MAKALAH INSEMINASI BUATAN PADA BABI
Mata Kuliah
BIOTEKNOLOGI TERNAK
Oleh:
Kelompok 5
Riana
Pratisia 1310005311031
Robi
Firlyadi 1310005311016
Serly
yeni Saputri 1310005311008
Sismayenti 1310005311049
Paul
Kristovel 1310005311033
Unitas Padang |
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TAMAN SISWA
2016
A.
Fisiologi Reproduksi Pada Babi Betina
Babi
adalah ternak mamalia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar sekaligus
dengan interval generasi yang lebih singkat dari pada domba, sapi, kerbau atau
kuda. Sifat-sifat tersebut membuat babi sebagai jenis ternak dengan potensi
reproduksi yang tinggi untuk produksi ternak komersial (Toelihere, 1993).
Pubertas
adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan
menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai berlainan
antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran (Sihombing,
1997). Pubertas terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih
lanjut dari folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel
yang matang.
Seekor
babi betina mencapai pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-rata yang
dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan (Toelihere, 1993). Babi
betina yang berahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas
apabila ditekan punggungnya oleh pejantan. Respon ini sangat bermanfaat dalam
deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu
sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode
berahi (Toelihere, 1993).
Siklus
etrus berlangsung kira-kira 21 hari dan estrus sendiri berlangsung selama 3-5
hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada empat fase yang jelas dalam siklus
berahi babi yaitu:
1.
Proestrus
: terjadi sebelum estrus dan terjadi selama 3-4 hari
2.
Estrus
: berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual
reseptif terhadap pejantan. Periode ini biasanya lebih pendek pada babi dara
dibandingkan babi induk. Pada saat estrus akan terjadi ovulasi.
3.
Metestrus:
terjadi setelah ovulasi, corpus luteum terbentuk dalam setiap folikel yang
pecah dalam waktu 6-8 hari.
4.
Diestrus:
adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh penghancuran corpus
luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari serombongan folikel
baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang sendiri.
5.
Siklus estrus pada babi
6.
Birahi pada babi berlangsung 2 sampai 3
hari dengan variasi antara 1 sampai 4 hari. suatu batasan yang nyata antara
permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan karena estrus adalah suatu fenomena
yang berlangsung gradual.
7.
Babi betina yang birahi memperlihatkan
suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya baik
oleh pejantan, oleh betina lain atau penunggu ternak. Respon ini sangat
bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan
birahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama
pertengahan periode birahi.
8.
Ovulasi terjadi selama estrus pada babi
betina dan sebagian besar ova dilepaskan 38 sampai 42 jam sesudah permulaan
estrus. Lama proses ovulasi adalah 3,8 jam. Ovulasi terjadi kira-kira 4 jam
lebih cepat pada betina yang sudah dikawinkan dibandingkan dengan pada betina
yang belum kawin.
9.
Siklus birahi pada babi
mencapai 19 sampai 23 hari, rata-rata 21 hari, dan relatif konstan. Estrus
terjadi sepanjang tahun. Corpora lutea bertumbuh sempurna dalam waktu 6-8 hari
dan, kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari ke 14 sampai ke-16
siklus birahi.
B.
Kesulitan Inseminasi Buatan Pada Ternak Babi
Kesulitan utama inseminasi buatan pada ternak babi ialah bahwa setiap
betina harus diinseminasi dengan 50 sampai 100 ml semen encer, dan satu
ejakulat hanya dapat dipakai untuk menginseminasi 10 sampai 25 betina.
Disamping itu lama penyimpanan semen cair adalah singkat, hanya 24 sampai 48
jam. Pembekuan semen babi dan penggunaannya belum begitu gamblang dibandingkan
pada sapi.
C.
Prosedur Pelaksanaan
Inseminasi Buatan pada babi terdiri
dari beberapa tahap yakni persiapan pejantan, persiapan alat tampung,
pelaksaan penampungan semen, pemeriksaan semen segar secaramakroskopis dan
mikroskopis, pengenceran semen (penyiapan bahan pengencer dan pengenceran
semen), evaluasi semen, pengolahan semen, pengepakan (packing), labeling, serta
yang terakhir adalah proses inseminasi itu sendiri.
1.
Persiapan Pejantan
Tahapan ini dimulai dengan mencatat nama pejantan yang akan ditampung
semennya dalam buku catatan harian.
Selanjutnya pejantan
tersebut dimandikan sampai bersih kemudian bulu
didaerah prepotium dipotong agar tidak tertarik bersamaan saat melakukan
rangsangan karena dapatmenimbulkan rasa sakit pada penis pejantan saat
penampungan.
2.
Persiapan Alat Tampung
Beberapa peralatan yang disiapkan untuk proses penampungan
adalah kain kasa, corong karet, gelas erlenmeyer 100 ml, gelas
tampung yang terbuat dari pipa, gunting, dan karet.
Langkah kerja dari persiapan/pemasangan alat tampung ini yaitu:
a.
Siapkan alat dan bahan penampungan semen
babi
b.
Tabung erlenmeyer di masukkan ke dalam
gelas tampung kemudian ditutup dengan penutup gelas tampung dan dilanjutkan
dengan memasukkan corong karet di atas gelas tamping
c.
Di atas corong karet
dilapisi/ditempati dengan kain kasa yang berukuran ± 7 cm sebanyak 2
lembar yang berfungsi untuk menyaring sperma
d.
Apabiala kain kasa sudah terpasang maka
kain tersebut diikat dengan karet yang sudah disiapkan agar tidak terlepas dari
ikatan gelas tampung dan selanjutnya di masukkan ke dalam
ruangan tampung lewat pintu khusus.
3.
Pelaksanaan Penampungan Semen
Untuk mempermudah proses penampungan semen pada ternak
babi maka harus
menggunakan Dummy (Patung/boneka). Dalam proses penampungan,
pejantan yang masih dalam proses pelatihan
akan menggunakan dummy yang bisa dipindah-pindah sesuai kemauan
pejantan,sedangkan pejantan yang sudah terlatih
menggunakan Dummy yang otomatis (tidak bisa dipindah-pindah). Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam proses penampungan semen adalah tidak
boleh memakai cicin atau memiliki kuku yang panjang
karena dapat mengakibatkan rasa sakit pada alat kelamin
pejantan baik yang sudah terlatih maupun masih dalam proses
dilatih. Hal penting lain dalam penampungan
semen adalah memegang penis dengan kuat menggunakan 3 jari tangan
agar tidak terlepas. Langkah kerja untuk penampungan semen
babi adalah sebagai berikut:
a.
Ternak jantan digiring dari kandangnya
ke ruangan penampungan semen
b.
Setelah ternak jantan dalam ruangan
penampungan semen diarahkan atau dengan sendirinya menaiki Dummy
c.
Apabila pejantan lama
menaiki Dummy, maka dilakukan rangsangan tubuh terutama pada daerah
scrotum dan penisnya dengan cara massage sampai penisnya keluar.
d.
Penis yang keluar tersebut ditangkap
dan ditarik secara perlahan-lahan
e.
Penis dipegang dengan kuat
sehingga tidak terlepas dan pada waktu bersamaan dilakukanrangsangan
pada ujung penis dengan menggunakan jari kelingking.
f.
Gelas tampung didekatkan pada ujung
penis pada saat terjadi ereksi karena pada saat itu ternak akan
tenang dan mengeluarkan semen.
g.
Selama proses penampungan cairan bening
pertama yang keluar langsung dibuang karena tidak mengandung sperma dan apabila
cairan sudah berwarna putih maka baru ditampung dalam gelas tamping
h.
Penampungan semen bisa berlangsung 7-10
menit dengan volume sperma yang dihasilkan 200-300 cc sekali
ejakulasi.
i.
Semen yang telah ditampung
dimasukkan ke dalam laboratorium melalui pintu khusus
untuk dievaluasi dan diproses lebih lanjut.
4.
Pemeriksaan
Semen Dan Evaluasi Semen Segar
Setelah semen ditampung secepatnya di masukkan ke dalam
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan, baik secara makroskopis maupun
mikroskopis untuk selanjutnya dicatat dalam buku catatan harian.
a. Evaluasi semen secara makroskopis
Semen yang datang dari ruang tampung dilihat warna, bau semen,
volume setelah itu dimasukkan ke dalam gelas ukur
untuk mengukur semen murni yang didapatkan kemudian dicatat dalam
buku catatan harian untuk dievaluasi.
b. Evaluasi semen secara mikroskopis
Pemeriksaan semen ternak babi secara mikroskopis yang dilakukan
sama halnya dengan pemeriksaan semen beku sapi Bali yaitu dengan melihat
gerakan massa dan motilitas/gerakan individu semen segar. Standar gerakan
massa yang dapat diproses lebih lanjut adalah 2+ dan 3+ sedangkan penilaian
motilitas serta konsentrasi semen untuk mengetahui berapa persen spermatozoa
yang hidup dalam satu ml semen.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuningsih (2013) bahwa
penilaian konsentrasi sangat
penting untuk menentukan jumlah pengenceransemen danpenilaian motilitas
yang
merupakan daya gerak individu sperma digunakan sebagai ukuran
kesanggupan sperma untuk membuahi sel telur.
Cara menilai motilitas semen yang dilakukan adalah
dengan mengambil satu tetes semen menggunakan pipet tetes kemudian
ditempatkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass lalu diamati
dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x. Semen yang dapat diproses lebih
lanjutadalah yang memiliki persentase motilitas minimal 60%. Jika
kurang dari 60% maka semen tersebut dibuang.
Semen segar yang dihasilkan dari penampungan dievaluasi terlebih dahulu
pada laboratorium secara makroskopis (warna, bau, dan volume) dan mikroskopis
(gerakan massa, dan motilitas serta konsentrasi). Menghitung konsentrasi semen
segar menggunakan alat otomatis (Sperma Cue) dengan cara semen diambil dari
dalam gelas ukur menggunaka spoid 3 ml lalu diteteskan kedalamcontrol
cuvette.
5.
Pengenceran Semen
Pengenceran semen merupakan salah satu cara untuk memperbanyak volume semen
dan memperpanjang daya hidup spermatozoa. Tujuan pengenceran semen adalah
sebagai penyedia nutrisi dan memberi perlindungan terhadap spermazoa. Rosmaidar,
(2014) menyatakan bahwapengenceran semen bertujuan untuk
menyediakan sumber energi bagi spermatozoa sehingga
menjamin kelangsungan hidup spermatozoa selama
penyimpanan atau pembekuan.
Sebelum melakukan pengenceran semen terlebih dahulu disiapkan
bahan pengencer. Bahan pengencer yang dipakai di UPT BIBD Baturiti adalah bahan
pengencer instan yaitu Bestvile Thawing Solution (BTS) yang
ditambahkan dengan aquabides dengan perbandingan 1000 ml
aquabidesberbanding 50 gram BTS.
Kandungan yang ada dalam BTS adalah sebagai beriukut: Glucosa 37,15 gram,
Tri Sodium Citrate 1,25 gram, Edta Disodium Salt 1,25 gram,
Sodium Hidrogencarbonate 1,25 gram, Potassium Chloride 0,75 gram, Sodium
Penicillin 0,60 gram, dan streptomycin sulphate 1 gram.
Langkah-langkah pembuatan pengecer
antara lain:
a)
Air yang sudah disuling (aquabides)
di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer sebanyak 1000
mldan BTS ditimbang menggunakan alat timbang sebanyak 50 gram.
b) BTS bersama air di masukkan ke dalam
gelas erlenmeyer yang sudah disiapkan secara belahan-lahan kemudian
ditutupi dengan aluminium foil
c)
Gelas elenmeyer yang sudah diisi dengan
BTS dan aquabides digoyang-goyang secara berlahan hingga campuran
tersebut secara merata.
d) Setelah homogen, cairan tersebut dimasukkan ke dalam waterbath
e)
Thermometer dimasukkan ke dalam
gelas erlenmeyer yang berisi larutan BTS selama 10-15 menit hungga
mencapai suhu 37◦C.
Pengenceran semen dapat dilakukan apabila semen telah melewati pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis dan memenuhui syarat yang sudah ditentukan.
Standar perbandingan motilitas, volume tampung dan pengencer semen ternak
babi yang dipakai adalah:
Motilitas 60%
: 1:1
Motilitas
65%
:
1:2
Motilitas
70%
: 1:3 – 1:4
Contoh:
Volume tamping : 250
cc
Motilitas
: 65%
6.
Pengisian Semen
Pengisian semen merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga
kualitas semen sebelum digunakan. Tujuan pengisian semen dalam kemasan adalah
agar semen tersebut mudah dalam proses pendistribusian. Pengisian
semen dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan antara lain rak semen, alat packing, botol tube,
tisu, dan kertas label. Selanjutnya dilakukan pengisian semen dengan
cara semen di masukkan ke dalam botol-botol tubeyang
berukuran 80 cc dan diletakkan sementara di dalam rak semen. Setelah
proses pengisian selesai, botol tube diambil satu persatu untuk
di press dengan terlebih dahulu membersihkan ujung botol tube dengan kain
tisu. Botol tube di masukkan ke alat packing kemudian ditekan
dengan kuat hingga daya rekatnya kuat. Proses ini diulangi 3 kali agar
kuat dan tidak bocor.
7.
Labeling
Labeling semen diperlukan untuk mengetahui alamat kantor, jenis/bangsa, nama
pejantan, tanggal dilaksanakan penampungan dan tanggal kedaluwarsaan, dan
aturan pakai semen. Proses labeling dilakukan setelah pengisian semen ke
dalam botol tube yang telah disediakan. Pelabelan dilakukan dengan cara
menempel kertas label pada botol tube yang sudah dipress dan berisi sel
spermatozoa kemudian botol tube yang telah diberi labeling siap
dipasarkan.
8.
Penyimpanan Semen
Semen yang belum dimanfaatkan pada hari prosesing harus disimpan pada
ruangan yang bersuhu 10-20oC (dalam kulkas pada rak pintu bagian bawah pada
posisi 0-1). Semen yang disimpan harus digoyangkan berlahan-lahan dua kali
setiap hari (pagi dan sore hari) agar kualitasnya tidak menurun. Semen cair
dengan bahan pengencer betsvile thawing solution (BTS) dapat disimpan
selama 3 hari tanpa terjadi penurunan kualitas semen yang berarti. Jika
dalam waktu 3 hari semen tersebut masih belum dipakai maka semen tersebut tidak
dapat digunakan lagi.
9.
Proses Inseminasi
Sebelum inseminasi dilakukan, alat dan bahan seperti gunting, kateter,
aquabides dan semen dipersiapkan. Bersihkan vulva babi betina dengan aquabides,
ujung kateter dibasahi dengan aquabides, kemudian kateter dimasukkan secara
perlahan-lahan kedalam alat kelamin betina yang diputar berlawanan dengan arah
jarum jam. Setelah kateter masuk dan serviks telah terkunci, maka penutup
bungkus semen digunting dan dimasukkan kedalam kateter. Kateter agak diangkat
keatas supaya semen dapat mengalir kedalam alat kelamin betina. Proses
inseminasi berlangsung selama satu hingga lima menit.
D.
Teknik Pelaksanaan
Cervix babi relatif panjang dan canalis cervicalis melekuk di bagian
atasnya dan begitu sempit sehingga sukar untuk memasukkan alat inseminasi
melaluinya tanpa merusak tenunan mucosa. Pada babi, cervix dan vagina
seolah-olah bersambung membentuk satu saluran sehingga semen yang disemprotkan
dapat keluar lagi kalau tidak dihalangi. Pada perkawinan alam hal ini dicegah
oleh bahan-bahan gelatinous. Untuk inseminasi buatan, perlu dibuat suatu pipet
khusus (buatan Norwegia) dari plastik dengan panjang 50 cm dan diameter 8 mm;
kira-kira 2 cm dari ujung pipet dipasang suatu gelang (diameter 4 cm) yang
dapat dikembangkan dengan memompakan hawa ke dalamnya. Apabila karet tersebut
mengembang, ia menutup cervix dan menghalangi pengaliran semen kembali ke luar
ke vagina selama inseminasi. Botol plastik 150 cc yang mengandung semen
disambung ke pangkal pipet dengan sepotong slang karet. Pada waktu mengadakan
inseminasi, pipet plastik sebaiknya dilicinkan dengan parafin encer dan
dimasukan sejauh mungkin ke dalam cervix. Kemudian gelang pada ujung pipet
tersebut dikembangkan dan semen di dalam botol plastik disemprotkan
perlahan-lahan ke dalam cervix.
Sebagai alat inseminasi dapat pula dipakai sebuah slang karet yang agak
tebal dan agak kaku (berukuran panjang kira-kira 1 sampai 1,5 cm), dengan ujung
yang agak meruncing. Slan tersebut disambung dengan spuit besar (100 sampai 150
ml) yang mengandung semen encer. Sewaktu inseminasi, slang tersebut dimasukan
sejauh mungkin ke dalam cervix dan seluruh semen yang ada di dalam spuit
disemprotkan ke uterus. Bagian belakang babi betina diusahakan lebih tinggi
daripada bagian depannya degan vulva dirapatkan atau ditutup dengan kapas untuk
mencegah pengaliran keluar.
Melrose dan O’Hagan (1969) membuat suatu kateter inseminasi terdiri dari
bahan karet yang agak kaku dan ujungnya berbentuk spiral sama seperti penis
babi. Sewaktu inseminasi kateter karet tersebut dimasukkan ke dalam vagina dan
diputar menurut arah jarum jam di dalam cervix sejauh mungkin. Kateter
inseminasi ini tidak muda dilepaskan kembali. Ada pula kateteryang dibuat dari
plastik (Aamdel & Hogset1957) tetapi apabila plastik tersebut terlalu kaku
dapat berbahaya bagi babi betina. Semua kateter inseminasi harus dimasukkan ke
arah dorso-cranial melalui vulva untuk mencegah masuk ke urethra.
Semua tabung untuk penyimpanan dan pengangkutan semen babi yang sudah
diencerkan terdiri dari botol atau kantong plastik yang dapat ditautkan pada
kateter inseminasi. Botol plastik tersebutdipijit dan dan semen encer
dikeluarkan perlahan-lahan dalam waktu 3 sampai 5 menit ke dalam cervix dan
uterus babi betina. Sesudah satu menit atau lebih semen akan masuk sendiri
dengan cepat tanpa hambatan.
Daftar Pustaka
Toelihere, Mozes R. 1977. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa
Bandung. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar