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam alat kelamin betina yang diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Setelah kateter masuk dan serviks telah terkunci, maka penutup bungkus semen digunting dan dimasukkan kedalam kateter. Kateter agak diangkat keatas supaya semen dapat mengalir kedalam alat kelamin betina. Proses inseminasi berlangsung selama satu hingga lima menit.


D.    Teknik Pelaksanaan
Cervix babi relatif panjang dan canalis cervicalis melekuk di bagian atasnya dan begitu sempit sehingga sukar untuk memasukkan alat inseminasi melaluinya tanpa merusak tenunan mucosa. Pada babi, cervix dan vagina seolah-olah bersambung membentuk satu saluran sehingga semen yang disemprotkan dapat keluar lagi kalau tidak dihalangi. Pada perkawinan alam hal ini dicegah oleh bahan-bahan gelatinous. Untuk inseminasi buatan, perlu dibuat suatu pipet khusus (buatan Norwegia) dari plastik dengan panjang 50 cm dan diameter 8 mm; kira-kira 2 cm dari ujung pipet dipasang suatu gelang (diameter 4 cm) yang dapat dikembangkan dengan memompakan hawa ke dalamnya. Apabila karet tersebut mengembang, ia menutup cervix dan menghalangi pengaliran semen kembali ke luar ke vagina selama inseminasi. Botol plastik 150 cc yang mengandung semen disambung ke pangkal pipet dengan sepotong slang karet. Pada waktu mengadakan inseminasi, pipet plastik sebaiknya dilicinkan dengan parafin encer dan dimasukan sejauh mungkin ke dalam cervix. Kemudian gelang pada ujung pipet tersebut dikembangkan dan semen di dalam botol plastik disemprotkan perlahan-lahan ke dalam cervix.
Sebagai alat inseminasi dapat pula dipakai sebuah slang karet yang agak tebal dan agak kaku (berukuran panjang kira-kira 1 sampai 1,5 cm), dengan ujung yang agak meruncing. Slan tersebut disambung dengan spuit besar (100 sampai 150 ml) yang mengandung semen encer. Sewaktu inseminasi, slang tersebut dimasukan sejauh mungkin ke dalam cervix dan seluruh semen yang ada di dalam spuit disemprotkan ke uterus. Bagian belakang babi betina diusahakan lebih tinggi daripada bagian depannya degan vulva dirapatkan atau ditutup dengan kapas untuk mencegah pengaliran keluar.
Melrose dan O’Hagan (1969) membuat suatu kateter inseminasi terdiri dari bahan karet yang agak kaku dan ujungnya berbentuk spiral sama seperti penis babi. Sewaktu inseminasi kateter karet tersebut dimasukkan ke dalam vagina dan diputar menurut arah jarum jam di dalam cervix sejauh mungkin. Kateter inseminasi ini tidak muda dilepaskan kembali. Ada pula kateteryang dibuat dari plastik (Aamdel & Hogset1957) tetapi apabila plastik tersebut terlalu kaku dapat berbahaya bagi babi betina. Semua kateter inseminasi harus dimasukkan ke arah dorso-cranial melalui vulva untuk mencegah masuk ke urethra.
Semua tabung untuk penyimpanan dan pengangkutan semen babi yang sudah diencerkan terdiri dari botol atau kantong plastik yang dapat ditautkan pada kateter inseminasi. Botol plastik tersebutdipijit dan dan semen encer dikeluarkan perlahan-lahan dalam waktu 3 sampai 5 menit ke dalam cervix dan uterus babi betina. Sesudah satu menit atau lebih semen akan masuk sendiri dengan cepat tanpa hambatan.







Daftar Pustaka


Toelihere, Mozes R. 1977. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa Bandung. Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar